Merhaba Turki

131 16 73
                                    


Walau wajah tak terlihat namun saat mendengar suaranya bisa dipastikan itu dia, benarkah? No way -- tidak mungkin."

(Aida Shafira)

❄❄❄

Hari yang dinantipun tiba juga. Aida menggeret kopernya dengan ditemani ibu dan ayah. Mereka berdiri di atas mesin eskalator berjalan lalu berlanjut naik lift ke lantai satu. Rona kebahagiaan tak pernah lepas menghiasi wajah Aida yang putih.

Di ruang tunggu sahabatnya Mia telah menanti. Mia pun di temani kedua orangtua, kedua gadis itu langsung berhamburan saling berpelukan begitupun dengan kedua orangtua mereka masing-masing saling menyapa.

"Aida, nanti kalau udah sampe Istanbul jangan lupa telepon ibu yah!Fii amanillah sayang." Tangan ibu sambil merangkul bahu Aida.

"Iya bu, insya Allah, siapp," ucap Aida lalu mengecup punggung tangan ibu. Gadis itu memeluk tubuh wanita baya itu penuh erat.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua mereka masing-masing. Aida dan Mia ikut antri untuk check- in.

Pukul dua dini hari. Panggilan terdengar mempersilakan para penumpang untuk memasuki kabin pesawat Turkis Airlines.

Aida dan Mia bangkit dari kursi tunggu dan mulai bergabung dengan antrian mengular menuju gate keberangkatan pesawat. Setiap penumpang menunjukkan paspor dan boarding pass.

Di mulut pesawat seorang pramugari kembali mengecek tiket boarding pas dan pasport.

Aida dan Mia memasuki kabin ekonomi class. Antrian masih berjalan Aida dan Mia harus bersabar menunggu para penumpang di depannya sedang mengangkat dan meletakkan barang di atas loker kabin.

"Iyi geceler, çok teşekkür ederim."

Terdengar samar-samar suara pria menyentuh daun telinga Aida, suara itu datang dari arah belakang.

Aida mengernyitkan kening. Ia seperti mengenal suara itu.

Mungkinkah dia? no way, gak mungkin. Gumamnya dalam hati.

Aida reflek melirik ke belakang terlihat seorang pramugari memunggunginya sedang berbincang dengan salah satu pria dan pramugari itu mempersilakan sambil mengayunkan telapaknya ke arah kabin bisnis class. Aida menyidik pria itu namun iris matanya hanya menangkap punggung pria masuk ke kabin bisnis clas.

Selama empat jam pesawat mulai membelah udara menuju Turki.

Aida, Mia beserta penumpang lainnya mengencangkan sabuk pengaman. Saat pesawat mulai take off.

Selama dalam perjalanan beberapa kali pesawat mengalami turbulensi terdengar anoucement mengingatkan penumpang untuk tetap duduk dan memastikan sabuk pengaman terpakai.

Suasana dalam pesawat agak remang-remang, kru kabin sengaja memadamkan lampu utama agar para penumpang bisa istirahat dengan nyaman.

Sudah satu jam berlalu meninggalkan bandara Hamad. Dua orang pramugari sibuk menyajikan menu sarapan.

Aida melangkah menuju toilet dekat kabin bisnis class. Tanda lampu merah toilet menyala menandakan ada seseorang di dalam.

Tirai kabin yang menutupi ruang bisnis class tersingkap, dari balik celah tirai netra gadis itu mengamati keadaan ruangan walau tampak remang. Aida masih penasaran dengan sosok suara laki-laki yang berbicara dengan pramugari saat belum take of.

Sedangkan suasana dalam pesawat para penumpang menikmati hidangan yang di sajikan. Bunyi denting alat makan beradu belum lagi roda meja makanan yang di tarik oleh para pramugari beradu pula dengan lantai kabin.

CInta Bersemi Di BursaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang