EPILOG
"Maaf." Yuri mengusap cairan bening yang tak hentinya mengalir di wajah Jessica. Wanita itu memeluk lututnya di atas kasur. Yuri semakin merasa bersalah.
"Kenapa dia begitu tega?" tubuhnya bahkan bergetar, matanya sudah bengkak. Tatapan itu selalu memancarkan luka. Riasan di wajah Jessica luntur padahal acara pernikahan baru selesai beberpa jam lalu tapi wanita itu tak menghentikan tangisnya.
Yuri meremas kepalan tangannya sampai ujung jarinya memutih.
"Sica." Akhirnya Yuri berlutut. Jessica tersentak kaget, dia turun dari atas kasur. Mengusap airmatanya mengutuk dirinya karena mengabaikan pria kaku itu.
"Kamu tidak sa—"
"Aku Yul-mu. Aku menipumu. Aku hanya berpura-pura menjadi robot itu." Jessica menarik tangannya yang baru saja menyentuh bahu Yuri, si robot. Dia memundurkan langkah, menggelengkan kepala, dan juga syok. Bahkan tubuhnya sampai membentur meja rias.
Jessica tertawa miris. Jessica tidak habis pikir hanya ingin membuatnya bahagia lelaki itu rela mengakui dirinya sebagai Yuri asli yang jelas-jelas Yuri yang sekarang sudah bersama dengan wanita itu, wanita yang sudah merebutnya.
"Kamu tidak perlu melakukan itu. Aku tahu Dady telah mengendalikanmu secara keseluruhan. Tidak apa-apa aku pasti bahagia denganmu." Jessica mendongak, ia tidak ingin airmatanya jatuh lagi.
Yuri menyesal, marah, terluka, dan kenapa kesempatan seperti ini dia tidak bisa mengendalikan diri. Nathan lelaki keparat itu yang membuat semuanya kacau, dia ingin membunuh pria itu. Yuri meremas rambutnya frustasi. Dia berdiri, melangkah lebar menghampiri Jessica yang mentapnya se akan-akan dirinya hanya sebuah rangkaian besi rongsokan. Dan menarik lengan wanita itu ke tubuhnya, memeluknya begitu erat. Wanita itu meronta tapi tidak memiliki tenaga untuk melepaskan diri dari lelaki di depannya.
"Sica aku tidak bisa melihatmu terluka, aku tidak sanggup melihatmu menangis setiap saat, aku tidak kuat setiap kamu sedang tidur kamu mengigau namaku, kamu seperti tidak memiliki jiwa untuk hidup. Dan selama setahun ini aku menyaksikan semua itu. Setiap kali aku ingin mengungkapkan yang sebenarnya. Aku selalu menahan diri agar ayahmu tidak memisahkan kita lagi. Aku terlalu takut berpisah denganmu lagi."
Jessica merasakan tubuh Yuri bergetar hebat. Kenapa dia tidak menyadarinya, kenapa dia tidak menaruh curiga setiap kali pria itu tak sengaja memanggilnya 'sica' kenapa pula dia mengabaikan semua bentuk perhatian yang selama ini ia dapat dari Yuri yang sebelumnya. Kenapa dia malah beranggapan pria ini hanya ciptaan ayahnya yang menginnginkan dirinya melupakan Yuri asli, yang jelas-jelas saat ini yang beridiri di hadapannya adalah Yuri asli yang sedang menyamar menjadi robot.
"Aku selalu menunggu waktu, waktu dimana ayahmu membuatmu menikahimu dan di saat itu aku akan membawamu pergi dari rumah ini." Yuri mendorong tubuh Jessica tanpa melepaskan tangannya di bahu Jessica.
Jessica terlalu terkejut untuk sekedar mengeluarkan beberpa kalimat untuk Yuri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.
"Aku ingin kita bahagia tanpa harus saling menyakiti dan kepura-puraan. Hatimu sudah lelah sudah saatnya kamu bahagia." Yuri menahan napas sesak, wanitanya begitu terluka. Dia tidak melihat ada kehidupan di matanya.
"Ayo tinggalkan rumah ini. Pergi denganku dan lupakan semua yang pernah terjadi."
!
!
!
!
......
"MOMY!!"
Jessica tersentak kaget. Dia menoleh pada anak kecil yang berlari ke arahnya. Melambaikan tangan dan melemparkan senyum hangat, kemudian mendekap tubuh mungil itu.
"Momy, momy," bocah laki-laki itu tertawa kegirangan. Jessica menangkup wajah chubbynya yang semakin berisi.
"Kenapa sayang?"
"Aku mau es klim." Tangan mungilnya menarik-narik lengan Jessica. Ingin membawanya ke penjual es crim yang tadi bocah laki-laki itu lihat.
"Disana Momy. Disana," jarinya yang kecil menunjuk grobak es crim yang baru saja berhenti di persimpangan jalan.
"Hei—hei ada apa ini. Kenapa kamu menarik lengan Momymu seperti itu?" Jessica menoleh dan mendapati Yuri berjongkok menyamakan posisinya dengan bocah kecil tadi.
"Aku mau es klim, pokoknya belikan es klim." Bocah laki-laki itu menuntut, bibirnya menekuk ke bawah ingin menangis.
Yuri tertawa kecil mendapati putranya begitu lucu dan menggemaskan. Dia menggendong bocah itu, menggatikan posisi tangan mungil itu di genggaman Jessica. Menggeggam erat wanitanya, sambil membawa mereka ke penjual es krim yang tak jauh dari tempatny berada.
Suasana taman begitu ramai, dan beruntungnya jalan raya cukup sepi dari kendaraan umum. Mereka berdiri dibawah tiang penyangga lampu lalu lintas. Bocah kecil itu kegirangan, ingin segera menyebrangi zobra cros dan membawa sebuah es krim nantinya.
Namun saat lampu sudah berganti penyebrangan, Yuri maupun Jessica tak berani melanjutkan langkah. Tatapan mereka terpaku pada sutu titik dimana seorang wanita berdiri dengan ekpresi sama terkejutnya.
"Tiffany!"
"Kalian!"
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBOT? (End)
Fanfictionjangan mencintaiku karena aku tak pernah memiliki rasa. aku tidak memiliki jantung. aku tidak memiliki emosional seperti mereka. aku hanya mengikuti perintah dari tuanku untuk menjagamu. tolong lupa kan masalalu mu jangan terjebak pada orang yang...