Rasa Tak Biasa

56 6 0
                                    

Selain Allah tidak ada yang tersisa

yang lain semua binasa

wahai cinta Agung 

sang penghancur segala syirik

(Maulana Jalaluddin Ar Rumi)

❄❄❄


"Bismillah," bisik Aida saat mobil van di tumpanginya meluncur meninggalkan kompleks Green Mosque menuju jalan besar utama untuk lanjut menuju Gunung Uludag Bursa. Saat itu Kota Bursa di di guyur hujan walau tak deras. 

Mobil van itu terus melaju melewati jalan perkotaan, gedung-gedung, pertokoan lama-lama melewati lembah tandanya mulai mendekati lokasi yang dituju, perlahan rinai salju mengguyur jalanan,  bangunan, pohon-pohon berselimut es serut.

Satu jam akhirnya sampai juga di stasiun kereta Teleferik. Untuk menuju puncak Gunung Uludag  harus menggunakan kereta gantung listrik. 

"Subhanallah Ai, dingin bangeuttt," pekik Mia saat jemarinya meraih hamparan es serut di sekitar kakınya. Jalanan hampir tersepuh salju. Aida dan Mia tidak menyangka bisa menjejak kakinya di atas tumpukan salju itu. Mia mengambil setumpuk salu lalu mengukirnya jadi bola salu dan meleparkan pada Aidadan Sophia. Tak lama terdengar gelak tawa diantara mereka bertiga

"Mia kamu jail, awass yahh...." ancam Sophia, lalu melempar balik bola salju pada Mia. Sedangkan Aida tersenyum kecil melihat tingkah dua sahabatnya.

Sedangkan dari kejauhan Fatih dan Ayas memperhatikan tingkah ketiga gadis itu.

"Gadis itu memang lucu," ucap Ayas

"Maksudmu yang mana?" tanya Fatih penasaran.

Ayas menunjuk Aida yang sedang memotret Mia dan Sophia.

"Kau menyukainya?" selidik Fatih.

"Aku tidak tahu menggambarkan perasaanku, hanya gadis itu mengingatkan seseorang pernah ku kenal." jawab Ayas.

Saat mendengar pernyataan Ayas, dada Fatih mendadak terasa panas.

"Apa kau mengenal Aida sebelumnya?" tanya Ayas.

Fatih menoleh ke arah Ayas, Hanya tersenyum tipis. "Aku tidak begitu mengenalnya," Fatih mencoba mengelak.

"Benarkah? soalnya aku perhatikan waktu di Istanbul kalian berdua tampak kikuk, dan kau sering melirik ke arahnya" ucap Ayas.

  "Sejak kapan Ayas kau jadi pengintai kehidupan orang," ejek Fatih sambil terkekeh-kekeh.

Baru saja Ayas membuka mulut Sophia sudah di sampingnya.

"Ayo, makan siang dulu.  Aida dan Mia sudah pada kelaparan nih," ajak Sophia.

Ayas dan Fatih mengangguk dan mengikuti Sophia menuju restoran.

***

Di atas ketinggian 1400 meter Teleferik membawa Aida dan teman-temannya menuju puncak Gunung. Kereta gantung itu melewati pohon -pohon cemara, pinus yang telah tertutup salju.

Aida tak lepas bertasbih-, berdzikir.

"subhanallah wa bihamdi.

'adda khalqihi.

 wa ridhah nafsih.

wa zinata arsyih. 

wa midada kalimatih. "

Satu jam perjalanan akhirnya kereta listrik membawa mereka di puncak Gunung Uludag.

Saat turun dari kereta gantung sepanjang memandang adalah lautan salju. Aida menengadahkan telapak tangannya serpihan-serpihan salju mendarat mulus menyentuh tangan Aida yang terbungkus oleh sarung tangan.

CInta Bersemi Di BursaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang