"Dengan berzikir mampu meredamkan amarah yang menyala. Karena jika menyala terus, bahaya bisa terbakar."
❄❄❄Seorang gadis keluar dari bibir lift. Langkahnya mengayun cepat. Sesampai di pelataran parkiran mendadak kedua matanya yang bulat terbelalak.
"Apa-apaan ini?" dengkus gadis berhijab, tangannya meraih secarik kertas yang disisipkan pada wiper, penyeka jendela.
DON'T PARK HERE!
Satu kalimat tegas mampu membuat wajah sang gadis berubah merah padam. Detak jantungnya bergemuruh cepat. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan menyapu setiap sudut pelataran perkiran. Di sana hanya dia seorang tidak ada siapa-siapa. Sepi. Dersik angin menggulung debu pasir dan membuat hampir semua mobil mewah di pelataran berselimut debu pasir.
Ia meremas kertas berdebu itu sambil membuka daun pintu mobil dan melemparkannya sembarang tepat lalu melajukan mobil dan meninggalkan pelataran parkiran.
Pukul sembilan pagi jalanan area Kurnis mulai dipadati kendaraan beroda empat. Beragam merk mobil mewah merayap perlahan. Di jalur kiri gedung-gedung mentereng menjulang tinggi sedangkan di jalur kanan berderet pohon kurma membelakangi Laut Kurnis yang tampak luas membentang dengan riak-riak ombak kecil. Di trotoar tepian laut tampak lalu-lalang orang joging. Terlihat juga burung camar menari-nari di atas hamparan laut yang biru. Seolah-olah mengiringi orang-orang sedang ber-olahraga.
Zikir pagi mengalun lembut dari bibirnya yang tipis. Meredakan kekesalan pada secarik kertas itu.
"Ashbahnaa waashbahal mulku lillah ...."
Sesekali Aida melirik benda yang melingkar di pergelangan tangannya yang ramping. Kedua tangannya mengetuk-ngetuk gagang setir. Menunggu lampu lalu lintas hijau menyala kembali.
Netra Aida mengamati mobil-mobil mewah disekeiling. Di samping kanan sebuah mobil Landcruiser yang dikendarai wanita Qatari, khas dengan busana abaya hitam-hitam lengkap dengan burdahnya. Di sisi kiri mobil Pajero hitam mentalik seorang pria berkacamata hitam mengenakan topi khas lambang negara Erdogan fokus menatap ke depan. Kadang suasana macet membuat gadis itu perlu mengendurkan urat syarafnya dengan menikmati suasana di luar.
Lampu lalu lintas tak berubah juga jadi hijau. Masih merah. Di depan terlihat polisi bersiaga mengatur arus lalu lintas. Benar-benar hari yang cukup hectic.
"Duh, telat lagi, I don't like monday!" desahnya.
Pagi yang rutin, melalui rute jalan yang sama, menikmati kemacetan seperti biasa dan menyambangi kampus. Mengikuti perkuliahan yang sudah terjadwal dari hari Minggu hingga Kamis. Ya, week end di negeri ini jatuh pada hari Jumat dan Sabtu, tentu berbeda dengan di Indonesia. Begitulah rutinitas sehari-hari yang di lalui Aida tidak ada hambatan semuanya berjalan dengan normal hinga secarik kertas itu yang sedikit mencecar pikirannya.
Secarik kertas sebagai memo yang perlu ditanggapi serius.
Aida mengernyitkan dahi, otaknya berusaha menyelidik siapa yang menulis memo itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
CInta Bersemi Di Bursa
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "Cinta itu anugrah Illahi merasakannya fitrah menghadapinya dengan cara halal, bukan dengan cara yang nista. " Kisah pertemuan dua orang yang memilki karakter berbeda dan memiliki masa lalu yang sulit untuk dilupakan . A...