Alis Ahmed saling bertaut, mulutnya terbuka menganga.
"I don't belive, am I dreaming?" keluh Ahmed sambil mengacak rambutnya. Ia mencoba lagi menghubungi ponsel Fatih namun disambut dengan suara operator di seberang sana.
"The person you are calling is not available, please try againt."
"Came on Fatih, kenapa mendadak tidak aktif begini, arghhh...." gerutu Ahmed.
tiba –tiba seorang karyawan menghampiri Ahmed.
"Bagaimana Mr. Ahmed? Semua sudah menunggu di ruang rapat."
"Oke, oke seandainya Mr. Fatih belum hadir sepuluh menit lagi kita mulai saja, biar saya yang memimpin rapat." ujar Ahmed.
Karyawan berwajah Nepal itu mengangguk dan berlalu meninggalkan Ahmed yang wajahnya tampak masam semerawut.
Sepuluh menit telah berlalu dengan terpaksa Ahmed memimpin rapat.
Tepat jam dua siang di ruang meeting telah berkumpul setiap divisi melaporkan segala aktifitas danpengeluaran yang di gunakan selama setahun.
Perlahan pintu rapat terbuka dan masuklah Fatih dengan santai dan menarik kursi lalu mengempaskan tubuhnya di kursi.
Ahmed yang sedang menjelaskan kurva perkembangan produksi melirik sesaat ke arah Fatih dan lirikan Ahmed di sambut dengan senyuman dan sedikit anggukan pemuda Turki itu.
Hampir dua jam sudah rapat berakhir. Perlahan anggota rapat mulai membubarkan diri tinggal tersisa Fatih dan Ahmed.
"Susah sekali menghubungi ponselmu, sepertinya kau sedang sibuk dengan seseorang." sindir Ahmed.
"Ya, tadi pagi aku di bandara." Fatih bangkit sambil merapikan berkas-berkas di atas meja, "sampai ketemu besok, Med ?" ucap Fatih sambil menyambar jaket lalu ngeloyor keluar ruangan.
"Maksudku yang mengangkat teleponmu sebelum ke sini itu siapa?" tanya Ahmed sambil menjajari langkah Fatih. Mereka melangkah ke arah lift.
Fatih mengernyitkan wajahnya, "Maksudmu? Aku tidak mengerti."
Baru saja Ahmed akan menjelaskan pintu lift telah terbuka, dan di dalam telah banyak karyawan. Pembicaaraan mereka terputus saat lift itu bergerak membawa mereka menuju lantai bawah.
"See you tomorrow, mobilku terpakir di ground," ucap Fatih sambil melangkah keluar lift beriringan dengan karyawan yang lain saling berlomba menuju area parkiran. Di lift menyisakan Ahmed dan dua orang karyawan lainnya.
"Oke, kalau begitu, kamu masih punya hutang samaku," sahut Ahmed.
"Hutang apaan?" tanya Fatih
"Hutang penjelasaan," ucap Ahmed sambil terkekeh. Lalu lift itu melesat membawa pemuda mesir itu menuju lantai besemen.
***
Malam semakin larut. Suasana Al-ghassam Park tetap masih ramai, para remaja arab masih memenuhi lapangan futsal-- jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh malam. Beginilah suasana weekend di negeri ini, semakin malam malah semakin ramai, di tambah cuaca yang sangat nyaman tidak panas dan tidak pula dingin, persis seperti cuaca di negara tropis.
Bagi Aida hari ini sangat melelahkan fisik dan fikirannya terasa terkuras habis-habisan. Mulai dari mengurus tiket pesawat hingga menyelesaikan tugas akhir kuliah.
Aida tiba di pelataran flat-nya. Parkiran nomor delapan seperti biasa tampak kosong. Gadis itu ragu menyimpan mobilnya di sana akhirnya dengan berat hati Aida melajukan mobilnya menuju parkiran basemen. Kalau tidak ingat memo peringatan itu, ia tidak akan bersusah payah harus parkir di basemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
CInta Bersemi Di Bursa
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "Cinta itu anugrah Illahi merasakannya fitrah menghadapinya dengan cara halal, bukan dengan cara yang nista. " Kisah pertemuan dua orang yang memilki karakter berbeda dan memiliki masa lalu yang sulit untuk dilupakan . A...