Move On

247 36 171
                                    

"Menutup kenangan yang pernah hadir di hati tidak semudah membalikkan telapak tangan."

❄❄❄

"Mengapa kembali lagi? Ada yang tertinggal?" Muncul dari balik pintu wajah pemuda berparas arab dengan rambut keriting berwarna hitam legam. Bertanya keheranan.

Pria yang di ajak bicara mengangguk pelan dan menarik sudut bibirnya ke atas.

"Sori, Ahmed, ponselku sepertinya tertinggal," sahut pria bercabang tipis. Tangan kekarnya masih menenteng map berisi berkas laporan managemen, rencananya semua berkas harus selesai ditanda-tangani.

"O, ya? Di mana kau meletakkanya? Ayo masuk!" ajak Ahmed sambil membuka pintu leba-lebar. Kemudian punggung pemuda berparas Arab itu menjauh, berusaha mencari barang yang diminta Fatih

"Thanks Ahmed, aku terburu-buru, aku meletakkan ponsel di meja kecil samping sofa," teriak Fatih, biar terdengar oleh Ahmed.

Tak lama Ahmed keluar menghampiri Fatih, ditangannya sudah menggenggam sebuah ponsel.

"kamu selalu begitu, Fatih. seperti sudah tua saja, pikunmu kambuh lagi? Ada saja yang lupa," jawab Ahmed sambil terkekeh.

Fatih hanya tersenyum miring saat Ahmed mengejeknya

"Oke, Brother, besok seperti biasa di ditempat langganan. Mau aku jemput?" tanya Fatih sambil melangkah ke arah menuju lift.

"Tidak perlu, langsung bertemu di sana, Brother," jawab Ahmed sambil tersenyum.

Ya, itulah dua sahabat yang sudah terjalin sejak mereka kuliah di salah satu universitas ternama di negeri padang pasir.

Fatih adalah seorang pemuda asal Turki, ia tinggal Qatar ini sejak masih sekolah tingkat dasar. Orangtuanya bekerja di salah satu perusahaan minyak terbesar di negeri itu, sejak ayahnya pensiun dan kembali menetap di Turki. Fatih bekerja di salah satu perusahaan di mana dulu ayahnya bekerja. Dia menjadi supervisor muda di perusahaan tersebut.

Ahmed adalah pemuda asal piramid itu salah satu rekan kerja Fatih. Memiliki postur tubuh tinggi hampir sama dengan postur tubuh Fatih hanya saja Ahmed sedikit gemuk sedangkan postur tubuh Fatih sangat ideal -- atletis.

***

Sore itu, di sebuah kafe yang cukup hectic, beberapa pelayan mondar-mandir dengan sigap membawa sejumlah pesanan para pelanggan. Alunan musik blues lembut menggema memenuhi sudut ruangan kafe, menambah hangat suasana sore itu. Sebuah kafe yang terletak di pinggir jalan raya besar, disampingnya berderet pertokoan, sedangkan di belakang pertokoan berderet flat-flat.

Seorang pemuda memasuki kafe. Penampilan pemuda itu cukup perlente, mengenakan kaos biru navi berkerah, dipadu dengan celana katun casual berwarna cokelat muda. Belum lagi dengan wajahnya yang tampan, hidung bangir, kulit putih agak kemerahan jika sudah terkena sengatan sinar matahari, rambutnya ikal cokelat kehitaman, tatapannya tajam menyapu kondisi ruangan kafe Ceffe Time. Sorot matanya terhenti pada seseorang yang sedang duduk di meja sudut dekat jendela.

"Assalamu'alaikum, sudah dari tadi?" sapa Fatih sambil menarik kursi kemudian ia menghempaskan bokongnya dikursi.

"No, only a few minute!" balas Ahmed, tangannya sedang mengaduk kopi khas turki, aroma kopi panas itu sangat harum menggoda, bisa membuat setiap orang terhipnotis untuk ingin mencicipinya.

CInta Bersemi Di BursaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang