Nihil. Juda tidak menemukan tanda-tanda apa pun yang menggiringnya ke keberadaan Susa sekarang. Aroma tubuh gadis itu sangat tipis dan sekejap kemudian menghilang. Juda mendatangi sebuah kastil tua yang terbengkalai. Di sanalah bau Susa terakhir kali tercium. Cukup sulit mengenalinya karena tercampur dengan anyir darah. Sesuatu telah membantai orang-orang itu—yang mana Juda yakin, merekalah yang telah menculik Susa.
Laki-laki itu selanjutnya berpindah, berpijak ke puncak tertinggi bangunan yang didirikan di atas bukit Bethratèn. Mata kelamnya memindai wilayah kerajaan itu, sampai di sudut terjauh hingga perbatasan Denior. Sayang sekali lagi-lagi dia tidak menemukan apa pun. Susa seakan-akan lenyap ditelan bumi.
Siapa pun yang telah membawa gadis itu pasti bukan makhluk sembarangan. Tercampur dengan kemarahannya, Juda juga merasakan gairah yang jarang sekali ada. Setelah bergelut dengan intrik menyusahkan yang dibuat manusia, akhirnya dia mendapatkan sesuatu yang menantang. Siapa pun itu, dia akan menerima ganjarannya karena telah menyulut kobaran api dari dalam diri Juda.
Dahinya berkerut tatkala menyadari hunjaman tatapan seseorang. Begitu tajam dan menusuk sekali. Tampaknya dia tengah berencana untuk menikam Juda dengan berpuluh—atau beratus-ratus—tusukan. Makhluk buas sepertinya akan lebih baik dikandangkan. Hanya ketika berada di dekat Susa saja, dia akan bertingkah seperti anjing yang menunggu tongkat mainannya dilempar.
Tidak butuh waktu lama, laki-laki yang tidak pernah bersikap ramah pada Juda itu pun muncul tepat di belakang. Tubuhnya melayang, sementara Juda sendiri menempelkan sepatunya di ujung atap yang melancip.
"Di mana dia?" Vonn menggeram.
"Itu yang sedang kucari tahu," jawab Juda tenang. "Kalau kau luang, kau bisa membantuku mencarinya."
"Brengsek! Aku tidak merasakannya di mana pun! Siapa yang membawanya?!"
"Tenangkan dirimu. Dia pasti akan ditemukan cepat atau lambat."
"Mereka bisa saja membunuhnya!" Rahang Vonn menggertak. Sklera matanya dipenuhi cabang-cabang merah. Begitu Juda menoleh, dia langsung memberikan sorot yang luar biasa nanar.
"Tidak," balas Juda pelan. Ada senyum tipis tersungging di sudut bibirnya. "Susa masih hidup. Bahkan dia lumayan baik-baik saja."
"Kau sudah menemukannya?" Vonn mengernyit curiga.
"Belum."
"Lalu kau tahu dari mana dia baik-baik saja?!"
Sementara Vonn sibuk meracau panjang lebar, Juda membalikkan tubuhnya lagi membelakangi laki-laki itu. Kedua tangannya mengait di punggung. Hari telah menjelang pagi. Sebentar lagi sekeliling mereka akan menjadi terang, tapi Juda tidak yakin hal itu akan lantas membantu mereka melacak Susa. Seseorang yang membawa gadis itu lumayan ahli bersembunyi.
Penciuman tajam dan jarak pandang yang bisa terlempar begitu jauh kini tidak ada gunanya. Vonn frustrasi karenanya. Namun Juda merasa tidak perlu bersusah payah menjelaskan ikatan antara dirinya dan Susa, yang membuatnya yakin akan apa yang dia tengah rasakan.
Jantung gadis itu berdetak dengan stabil. Saking stabilnya hingga Juda berani menyimpulkan; sementara mereka berdua kebingungan mencari, Susa nyatanya tengah tertidur pulas.
***
Hangatnya selimut serta keempukan yang tidak biasa dari bantal dan kasurnya terus membuai Susa. Kepalanya menyuruk, membenam sementara napasnya mengembus teratur. Tidak ada mimpi buruk yang semakin hari menambah kadarnya. Segala hal di sana membuatnya amat nyaman, hingga berharap pagi tidak buru-buru menjelang.
Mulutnya mengeluarkan erangan saat merenggangkan otot. Tubuhnya kemudian beralih menghadap ke samping, dan tidak sengaja, kelopak mata itu membuka sedikit. Susa mengerjap-ngerjap beberapa detik. Seingatnya, perabotan di kamarnya tidak berbentuk seperti itu. Mendadak saja dia terkesiap. Punggungnya menegak seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia
FantasyStatus: COMPLETED Gadis itu selalu hadir tiap para bangsawan yang kotor menanti giliran mereka--di hadapan guillotine, disaksikan kerumunan yang menyemut. Betapa dia ditakuti sebagai malaikat pencabut nyawa, dengan kewenangan penuh yang diberikan sa...