Hidayah

145 23 114
                                    


"Membahagiakan itu saat memiliki sahabat yang mampu memahami dan selalu berdiri di samping di kala sedang susah maupun  senang."

(Quote by anit)

Hai, Aida!" Suara Mia mengagetkan Aida dan membuyarkan lamunannya

"Hayo, lagi ngelamun, yah?! Terdengar suara gelak tawa Mia. Gadis bertubuh gempal itu menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya di kursi kayu.

Suasana kantin kampus cukup ramai, di setiap meja, telah dipenuhi mahasiswi, dan sebagian lagi mengantri mengambil makanan.

"Bagaimana kondisimu sekarang, Mia?" tanya Aida meringis, menahan rasa sakit dan kaget akibat hentakan tangan Mia di kedua pundaknya.

"kangen, yah, sepi yah, kalo gak ada aku." Mia terkekeh-kekeh menggoda Aida.

"Kamu tuh, yah, gak pernah berubah, ucap salam sich, jangan bikin kaget!" Mata Aida terbuka ada nada setengah galak.

"Iya. iya, sorry yah, teman baikku," goda Mia.

Aida melihat tingkah Mia hanya bisa menggeleng. Namun baginya Mia adalah teman yang menyenangkan dan humoris, kadang ia harus sedikit bersabar menghadapinya. Sudah lama Aida mengajak Aida untuk berhijab, namun gadis bertubuh gempal itu masih belum siap untuk mengenakan hijab.

Kedua gadis itu menikmati segelas chai panas, dinginnya cuaca di luar cukup membuat gigil. Mantel hangat membaluti tubuh mereka dari terpaan angin dingin.

"Gimana udah enakan, tuh badan?" tanya Aida.

"Mendingan, bosen di rumah terus, makanya aku paksain aja ke kampus," sungut Mia.

"Jaga kesehatan jangan sampe ambruk lagi, bisa-bisa gagal nanti ke Turki."

"Siap, bos." Mia terkekeh-kekeh.

"Eh, Mia, besok ada tahsin, mau ikut gak?" tanya Aida kembali menyeruput chai panas. Sebentar-bentar tangannya merapikan syal yang melilit di leher yang terbungkus oleh khimar berwarna pink.

"Hmm, aku malu, Aida, ngajiku gak lancar," kepala Mia setengah menunduk, menyembunyikan keenggananya agar tidak terlihat Aida.

"Nah, justru itu, karena kita ngaji belum lancar, kita wajib belajar, biar lancar," bujuk Aida.

"Mia, dalam mengaji itu banyak kebaikannya, setiap huruf Al-Quran yang kita baca mengandung sepuluh kebaikan. Jika kita membaca banyak huruf dalam satu ayat. Dan setiap ayat itu  terdiri dari beberapa huruf, tinggal dikali saja huruf yang telah kita baca, gak kebayangkan jumlahnya." Aida mencoba meyakinkan Mia.

Mia mendengar seksama perkataan Aida, ada rasa takjub pada sahabatnya itu, tak menyangka Aida yang dulu, sekarang sangat berbeda. Lebih dewasa.

"Oke, oke, sudah selesai ceramahnya, Bu ustazah," mata Mia mendelik ke arah Aida.

"Aku tak akan berhenti sampe kamu setuju ikut denganku, besok tahsin bersama Ummu Hamzah ikutan yah," Aida mengerlingkan mata pada Mia.

Namun Mia membalas dengan anggukan kecil saja.

***

CInta Bersemi Di BursaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang