No Children

745 85 65
                                    

Dibelakang rumah megah keluarga Jung ada sebuah taman yang di tumbuhi beberapa pohon pinus. Bunga, tanaman jalar dan kebun apel yang luasnya hanya beberapa petak. Disana juga ada sebuah gazebo bambu yang berdiri kokoh diantara pohon pinus. Rumput liar yang ikut andil menambah kehijauan taman tersebut seakan memberi suasana sejuk.

Dan disana pula Tiffany duduk berhadapan dengan Yuri. Iya! setelah acara penculikan untuk kesekian kali dari Jessica yang sekarang pergi ke Busan mengunjungi sekolah yang dibinanya selama dua bulan kemarin, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan berpindah kembali ke Seoul melanjutkan profesinya sebagai direktur rumah sakit.

"Sica, coba kamu ulangi. Sica."

Kemarin saat pamannya menolak mengubah si cute menjadi si big akhirnya dia menyerah. Karena kata Nathan butuh proses yang lama untuk mengubah bagian hal kecil yang berpontensi akan berpengaruh pada elemen lain dalam tubuh robotnya, Yuri.

Maka bila si cute tak bisa diganggu gugat Tiffany tak kehilangan akal, dia akan mengubah si kaku di depannya untuk mengetahui banyak hal tentang Yuri asli di masalalu. Contohnya seperti sekarang, mengajarinya memanggil Jessica sebagaimana Yuri memanggilnya dengan nama pendek, Sica.

"Nona saya tidak bisa."

"Kamu harus bisa, Yul. Kalau kamu mau buat Jessie bahagia. Kamu harus panggil dia, Sica. Paham!" Yuri mengangguk yang dibalas dengusan sebal oleh Tiffany.

"Begini," Tiffany menyentuh dua bahu Yuri agar lebih dekat lagi. Meski sebenarnya mereka sudah terlampau sangat dekat. "Miringkan kepalamu, lalu cium aku."

"Nona!"

Tiffany menggeleng. "Tidak, kamu tidak boleh menolak. Jessie paling suka dicium duluan. Aku akan mengajarimu caranya berciuman." 

Yuri mendekat tapi baru satu centi saja Tiffany tiba-tiba mundur. Dia teringat akan Jessica, kalau dia mencium Yuri berarti dia mengkhianati sahabatnya. Tapi kalau dia tidak mempraktekannya nanti Yuri tidak akan paham. Ah, biarkanlah mumpung ada kesempatan. Tiffany tertawa brengsek dalam hati.

"Begini saja Yul. Kemarikan tangannmu."

"Untuk apa Nona?"

"Aku akan mengajarimu caranya meremas payudara."

Tiffany menarik pergelangan tangan Yuri dan mengarahkan telapak tangan kaku itu ke arah dada kirinya.

"Coba kamu tekan." Yuri hanya diam saja. Tidak mengerti maksud bejat seorang Tiffany.

Kesal! Tiffany menuntun tangan itu bergerak, menekan, meremas, dan... membiarkannya.

"Bagaimana? Kamu suka? Nanti kalau Jessie sudah pulang kamu harus melakukan ini di kamar. Oke." kedua kalinya Yuri mengangguk. Seakan itu adalah cara membahagiakan Nonanya nanti.

"Nah, sekarang kembali ke awal. Kamu harus panggil dia Sica. Coba sekali lagi." Tiffany mengenyahkan tangan Yuri dan menjauhkan diri seperti semula. Lalu mengamati pemuda itu lekat-lekat menunggu Yuri mengucapkan hal yang sama.

"Si-si. Tapi Nona, Tuan tidak mengizinkan saya untuk lancang."

Tiffany membuang napas kasar. Dia sudah bosan mendengar jawaban yang sama dari tadi. Apa susahnya dia memanggil sahabatny itu dengan panggilan Sica. Jika seperti ini terus menerus adanya nanti Jessica jatuh curiga kalau Yuri adalah robot.

"Yul, kamu tahu? Panggilan kesayangan Yul dulu itu adalah Sica. Dan kamu sabagai Yuri palsu harus mengenal jauh tentang Jessie. Aku tidak mau dia mengetahui kebenaran ini. Paman tidak ingin Jessie kembali depresi." baru kali ini setelah mengajari hal pembuahan anak, Tiffany berbicara serius.

ROBOT? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang