HURT

813 102 10
                                    

=================================================================!!!!

"Sica!! Lihat ini, dekatkan wajahmu. Aku ingin merekam wajah kita berdua."

"Sudah, Yul. jangan kekanakan."

"Untuk kenangan kita kedepannya."

"Sica, ikuti aku. Jangan manyun gitu."

Dunia tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya berada di posisi Jessica saat ini. Dunia tidak akan tahu sebuah hati yang hancur tak akan bisa menyatu lagi. Dan dunia juga tidak tahu bahwa dampak dari sebuah kematian efek sampingnya sangat luar biasa. Luar biasa sampai ia tak mampu menyembunyikan virus itu.

Jessica  menenggelamkan diri di bathup berharap virus itu musnah. Dengan  membiarkan seluruh pakaiannya ikut basah oleh air penuh di bak mandi. Kenangan bersama Yuri seperti film berputar di otak tanpa remote control. Mangendalikan diri bahwa  semua itu baru saja terjadi. Ini salahnya, ia yang salah atas kematian Yuri. Tidak merawat Yuri dengan benar, harusnya ia mati juga. Harusnya bukan Yuri tapi dirinyalah yang pantas merasakan penyakit itu.

Yuri tidak salah. Tapi Tuhan yang salah mengambil nyawa seorang manusia yang ingin merasakan kehidupan. Merasakan kebahagiaan dan indahnya pernikahan. Tapi kenapa Tuhan begitu cepat mengambil nyawa seseorang tanpa izin?

Apakah awal kebahagiaan itu harus berakhir dengan sad ending? Kenapa tidak happy ending saja?

Pantasnya aku yang mati.

Batinnya berteriak di antara tubuhnya yang tenggelam. Dia tidak pernah membiarkan kematian merenggut Yuri. Hanya kebahagiaan dan membina rumah tangga yang dia harapkan dari seorang pria yang telah menjadi bagian hidupnya selama sekian tahun.

“Sica, aku akan menikahimu. Pasti sangat lucu jika kita memiliki anak.”

“Sica. Kamu  mau kan menikah denganku?”

“Sica, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu.”

“Sica! Aku mencintaimu!”

Cairan bening yang mengalir melalui pipinya  bercampur air di bathup menyamarkan bahwa itu sebuah airmata yang membrontak keluar dari pelupuk. Seperkian menit Jessica menenggelamkan diri dengan tangan menggantung di pinggiran bathup membuatnya tak bisa menahan nafas. Sesak, seperti penyakit asma yang menyerang tiba-tiba.

Dan di menit berikutnya, pandangannya mulai buram langit-langit lenyap dan berubah menjadi gelap. Gelembung muncul di permukaan air. Dengan  lemasnya tangan yang tergores oleh pisau yang tergeletak di lantai dekat bathup meneteskan cairan kental menyelimuti lantai. Ikut merosot ke dalam bathup dengan berubahnya warna merah pada air bening tadi.

Gelap! Seperti inikah yang Yuri rasakan?

Barulah kala kegelapan merenggut penglihatannya sang adik datang atas kuasa Tuhan yang menggetuk hatinya  mendorong pintu kamar mandi kasar.

“UNNIE!!” teriakan Krystal yang baru memasuki kamar sang kakak  mampu menggegerkan seisi rumah. Termasuk Nathan dan Luna yang sedang berada di lantai bawah pagi itu berlari melangakahi dua anak tangga sekaligus. Begitupun keterkejutan para pelayan yang menghentikan aktifitasnya sejenak.

Nathan menyeruak masuk. Matanya melebar mendapati tubuh Jessica tenggelam dalam bathup dengan waran air yang berubah menjadi merah darah. Luna datang dan menyibak tubuh Nathan ke samping, hampir saja tubuhnya limbung akibat syok yang menyerangnya kala itu juga, beruntung  Krystal yang ada di belakangnya menangkapnya cepat.

Airmatanya langsung menetes dengan kepala menggeleng. Serentak ketakutan melanda mereka sekarang.

“Apa yang terjadi?” Nathan mengambil tindakan dengan cara menelusupkan tangan di bawah lutut dan punggung Jessica  untuk segera di angkat ke permukaan.

ROBOT? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang