23. Night Tears

5.4K 655 22
                                    

Susa masih mengerjap, mencerna sambil tetap menatap iris ungu di hadapannya. Kalau hanya dari kalimat pertama saja, pikirannya yang masih menerawang akan menyimpulkan telinganya salah mendengar. Tapi tidak ketika Corinth memberikan penekanan pada kata-kata lanjutan.

"Menikah denganku ... dan masing-masing kita.. tidak akan sendirian lagi."

Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu sekarang. Susa benar-benar tidak mengerti. Dia datang, menerobos selubung yang keruh dalam hati Susa yang tercemari kebencian, menawarkan secercah cahaya yang pelan-pelan membuatnya menghangat. Hadiah-hadiah yang sederhana.. juga perlindungan. Juda dan Vonn lebih dari cukup untuk melindunginya, tapi Corinth melakukannya tanpa tuntutan—tidak sejauh Susa mengenal laki-laki itu.

Benaknya memutar kembali apa yang terjadi semalam. Corinth mendatanginya dalam keadaan terluka. Susa masih bisa merasakan beban beratnya waktu menjatuhkan diri. Kepanikan melandanya, mungkin sama sewaktu Telupu terenggut darinya. Ah, tidak. Susa menyadari kalau kali ini berbeda.

Pelan, Susa mengulurkan tangan kirinya, meraih wajah laki-laki itu. Corinth tidak mengelak, bahkan langsung memejamkan mata saat Susa menangkup pipinya, seakan menikmati sentuhan ringan yang nyaman itu. Ketika Susa berhenti mengusap, Corinth menahan pergelangan tangannya supaya tidak menjauh. Netranya membuka lagi.

Gadis itu telah jatuh cinta padanya.

"Menikah denganku," ulang Corinth untuk kali ketiga.

"Apa yang membuatmu memikirkan ini?" tanya Susa sama pelannya.

"Aku tidak bisa lebih lama lagi membiarkan fokusku buyar, hanya karena kau berada jauh dariku."

"Karena itu kau terluka?"

Corinth tersenyum samar. "Kau tidak ada di dekatku pun, aku sudah terluka."

Susa membiarkan Corinth meraih tangannya yang satu lagi lalu menggenggamnya erat.

"Apa pun yang merundungmu, kita hadapi bersama," janji Corinth yang makin menghipnotis gadis itu. Tinggal sedikit lagi, batinnya. Mereka akan selamanya bersama, membeku dalam keabadian.

***

"Kita bisa melakukannya sekarang. Mungkin besok?" Teira tengah berendam dalam kolam air hangat sambil mencabuti satu per satu kelopak peoni.

Horam ada di balik sekat, menunggunya selesai sekaligus mendengarkan semua ocehannya.

"Aku tidak sabar melihat pangeran itu beraksi. Katakan pada dayang di dapur untuk menyiapkan jamuan khusus. Apa aku perlu mendatangkan pemusik juga? Ah, tidak. Bisa-bisa dia akan jadi pengganggu. Atau kita bisa menggantinya dengan lilin aromatik—itu akan membuatnya rileks. ... Meskipun sebenarnya aku lebih suka mendengar dia menjerit histeris."

Mendengar Teira tertawa geli, Horam bisa menebak sesuatu akan terjadi dalam waktu dekat ini. Masalah yang akan dicetuskannya akan berkali-kali lebih runyam karena Teira melibatkan Viro. Mereka tengah menarget Susa.

"Dua orang itu tidak akan tinggal diam kalau kau sampai melakukan sesuatu padanya," kata Horam mengingatkan.

"Satu," koreksi Teira optimis. "Vonn bukan ancaman berarti sedari awal. Anjing sepertinya hanya perlu dikelabui dengan sebatang tulang yang dilempar dan dia akan langsung lari tunggang langgang. Kita hanya perlu sedikit memanipulasi tempat ini, supaya Juda tidak bisa mendeteksi apa pun."

Teira mengetahui perjanjian gelap yang mengikat Juda pada Susa. Perjanjian yang membuat naga itu bertekuk lutut pada Susa dan selalu melindunginya. Tapi cara Susa memanggilnya punya celah yang bisa disabotase. Sudah tidak terhitung berapa cenayang yang dipanggil Teira supaya dia bisa mempelajari bagaimana cara memasung makhluk buas itu—biarpun hanya sementara.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang