Nyata

750 97 18
                                    


============≠=============================!!=======================

Jessica membuka matanya perlahan. Membawa pandangannya ke seluruh ruangan yang tak asing. Lalu menoleh samping kiri. Mencari seseorang yang telah membawa tubuhnya setelah kemarin tak sadarkan diri di jalan raya. Sejurus kemudian Jessica duduk menyadari keberadaannya yang ternyata sudah ada di kamarnya sendiri.

Lalu secara berkala bayangan Yuri muncul di pikirannya. Tentang dirinya yang bertemu dengan Yuri  yang  menyamar sebagai murid baru di tempat dirinya mengajar. Apa itu mimipi? Kalau itu benar ilusinya, lalu siapa yang membawanya pulang? Setelah menimang-nimang pikirannya cukup lama.

Tiba-tiba suara derak pintu kamarnya terbuka lebar. Memalingkan kepala Jessica yang sedang melamun. Saat itu juga lah Jessica terpaku pada sosok Yuri yang berdiri di ambang pintu. Jessica merasa jantungnya merosot, jarum jam seakan berhenti memutari angka.

Jessica beranjak dari kasur mudur selangkah. Matanya menatap Yuri seolah-olah itu hanya ilusi buatannya seperti kemarin.

“Nona!” Yuri maju. Jessica semakin mundur, kepalanya menggeleng. Tubuh yang terus mundur tanpa sadar telah membentur tembok. Tak ada cara lain untuk menghindar lagi. Posisinya sekarang terpojok.

“Jangan mendekat!” Bibirnya terkatup rapat. Airmata yang ber-embun memaksanya untuk turun. Tangan Jessica bergerak mencari pegangan di samping tubuhnya agar sosok di hadapannya tak semakin dekat. Atau barangkali  dirinya akan menemukan sesuatu untuk melemparinya bahwa drama dari penglihatannya bisa lenyap.

Tapi sepertinya mustahil karena kini Yuri mendekatinya pelan-pelan. Sebagaimana pemuda itu dapat mengendalikan tubuhnya tak menjauh.

“Kamu siapa?”

“Saya Kwon Yuri.”

“Bohong. Kamu bukan Yuri.”

Jessica tak percaya. Namanya, wajahnya, haruskah pemuda di hadapannya ini semirip Yuri kekasihnya yang sudah meninggal?

“Kamu bukan Yuri! Kamu siapa?!” Jessica mengulangi ucapanya dengan nada suara semakin meninggi. Tangannya meraba-raba menggapai vas bunga di atas meja dekat tubuhnya berdiri.

Ekor mata biru cerah bagai langit itu mengikuti gerakan tangan Jessica. Telapak tangan Yuri menjulur ke depan menahan sesuatu yang bisa saja terjadi. Meskipun sebenarnya  dia tak akan merasakan apapun jikalau nanti Jessica melempar vas bunga tersebut ke arahnya.

“Nona, tenanglah. Aku di sini hanya untuk menjaga Nona.”

“Aku tidak membutuhkan penjaga sepertimu. Tidak akan ada siapapun yang bisa menggantikan posisi Yuri di hatiku. Sekalipun kamu orang lain yang  membedah wajah semirip mungkin dengan Yuri.”

Tangan Jessica meraih vas bunga dan siap melemparnya. Namun Yuri bergerak cepat menahan pergelangan Jessica yang terangkat ke udara.

“Nona!” Jessica merasakan vas bunga di tangannya terlempar dengan tubuhnya yang tertarik dalam rengkuhan lengan kokoh si pemuda itu.

Jessica terpaku. Vas bunga dari tanah liat hancur berhamburan di lantai. Memberikan efek suara pecah di ke heningan kamar tempat persembunyian luka hatinya selama di Busan. Jessica bergeming, tak bergerak dalam kehangatan yang di salurkan lewat pelukan pemuda itu.

“Saya akan menjaga Nona. Dan akan melakukan perintah apapun dari Nona. Saya tidak akan membantah, pukul saja saya jika memang dapat meredakan kekesalan, Nona.”

Wajah Jessica pias. Tangan yang tercekal di udara perlahan mengendur, merosot dan merangkak naik di punggung sang pemuda sebelum sepenuhnya terlingkar penuh di tubuh Yuri yang saat ini sedang memeluknya.

ROBOT? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang