Menyesal

441 76 32
                                    


Semenjak saat itu perjuangan Tiffany berujung sia-sia. Jessica masih tetap dengan pendiriannya tidak mau mendengarkan penjelasan Tiffany yang justru malah membuat wanita itu beranggapan bahwa Tiffany mendapat bayaran dari pria asing yang datang ke rumahnya tempo hari.

Tiffany memohon-mohon pada Jessica dan mengekori Jessica berhari-hari tapi selalu saja Jessica menyangkal dan tidak mau mendengar apapun yang terlontar dari mulut Tiffany. Mengatakan bahwa Yuri yang sekarang itu asli dan tidak ada dua Yuri menurut Jessica.

Walau mungkin Tiffany tidak berada di posisi Yuri tapi wanita itu juga merakasan sakit luar biasa atas  ungkapan Jessica.

Seperti yang dilakukan sekarang Tiffany masih berdiri tegak di kamar Jessica, memandangi wanita itu yang tengah duduk depan kaca rias. Masih berusaha untuk membujuknya.

"Kamu tahu, Yuri sekarang koma karena kecelakan yang menimpanya. Dan kamu masih disini tidak mau mendengar pernyataanku. Kenapa kamu tidak percaya dengan ucapanku, Jessie?" Tiffany geram. Yuri koma dan itu membuatnya tak bisa tenang selama berhari-hari.

Jessica memutar tubuhnya dari tempat duduk dan mendesah kasar membalas tatapan Tiffany.

"Sebenarnya apa motivmu memaksaku untuk percaya? Kamu tidak lihat, Yul ada disini dan kamu mengatakan masih ada Yul lagi diluar sana. Jangan bercanda Fany, ini tidak lucu."

"Aku tidak punya motiv apapun untuk membohongimu Jessie, jangan jadi orang yang keras kepala."

"Siapa yang keras kepala aku apa kamu, Tiff?!"

Tiffany meremas ujung gaunnya dengan kesal. Apa perlu dia mengatakan kalau Yuri yang berada dirumah ini adalah robot.

"Jessie, asal kamu tahu Yuri yang berada disampingmu itu bukan manusia. Dan kamu tidak tahu betapa busuknya sifat paman!!"

Jessica yang mendengar kalimat terakhir Tiffany langsung berdiri.

"Coba kamu ulangi ucapanmu sekali lagi?!" ada kemarahan di nada suara Jessica. Wanita itu menatap tajam sahabatny.

Tiffany tersenyum remeh membayangkan bagaimana jahatnya Nathan pada Yuri.

"Paman- ah maksudku pria tua yang kamu bangga-banggakan itu adalah dalang dari semua ini dan...."

Plak!! Ucapan Tiffany terpotong begitu tangan Jessica melayang menamparnya cukup keras. Membuat wanita bermata sipit itu sampai menoleh kesamping.

Tiffany memegangi bekas tamparan Jessica sambil bibirnya tersenyum sinis.

"Jadi ini balasanmu pada Dad. Fany, fany aku tidak menyangka kamu begitu membela pria itu sampai-sampai kamu menghina Dady-ku."

"Karena kamu tidak tahu apapun yang di alami Yul di luar sana."

"Oh jadi kamu berpikir aku akan mempercayai ucapanmu. Pergi dari rumah ini!!"

"Kamu mengusirku, huh? Oke fine!! Ku pikir hatimu akan peka karena telah lama mencintai Yuri. Tapi aku salah menilaimu, kamu tidak tahu bagaimana Yul menderita diluar sana. Ingat jangan pernah menyesal dengan keras kepalamu yang sekarang ini. Oh satu hal lagi, jangan pernah salahkan aku kalau suatu saat dia menyukaiku atau sebaliknya aku merebutnya darimu."

Tiffany memutar tubuh menghadap pintu kamar untuk keluar. Namun tak sampai melangkah wanita itu merogoh map dalam tas jinjingnya dan melemparkannya tepat didepan wajah Jessica. Yang otomatis membuat Jessica memejamkan mata begitu map dan kertasny berhamburan kelantai.

"Semoga kamu tidak menyesal setelah membaca berkas itu."

Tiffany benar-benar keluar dari kamar Jessica dengan bantingan pintu yang cukup keras. Membiarkan wanita di dalam sana bergelayut dengan fikirannya sendiri dan egonya yang tinggi.

ROBOT? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang