"Makanya jadi penulis, biar energinya habis di otak tidak mengendap jadi lemak."
(Cinta Bersemi Di Bursa)
~Anit Djaelani~
❄❄❄Bunyi ponsel berdering berkali-kali. Memecah keheningan dalam kamar hotel.
"Ai ... ponselmu nyala." Mia terbangun sejenak dan kembali bergelung dengan selimut tebal.
"Ya..." Aida hanya mendesah lemah dan tangannya meraba-raba meja nakas di samping tempat tidurnya. ia meraih benda pipih itu dan sedikit mengangkat tubuhnya setengah duduk lalu langsung menempelkan benda itu pada daun telinganya.
"Halo, Aida, kalian sudah sampai di hotelkan?" tanya seseorang di balik ponsel.
"Ya, pukul delapan pagi kemarin sampai hotel," jawab Aida lemas. Ia berusaha mengumpulkan kesadaran walau mata masih terpejam.
"Alhamdulillah, nama hotelnya Konstatinopelkan?"
"Iya." Aida menjawab singkat berusaha mencerna setiap ucapan Sophia.
"Oke, jam 9 siap-siap yah nanti aku jemput!" Suara perempuan di balik ponsel terdengar lagi.
"Oke, I will be ready." Aida mengakhiri dengan salam, ia menggeser layar touch screen-nya ke bawah. Bola matanya yang agak redup berusaha menangkap keterangan waktu menunjukkan pukul lima pagi. Saatnya solat fajar.
"Mia, bangun subuh dulu!" ucap Aida sambil menggoyangkan tubuh sahabatnya lalu ngeloyor ke kamar mandi. Tak lama terdengar kucuran air.
***
Pukul delapan pagi sebelum menuju breakfast room Aida menikmati taman belakang hotel dari balkon. Ia merapatkan mantel dan syalnya. Suhu pagi ini di bawah sembilan derajat. Ia mengeluarkan ponsel dari saku mantel.
"Asalamu'alaikum ... ibu..maaf Aida baru bisa nelepon," ucap Aida manja.
"Gimana Istanbul masih turun salju gak?" tanya ibu terdengar antusias.
"Salju udah gak ada tapi dinginnya Buuu...Aida gak kuatt," ucap Aida giginya bergemeletuk.
"Yuk, Ai, kita sarapan dulu!" colek Mia yang sudah ada di sampingnya. Aida menoleh sebentar lalu mulutnya yang tipis mengerucut. "Mamaku...," bisik Aida. Mulut Mia membulat.
"Bu, udah dulu yah, ini mau sarapan dulu nanti Aida telepon lagi, Asalamu'alaikum!" Aida buru-buru menutup pembicaraan bersama ibunya. Lalu menuruni tangga menuju ruang makan hotel.
"Gunaydin!"
Para pelayan dengan ramah menyambut Aida dan Mia saat memasuki pintu breakfast room lalu pelayan itu mempersilakan kedua gadis untuk menikmati hidangan pagi ini.
Kedua mata gadis itu liar ke segala arah, aneka macam menu tersedia dan aroma harum khas kuliner Turki menguar. Satu persatu Aida dan Mia menjelajah menu bufet. Semuanya lengkap dari menu pembuka hingga menu desert penutup.
Aida mengambil scramble egg dipadu dengan kentang panggang dan salad mentimun-- wortel tak lupa beberapa sweet chocolate cake dan segelas teh panas dilengkapi dua bungkus kecil gula . Sedangkan Mia mengambil sup cream, sepotong roti dan jus jeruk.
"Jangan diet Mia! hari ini kita butuh energi banyak," goda Aida sambill terkekeh. Mia yang mendengar celoteh Aida Hanya mendengus kesal. Sudan extra diet tapi tetap saja badannya tetap lebar.
Aida begitu lahap menyantap hidangan di depannya. Mia beberapa kali menggeleng melihat menu lengkap dalam nampan Aida.
"Enak banget sih, jadi kamu, Ai, makan banyak tapi itu badan tetap segitu-gitu aja, enggak ada rubahnya. Heran lemakmu, tuh, lari kemana, sih?" cerocos Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
CInta Bersemi Di Bursa
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "Cinta itu anugrah Illahi merasakannya fitrah menghadapinya dengan cara halal, bukan dengan cara yang nista. " Kisah pertemuan dua orang yang memilki karakter berbeda dan memiliki masa lalu yang sulit untuk dilupakan . A...