"Kadang begitulah, pacaran bertahun-tahun, tapi nikahnya sama yang lain. Cuman jadi penjaga jodoh orang, sakitnya disini."
(Cinta Bersemi Di Bursa - Aida Saphira)
Sayup-sayup terdengar alunan musik Turki dari luar. Aida menyibak pelan tirai hotel. Dari baik celah tirai, netra gadis itu melihat seorang pria sedang berdiri dan dari mulutnya terus mengepul asap rokok. Lagu itu berasal dari kafe sebelah hotel Konstatinopel. Irama musik itu sungguh merdu dan menyayat.
"Lagu yang melenakan," desis gadis bermata lentik itu. Aida kembali duduk di sofa.
"Belum tidur, Ai?" Mia tak sengaja terbangun, lalu melihat Aida masih tercenung duduk di atas sofa.
"Belum ngantuk, tanggung beresin naskah dulu." Aida masih berkutat dengan laptopnya.
Mia bangkit dari rebahannya. "Berisik amet di luar."
"Tau tuh, dari kafe sebelah," ucap Aida.
" Ini lagu sangat familiar di telingaku." Kening Mia mengernyit.
"Gimana tidak hapal, sejak kita mendarat di Istanbul ini, sepertinya lagu ini sedang hits di negeri ini," ucap Aida.
"Aku tahu lagu ini, mengisahkan jalinan cinta sepasang kekasih kandas di tengah jalan."
"Korban drama kayaknya?" Aida terkekeh.
"Jodoh, maut dan rezeki memang sudah tertulis di lauhmahfudz. Kadang begitulah, pacaran bertahun-tahun, tapi nikahnya sama yang lain. Cuman jadi penjaga jodoh orang, sakitnya di sini," gumam Aida sambil nunjuk dada.
"Ehmm ... nyindir aku." Mia hanya nyengir.
"Maaf Mia, aku tidak ada maksud nyindir kamu, hubungan kamu dengan Elan sudah berakhir artinya bukan jodoh dan kita belajar mengambil hikmah dari pengalaman yang kita alami."
"Iyaaa, betul bangeut Bu ustazah." Mia kembali merebahkan tubuhnya dengan kasar.
"Udah ah, enggak perlu ngungkit-ngungkit cowok berengsek itu," kesal Mia.
Aduh...sepertinya aku salah ngomong lagi, ini mulut kenapa enggak bisa direm. Aida menepuk pelan mulutnya lalu memukul-mukul kepalanya menyesal atas ucapannya yang ceplas-ceplos. Lalu ia menutup benda kotak itu. Tidak lama menghampiri kasurnya yang bersisian dengan tempat tidur Mia.
Aida merebahkan tubuhnya lalu melipat kedua tangannya di bawah kepala sesekali melirik Mia yang sedang memungunginya.
"Mia, maafkan aku, jangan dimasukan ke hati yah." lirih Aida terdengar memelas.
"Enggak perlu minta maaf, semua ucapanmu benar Ai," sahut Mia sambil menghela napas pelan.
Mia memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Aida.
"Aku yakin Allah telah menyediakan pendamping buat kita, tinggal kita terus memantaskan diri. Biar jodoh yang kita dapat sesuai dengan harapan kita." ucap Mia.
Aida mengangguk pelan sambil tersenyum tipis.
Kedua Gadis itu memejamkan bola matanya dan mulai terdengar napas teratur.
***
Seperti biasa setelah sarapan pagi Aida dan Mia sudah menanti di lobi hotel. Agenda kunjungan mereka selama di Istanbul, berikutnya menuju Tohkapi Sarayi. Sebuah tempat tinggal para sultan masa dinasti Utsmaniyah (Ottoman). Dan menjadi peninggalan sejarah terbesar bagi kekaisaran Turki.
Ketiga gadis itu melewati gerbang pertama Istana Tohkapi. Saat masuk nampak halaman yang sangat luas. Sepanjang kiri-kanan beraneka bunga bermekaran. Belum lagi pemandangan Laut Bosphorus yang sangat memanjakan pandangan. Tak hentinya Aida dan Mia berdecak kagum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CInta Bersemi Di Bursa
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "Cinta itu anugrah Illahi merasakannya fitrah menghadapinya dengan cara halal, bukan dengan cara yang nista. " Kisah pertemuan dua orang yang memilki karakter berbeda dan memiliki masa lalu yang sulit untuk dilupakan . A...