Corinth sengaja memakaikan penutup mata pada Susa. Gadis itu sempat menolak tapi pada akhirnya dia menurut saja. Kereta kuda yang mereka naiki berhenti di pekarangan manor. Corinth turun lebih dulu lalu menuntun Susa.
Tingkah kedua orang itu mendapat cibiran dari Vonn. Dulu Telupu, sekarang ada vampir sialan yang menarik perhatian Susa. Harusnya Vonn menjauhkan mereka minimal lima meter sedari awal.
Sebelum mengantar Susa kembali ke manor, beberapa utusan Morgen datang membawa banyak barang. Corinth sudah menguasai cara mainnya bila ingin mendapatkan simpati Susa. Manor mereka sekarang dipenuhi hal-hal yang membuat Vonn mengerang risih.
"Kapan kau akan melepas ini? Aku sudah tersandung tiga kali!" protes Susa yang pundaknya masih dipegangi Corinth. Namun laki-laki itu hanya terkekeh.
"Sebentar lagi. Lurus saja, jangan jalan miring." Corinth harus mengulum bibir supaya tidak kelepasan tertawa. Bagaimana tidak? Dia seperti tengah menuntun orang buta—orang tua yang buta.
Di satu ruang, ternyata para pelayan manor telah menunggu mereka.
Corinth melepaskan ikatan tali penutup mata Susa dan sedetik kemudian gadis itu terpaku.
Ruangan yang tadinya berona muram itu kini menjadi lebih terang. Semua jendela dibuka, tirainya diganti dengan warna putih bersih. Karpet putih berbahan bulu yang lembut digelar memanjang. Susa takjub melihat bunga-bunga gantung putih dalam pot yang kecil. Beberapa saat mengedar pandangan, tatapannya tertumbuk pada tumpukan berbungkus kain warna-warni yang mengilap.
"Apa itu?" tanyanya.
Corinth tersenyum. "Hadiahmu."
Gadis itu langsung menautkan alisnya. "Kau tidak harus- ...."
"Oh, itu belum seberapa, Susa."
Mereka saling menatap selama beberapa detik seolah melancarkan perdebatan sengit meski tanpa menggerakkan mulut. Tapi sewaktu Corinth menyeringai, Susa langsung paham kalau protesnya tidak akan pernah didengar. Susa tidak biasa menerima pemberian. Namun melihat Corinth yang begitu senang hati mengirimkan banyak hadiah, Susa akan membiarkannya saja.
Corinth kemudian menarik gadis itu ke ruangan lain. Lagi-lagi Susa tercengang. Di hadapannya sekarang, berdiri tiga manekin yang terbungkus oleh gaun putih yang menjuntai panjang.
"Aku perlu bantuan pelayan-pelayan manormu untuk tahu ukuranmu," ujar Corinth. "Akan memakan lebih banyak waktu kalau membuat satu gaun saja, apalagi bila ada bagian yang tidak kau suka. Jadi aku memutuskan memesan tiga sekaligus, dan mereka bekerja lembur membuatnya."
Susa tidak bisa menahan matanya yang menghasilkan air lebih banyak. Berkaca-kaca tapi tetap mempertahankan raut tenangnya, dia menatap lekat pada Corinth.
"Kau suka melakukan semua ini kan?" ucapnya.
Corinth mengerjap sesaat sebelum menjawab, "Ya. Sangat."
Susa tersenyum tipis mengangguk. "Aku bahagia."
Senyum itu menular pada Corinth. Hampir saja Corinth hendak menyambar bibir Susa dengan bibirnya, tapi Telupu memanjat naik ke bahu Susa dan langsung mengibas-ngibaskan ekornya. Susa terkekeh geli.
Sementara itu Juda berdiri di samping ambang pintu, mengamati tanpa ekspresi. Beberapa saat lalu Vonn pergi dan sengaja menghentak-hentakkan kakinya.
Kalau gadis itu tidak lagi mengingat tujuan awalnya ... maka belenggu sang Naga akan terlepas dan tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikannya.
***
"Diserang di istana? Apalagi namanya kalau bukan sengaja mengancam pewaris takhta Denior? Kita tidak bisa melupakan ini begitu saja, Yang Mulia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia
FantasyStatus: COMPLETED Gadis itu selalu hadir tiap para bangsawan yang kotor menanti giliran mereka--di hadapan guillotine, disaksikan kerumunan yang menyemut. Betapa dia ditakuti sebagai malaikat pencabut nyawa, dengan kewenangan penuh yang diberikan sa...