Corinth berkedip pelan. Setelah bergeming seperti patung, tidak menunjukkan reaksi yang seharusnya ketika diancam, dia akhirnya membalas tatapan tajam Vonn. Raut tanpa ekspresi. Vonn menyerangkan pandangan nanar yang menyempitkan pupil mata. Genggaman tangannya pada pergelangan Corinth juga sangat ketat seakan-akan ingin mematahkan tulang laki-laki itu.
"Vonn, lepaskan dia," perintah Susa. Tidak seharusnya mereka bertingkah bar-bar sementara banyak hal lain yang harus dilakukan.
Vonn masih tidak bergerak—tidak sebelum Corinth mengatakan sesuatu padanya. Apa pun. Vonn akan punya alasan lain hanya dengan menyimpulkan kalimat, nada, serta pancaran mata yang ditampakkannya. Normalnya bila merasa diancam karena tuduhan, seseorang akan menyanggah. Atau mungkin berpura-pura bodoh untuk menarik simpati. Lalu, apakah dia akan mengambil resiko menambah emosi Vonn dengan tertawa mengejek? Nyatanya dia hanya diam. Tidak menyangkal apalagi membenarkan.
"Vonn!" Susa membentaknya.
Rahang Vonn mengeras. Susa makin tidak sabar, dan Vonn pun enggan melepaskan cengkeramannya. Senar tegang di antara mereka mendadak terputus saat tangan lain menjulur. Tersenyum, Juda meletakkan telapak tangan kanannya ke atas tangan Vonn.
"Maaf menyela obrolan seru kalian," ucapnya halus. "Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Susa."
Susa sedikit memicingkan mata memandang Juda. Tidak mengherankan apabila Juda sampai berbohong demi mengakhiri pertengkaran yang hampir tersulut antara Vonn dan Corinth. Tapi kemudian bola mata Juda bergerak ke arah samping seolah menunjukkan sesuatu. Juda tidak berbohong. Ekspresinya sama ketika mereka berhasil memasukkan "ikan besar" dalam jebakan.
Gadis itu melangkah maju, tidak memedulikan tangan Vonn yang masih membentang di depannya. Kedua tangannya terangkat lalu memutus tautan tangan kedua laki-laki itu seperti menyibakkan dua belah tirai. Tanpa mengatakan apa pun, dia beranjak pergi disusul Juda. Vonn pun kembali memberikan delikan tajam pada Corinth sebelum menyingkir.
Corinth melihat pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkeraman tadi. Kedua sudutnya tertarik membentuk seulas senyum. Aroma Susa masih belum menghilang dari penciumannya.
Susa ... Dia membatin. Jika dugaannya benar, maka gadis itu harus membayar harga yang pantas untuk delapan abad yang terlewat dalam hidup kelam Corinth.
***
"Tiga kereta yang mencurigakan, serta pengawal tanpa baju besi." Susa menggumam sambil menopang dagu. "Mereka pasti orang-orang yang terlatih sekali. Lebih efisien untuk melindungi sesuatu tanpa dihambat oleh baju berat. Apa kau yakin mereka bukan bandit?"
"Bandit macam apa yang beraksi dengan menggunakan kereta kuda?" Vonn menyahut. Laki-laki itu tengah melatih otot lengannya dengan menaikturunkan barbel besi.
"Jangan lupa kalau pembersihan ini belum selesai, Vonn." Sama dengan Susa yang tengah menghadapi tumpukan berkas-berkas kertas laporan, Juda juga sibuk menerka permasalahan mereka kali ini. "Mereka bisa melakukan apa pun—termasuk bekerja sama dengan bandit. Masa raja terdahulu, kemampuan bandit-bandit ini bisa menyamai prajurit resmi istana. Mereka merampok pendatang dari luar."
"Apa yang mereka lindungi kalau begitu?" tanya Susa. "Sesuatu atau seseorang? Bagaimana dengan kereta kuda yang keluar masuk istana?"
"Upeti-upeti yang diberikan pada Ratu akan langsung dipamerkan, bukannya dikirim dengan sembunyi-sembunyi begitu memasuki gerbang istana. Tapi yang ini tidak. Mereka sama sekali tidak mengarah ke istana." Juda menimpali.
Bagaimana caranya mereka bisa tahu sesuatu yang tengah komplotan bangsawan itu sembunyikan? Tentunya tanpa perlu menyentuh kereta itu. Menggunakan penyelundup tidak akan ada gunanya. Kalau ketahuan, semakin berat resiko yang ditimbulkan. Apalagi jika apa yang mereka curigai ternyata tidak terbukti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia
FantasíaStatus: COMPLETED Gadis itu selalu hadir tiap para bangsawan yang kotor menanti giliran mereka--di hadapan guillotine, disaksikan kerumunan yang menyemut. Betapa dia ditakuti sebagai malaikat pencabut nyawa, dengan kewenangan penuh yang diberikan sa...