28. Betrayal

4.8K 625 38
                                    

Langit masih cerah sewaktu Susa meninggalkan manor. Para pelayan telah mengemas barang-barangnya, lalu meletakkannya di atas kereta kuda yang dikirimkan Corinth. Lama perjalanan membuat Susa kelelahan hingga tidak sengaja tertidur. Dia melarang Vonn ikut tapi membuat pengecualian untuk Telupu.

Berjam-jam kemudian, kereta kuda itu berhenti. Susa dibangunkan oleh kusir. Pintu kereta dibuka dari luar dan Susa langsung mendapati sekeliling tempat itu telah gelap. Padahal dia berangkat pagi tadi, tapi sepertinya waktu telah larut.

Setelah memuaskan diri mengedarkan pandangan ke sekitar, Susa melihat bayangan seseorang keluar dari kastil. Netra Susa agak menyipit. Begitu mengenalinya, dia tersenyum lalu mempercepat langkah. Corinth merentangkan tangan dan Susa langsung masuk dalam pelukannya.

Laki-laki itu mencium dahi juga menghirup dalam-dalam wangi dari sela helaian rambut Susa yang sedikit kusut. Susa pun tampaknya sangat senang menekankan tubuhnya ke tubuh Corinth, dengan wajahnya yang menyuruk ke leher Corinth.

"Maaf, kau pasti lelah sekali ya?" Mereka melepaskan pelukan. Corinth menangkup wajah Susa dan mengusap-usapnya.

"Aku lapar," kata Susa yang langsung memancing kekehan kecil Corinth.

"Ayo masuk."

Corinth menggandeng Susa memasuki kastil yang akan mereka tinggali selama beberapa hari ke depan. Corinth yang mengajukan permintaan itu. Dia ingin menghabiskan waktu bersama Susa dengan meminimalisir gangguan—Vonn misalnya. Sudah tiga hari berlalu sejak pesta pernikahan kecil yang indah tersebut. Susa tidak bisa lebih bersyukur dari ini.

Mereka langsung mengarah ke ruang makan yang telah ditata indah. Bermacam-macam makanan telah tersaji di atas meja. Suasananya menyerupai perjamuan makan formal. Susa mengerutkan kening sambil melihat ke gaunnya sendiri.

"Ada apa?" tanya Corinth heran.

"Bukankah seharusnya aku mandi dan berganti pakaian dulu?"

Corinth tersenyum miring. Mendadak tangannya mengulur, melepas kancing mantel Susa kemudian membukanya. Geraknya beralih membantu melepaskan sarung tangan gadis itu. Dan sebagai sentuhan terakhir, Corinth membuka gelungan surai cokelat Susa, membiarkannya tergerai melapisi punggung.

"Kau tetap cantik, sayang," bisik laki-laki itu lembut dekat telinga Susa. Dia sangat menikmati saat melihat Susa yang tampak mengerut dengan rona yang memerah tiap mendengar kata-kata yang manis darinya.

Mereka berdua duduk di sisi yang dipisahkan sudut. Beberapa kali Corinth berlaku manis dengan menaruh macam-macam makanan ke piring Susa. Terkadang laki-laki itu juga menyuapinya. Sementara mereka asyik mengobrol, Telupu berdiri di tengah-tengah meja, menggigiti apel atau anggur.

Begitu sesi makan malam usai, Susa membersihkan diri dengan berendam di air hangat. Permukaan air dipenuhi dengan kelopak mawar yang masih menguarkan aroma harum. Pelayan di sana juga membubuhkan beberapa tetes minyak wangi. Tubuh Susa benar-benar merasa nyaman. Belakangan ini juga dia sangat menikmati waktu istirahatnya bersama Corinth.

Tubuhnya telah berbalut gaun tidur putih yang lembut saat masuk ke kamar yang disediakan untuknya dan Corinth. Laki-laki itu berjengit saat pintu dibuka lalu ditutup lagi. Jantung Susa berdebar-debar menghampirinya.

"Kemarilah." Corinth menepuk-nepuk kasur di depannya.

Susa naik lalu merangkak. Tapi sebelum dia bisa meraih Corinth, laki-laki itu sudah lebih dulu menarik Susa supaya jatuh menimpanya. Bibirnya meraup gadis itu dan langsung dibalas dengan tidak kalah bergairah. Tautan mereka tidak kunjung terputus hingga ruangan itu dipenuhi suara napas yang berlomba saling berkejaran.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang