Dari kejahuan tampak seorang gadis menggunakan gamis cokelat, dengan jilbab motif bunga senada, dengan mantel hitam membungkus tubuhnya yang kurus. Sekali-kali gadis itu melirik ke arah jam tangannya, raut wajahnya mulai tampak gusar, dari tadi mondar-mandir, menoleh ke kiri-kanan entah sudah berapakali gadis kurus itu melakukannya.
Aida melirik jam tangannya menunjukkan pukul 6 pagi lebih 10 menit. Bus jemputan yang ia tunggu tak kunjung tiba. Gadis itu merogoh tas mengambil gawai, jarinya dengan cepat memijit tombol nomor.
"Assalamu'alaikum, Mia kamu sudah dijemput bus belum yah? Aku sudah hampir sepuluh menit menunggu, bus, kok gak datang juga?" gelisah Aida.
"Wa'alaikumsalam, Aida hari ini, aku ijin tidak ke kampus, badanku lagi meriang, flu berat." Jawab Mia terbatuk-batuk.
"Mia, kamu lagi sakit, syafakillah yah!" ucap Aida, setelah mengucapkan salam terdengar suara nada sambung terputus.
Aida mencoba menenangkan diri, tangannya mencoba mencari nomor kontak supir bus. Gadis itu berusaha mencari kabar posisi bus jemputan sudah sejauh mana.
Tiba -tiba terdengar suara laki-laki menyapa, menghentikan aktifitas Aida.
"Maaf, Nona Aida, menunggu bus kah?" tanya Ibrahim sang penjaga gedung. Aida menganguk.
"Sepertinya bus jemputan tadi sudah lewat!" sahut pria Bangladesh sambil mengarahkan telunjuknya ke arah jalan raya besar. Lalu seperti biasa ia kembali sibuk dengan rutinitas kerjaannya sebagai penjaga gedung.
"Oh, ya?"
Raut muka Aida mulai pucat. Untuk memastikan ucapan penjaga gedung. Aida langsung menghubungi nomor ponsel supir bus.
Namun beberapa kali nada ponsel memanggil tak ada jawaban dari supir itu, keringat dingin mulai nampak di sekitar dahinya. Gadis itu menghela napas perlahan. Pasrah.
Dengan berat hati, Aida kembali membawa mobil ke kampus, sebenarnya tantangan terberat membawa mobil di Qatar ini karena di mana-mana sedang ada perbaikan jalan, kadang jalur lalu lintas selalu mendadak berubah dan hal itu membuat dia harus fokus kalau tidak bisa tersesat.
Gadis itu menghampiri mobil sedannya akan tetapi sungguh naas mobilnya beberapa kali distarter tak mau jalan --mendadak mati.
"Ya, Allah kenapa lagi nih mobil? padahal semalam masih jalan, pake mogok segala lagi," keluh Aida.
Beberapa saat gadis itu terdiam. Lalu ia memutuskan untuk menggunakan taksi online.
"Hey!"
Terdengar seseorang memanggil Aida.
Gadis itu menoleh. Melihat seorang pemuda berjalan ke arahnya. Di tangannya menggenggam botol air mineral yang tinggal setengah."Kau memanggilku?" tanya Aida sambil tangan menunjuk ke dadanya.
Pemuda itu berdehem.
"Yes, it's you, sudah kuperingatkan kalau ini tempat parkiranku, jadi mohon pindahkan mobilmu atau aku lapor ke owner flat ini," kesal Fatih sambil menyeka peluh dipipinya yang bercabang. Rutinias joging yang tak pernah Fatih tinggalkan walau bukan week end pun.
"I-iya saya tahu, tapi maaf mobil saya mogok, jadi belum saya pindahkan," ucap gugup Aida sambil matanya memberi isyarat menunjuk ke arah mobilnya yg sedang diparkir.
Mata Fatih menyipit meyakinkan apakah omongan gadis ini bisa di percaya.
"Are you sure? Kamu tidak bohongkan?" selidik Fatih.
Mendengar pernyataan pemuda itu, dada Aida bergumuruh tak karuan. Baru kali ini ia bertemu dengan orang yang sangat menjengkelkan dan membuat ia senewen dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CInta Bersemi Di Bursa
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "Cinta itu anugrah Illahi merasakannya fitrah menghadapinya dengan cara halal, bukan dengan cara yang nista. " Kisah pertemuan dua orang yang memilki karakter berbeda dan memiliki masa lalu yang sulit untuk dilupakan . A...