Delusi

716 101 21
                                    


≠===============================================================!=

Sebulan bukan berarti Jessica dengan mudah melupakan Yuri. Hari demi hari ia coba lewati dengan segenap asa yang ia miliki. Tiap menit yang ia tempuh tak pernah sedikitpun wajah Yuri sirna dari pikirannya. Namun, yang membuat Jessica sangat marah adalah ayahnya yang dengan mudah menjauhkan dirinya dari seoul tempat di mana ia menghabiskan kisah kasih bersama Yuri dulu. Mengapa ayahnya begitu tega? Padahal ia tidak bisa melupakan masa lalu itu. kenangan dengan pria yang bergelar menjadi kekasihnya bertahun-tahun.

Jika saja ia tahu lebih awal akan berdiri tegak depan gerbang yang membentang di hadapannya saat ini, mungkin kemarin ia akan menolak atas  rencana  Nathan yang mengalihkan profesinya menjadi seorang guru. Ia sadar ayahnya  sangat mengkhawatirkan ke adaannya tapi bukan berarti Nathan harus memindahkan tempat tinggal yang jauh dari pusat kota Seoul. Bekas  sayatan di pergelangan bulan lalu sudah menjadi bukti kuat tentang alasan Ayahnya mengirimnya di sini.

“Selamat pagi Mrs. Jessie.” Seorang pria berkulit putih pucat dengan pustur tubuh sekitaran 170cm menyapanya di atas motor samping Jessica berdiri. Dia adalah Taeyeon guru kimia yang juga mengajar di tempat Jessica. Lebih lama sebelum Jessica memutuskan bekerja sebagai guru bahasa inggris.

Jessica menoleh, memamerkan senyum palsu yang biasa ia perlihatkan pada guru-guru lainnya di sana. Bukan sengaja tapi memang terpaksa ia suguhkan demi menghalau ketidak betahannya mengajar di sekolah yang dia pijaki sekarang. Bukan juga karena tempat ataupun keramah tamahan orang-orang dan  karena murid-muridnya yang nakal. Melainkan memang dari awal dia sudah menolak menjadi guru pada ayahnya.

“Pagi juga, Mr.kim.” Jessica memutar bola matanya ke sekeliling. Mengawasi murid-muridnya yang datang satu persatu memasuki gerbang sebelum kembali menatap pria di depannya.

“Sama siapa berangkatnya Mrs?” Taeyeon kembali bertanya. Dengan mesin motor masih menyala dan helm di kepala.

“Ah, tadi di antar supir.”

Taeyeon mengangguk-anggukan kepalanya.

Setelahnya tak ada obrolan lagi yang terjadi. Jessica memasuki gerbang terlebih dulu di ikuti Taeyeon dengan motor ducati yang di tumpanginya sejak tadi ke arah barat sisi halaman sekolah menuju parkir. Berlawanan arah dengan Jessica.

Jessica menghela napas di tengah langkahnya melewati lorong-lorong kelas menuju kantor sekolah. Tempatnya  mengajar tak terlalu luas,tapi nyaman untuk mengalihkan pikiran-pikiran tentang kenangan masa kelam. Ada beberapa meja di ruangan itu lengkap dengan computer di atasnya. Tempat Jessica bersampingan dengan meja pria yang menyapanya di gerbang tadi, Taeyeon.

Sekitar  tiga orang guru yang sampai terlebih dahulu pagi itu menyambutnya dengan senyuman tepat ketika tubuhnya masuk dalam ruangan tersebut. Ia menaruh tasnya di atas meja dan mulai duduk dengan kacamata bening yang menutupi sepasang matanya seperti biasa.

“Jessie. Bagaimana perasaanmu setelah sebulan mengajar di sini? Apa muridnya ada yang nakal?” Jiyeon salah satu guru fisika bertanya dari balik komputernya. Senyum ramah menampakkan lesung pipi yang ia miliki. Wajahnya tirus dengan hidung kecil dan bibir tipis. Matanya bulat kecokelatan dengan kombinasi bulu mata lentik.

“Saya sangat betah mengajar di sini. Murid-murid tak ada satupun yang melanggar aturan. Semua seperti yang saya harapkan.” Dusta Jessica jika dirinya mengatakan bahwa tempat ini membuatnya betah.

Pada nyatanya ia sangat gelisah dan sungguh ia ingin kembali ke seoul jika tidak di ancam oleh Ayahnya dengan cara akan mengirimnya lebih jauh lagi dan mengutus bodyguard untuk menjaganya.

ROBOT? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang