"Ah, Tuan ...." Desahan seorang wanita memenuhi tempat itu.
Kabut merah mulai mencemari iris ungu Corinth. Telunjuknya bermain di pundak telanjang wanita itu sekaligus menyingkap keliman kerahnya. Wanita yang terangsang akan lebih mudah dilumpuhkan, dan itulah yang sedang Corinth lakukan.
Di saat wanita itu semakin mendongak, menikmati sentuhan yang gencar diberikan, Corinth menempelkan bibir ke leher jenjangnya. Harum tubuh mangsa mulai membuatnya mabuk. Tangannya yang kuat merengkuh tubuh ramping sang Wanita supaya lebih merapat. Kecupan dan isapan Corinth menyentaknya berkali-kali. Dia pun membalasnya dengan meremas kain jubah Corinth.
Suhu tubuh wanita itu kian memanas. Napasnya terengah dan wajahnya memerah. Saat itu juga Corinth menyimpulkan makan malamnya telah siap.
Taring mencuat dari mulutnya yang membuka lebar. Satu tangannya menangkup kepala sang Wanita hingga menekuk amat miring. Ujung gigi yang tajam itu pun menancap. Darah segar mengalir keluar dan langsung direguknya seperti orang kehausan.
Detik demi detik berlalu. Corinth sama sekali tidak melonggarkan kuncian. Bukannya memelan, dia justru mengisap semakin kuat dan buas. Mangsanya mulai merasakan ambang batas ketahanan tubuhnya. Dia mulai meronta mencoba melepaskan diri. Tapi apa daya, cengkeraman Corinth terlampau kencang.
Hanya warna putih yang tampak dari mata wanita itu sekarang. Namun tiba-tiba Corinth berhenti, di saat dia hampir saja mendatangkan malaikat kematian untuk mangsanya malam ini. Dilepasnya begitu saja tubuh sang wanita yang sekarat itu hingga terebah keras di atas lantai.
Hidung Corinth baru saja mencium aroma darah yang amat familiar.
***
Anggota gerak Vonn tidak bisa diam. Tubuhnya bergetar kecil dan tidak terhitung berapa kali dia mendengkus keras pertanda bosan. Sesekali dia menoleh tajam pada Juda, bertanya sampai kapan mereka harus menunggu. Tapi detik selanjutnya dia mengurungkan niat. Baik Juda maupun Susa sudah memberitahu acaranya mungkin baru akan selesai sampai larut malam sekali.
Anehnya ketika Vonn baru mulai mencoba berdiam, pergerakan Juda menarik perhatiannya. Laki-laki itu berjengit lantas mendongak. Netranya dilebarkan seolah merasakan ada sesuatu yang salah.
"Ada apa?" tanya Vonn.
"Aku tidak bisa mendengar apa pun ...," ucapnya.
"Ini sudah malam sekali. Apa yang kau harapkan? Kalau tidak salah, semua pertunjukkan pasti akan memakai ruangan kedap suara. Jadi tidak akan terdengar dari luar. Tapi aku masih bisa mencium bau makanan-makanan itu. Ah, aku lapar."
Tidak mengacuhkan Vonn, Juda melangkah menghampiri pintu depan. Dua prajurit berjaga dan tampak waspada pada kehadiran laki-laki itu. Kalau Juda memaksa meringsek masuk, bisa-bisa terjadi keributan. Dan tidak diragukan lagi Susa akan marah besar jika tahu.
Juda menghela napas panjang. Tidak terdengar apa pun bukan berarti ada masalah. Lagipula kalau terjadi sesuatu pada Susa, maka gadis itu tinggal memanggilnya.
Sambil mencoba mengusir rasa yang mengganjal dalam benak, Juda berbalik kembali ke tempatnya semula. Namun betapa terkejutnya dia saat langkah pertamanya justru bersamaan dengan hantaman keras di salah satu menara istana. Mereka semua menoleh ke arah yang sama serentak. Hantaman tadi amat keras hingga terdengar seperti ledakan.
Bongkahan pecahan bata berhamburan di tengah kemelut asap dan debu. Juda yang sedari awal merasa ada yang tidak beres langsung menghambur ke pusat terjadinya, disusul Vonn.
Begitu menaiki bingkai jendela yang hancur, keduanya langsung mendapati kemunculan sosok kelam itu, dengan sorot nanar yang sarat kemurkaan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia
FantasiaStatus: COMPLETED Gadis itu selalu hadir tiap para bangsawan yang kotor menanti giliran mereka--di hadapan guillotine, disaksikan kerumunan yang menyemut. Betapa dia ditakuti sebagai malaikat pencabut nyawa, dengan kewenangan penuh yang diberikan sa...