"Souq itu artinya pasar. Letaknya berada di sepanjang pesisir pantai Kurnis, dipenuhi dengan deretan toko, kafe dan restoran. Bangunannya pun sangat unik -- khas bangunan Arab tempo dulu."
"Souq tempat paling indah dan romantis sambil menikmati sunrise."
❄❄❄
Tepat pukul empat sore Aida sudah duduk manis di salah satu restoran terlaris di Souq Wakrah.
Hari ini ia berusaha memenuhi undangan Mia, yang katanya sedang merayakan hari lahir. Sebenarnya suasana hati Aida sedang tidak baik. Karena kedua kalinya ia mendapat memo lagi yang diselipkan di penyeka jendela mobil.
PLEASE, GET OUT!
"Uh, enak saja main usir," desis Aida sambil mengepal jemarinya yang ramping.
Aida masih yakin bahwa parkir nomor delapan memang kosong, belum berpenghuni.
Cuaca saat itu mulai memasuki winter, angin semilir menghembus dengan lembut memainkan ujung kerudung Aida. Birunya pantai diterpa cahaya matahari yang mulai meredup menambah keindahan panorama Souq Wakrah.
Aida melemparkan pandangannya ke arah pantai. Dari kejahuan berlarian anak-anak lalu bergumul bermain pasir, ada juga sedang membuat istana pasir bahkan ada yang membenamkan kedua kakinya ke dalam pasir, sambil tergelak ramai bercanda bersama.
Aida menghela napas, andai ia seperti para bocah yang sedang bermain pasir itu tidak ada beban masalah, tampak bahagia.
"Astagfirullah, kenapa aku berandai begini, maafkan aku ya, Allah." Aida mendesah sambil mengusap wajahnya.
Di sepanjang selasar berderet restoran-restoran yang sudah mulai ramai dikunjungi. Restoran menyajikan berbagai macam hidangan khas ala Timur Tengah. Aroma semerbak harum makanan mulai menggelayuti penciuman para pengunjung, yang telah menanti untuk menyantap hidangan.
Terrrt....!
Terdengar bunyi ponsel bergetar, Aida yang dari tadi sudah menanti teman-temannya, merogoh tas mencari sumber getaran ponsel.
"Ah, Mia." Gadis itu setengah lirih menyebut sebuah nama setelah melihat sebuah nama tertera dalam layar ponsel.
"Halo, sudah sampai mana? Jadi tidak ke sini?" tanya Aida, tangan satunya memainkan sendok yang ada di atas meja. Awalnya mereka janjian di kafe Coffe Time, namun Mia memberi usul bertemu di Souq-Wakrah, karena cuaca sore ini sangat nyaman.
"Aku dan Sophia sudah di parkiran, otw ke sana." Terdengar suara Mia dari balik ponsel.
"Oke, aku sudah di restoran Marmaris," ucap Aida sambil meletakkan kembali posel di atas meja.
Senja mulai menghiasi langit, namun semua orang yang berada di pantai enggan untuk beranjak dari tempatnya, malah semakin ramai.
Sayup-sayup suara azan dari masjid, memanggil untuk semua pengunjung beranjak menuju tempat sakral itu. Aida, Mia dan Sophia, mereka bertiga setelah berwudhu bergegas menghampiri saf solat, dan tenggelamlah mereka dalam ketaatan bersujud pada Maha Pencipta Semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
CInta Bersemi Di Bursa
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "Cinta itu anugrah Illahi merasakannya fitrah menghadapinya dengan cara halal, bukan dengan cara yang nista. " Kisah pertemuan dua orang yang memilki karakter berbeda dan memiliki masa lalu yang sulit untuk dilupakan . A...