Real

433 73 14
                                    

============================================!!=====================

Sampai saat ini pun Yuri tak mendengar kabar apapun tentang keadaan adik kandungnya itu ataupun sekedar lewat pesan dan sambungan telepon, hanya terakhir kali Yoona menelponnya beberapa jam lalu yang memintanya pergi.

Untungnya dia segera menghubungi beberapa bodyguard yang berada di rumah untuk menyalamatkan sang adik. Bukan ia tak mau menolong hanya saja perkataan terakhir Yoona ditelepon tadi membuatnya mengiyakan permintaan adiknya untuk tak ikut masuk ke dalam bangunan yang kumuh itu. Bisa saja jika dia nekat akan berakhir seperti bulan-bulan sebelumnya.

Maka dari itu Yuri kembali kerumah keluarga Jung dan berakhir mengikuti seorang wanita cantik yang kini terbalut mantel tebal bersama sang ibunda, Luna. Entah kebahagiaan apa yang menyelimuti Jessica karena sejak tadi Yuri mengamati wanita itu tak henti-hentinya tersenyum. Dan yang paling Yuri syukuri saat ini adalah pria yang mirip dengannya sekarang sedang tidak bersama Jessica.

Tentu itu adalah kesempatan baginya untuk menggantikan posisi pria itu, walau mungkin sekarang masih mengintai Jessica dengan jarak yang lumayan jauh dibelakang wanita yang dicintainya tersebut. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jessica hingga meminta Luna untuk menemaninya kerumah sakit.

"Mom aku tidak sabar. Yul pasti sangat senang jika yang dikatakan fany tadi adalah benar."

Yuri sangat penasaran melihat Jessica memeluk lengan Luna yang menjadi ibu angkatnya itu dengan wajah senang.

"Mom juga tidak sabar menunggu hasil dari dokter nanti, Jessie." Jessica menarik Luna masuk kedalam ruangan yang minimalis itu.

Yuri berdiri dibalik pintu ruangan yang dimasuki Jessica bersama Luna. Suster maupun orang-orang yang melintas hanya melirik Yuri sekilas. Mungkin merasa heran mengapa pria itu tak juga ikut masuk.

Sementara didalam Jessica sudah duduk berhadapan dengan seorang wanita yang berumur 40-n dengan balutan jas putih ditubuhnya, dokter kandungan.

"Jadi kedatangan saya di sini karena keluhan mual, pising beserta tubuh saya lemas. Dan setiap saya melihat makanan ataupun cemilan kecil saya akan mual-mual. Apa benar itu tanda-tanda orang sedang hamil?" Jessica menjelaskan tanpa memberi kesempatan untuk dokter itu bertanya terlebih dahulu.

Luna sebagai ibunya hanya mengulas senyum simpul sembari tangannya mengelus punggung Jessica lembut.

Rasa khawatir dan ketakutan tersirat jelas dibenak Luna, bagaimana kalau nanti Jessica sampai tahu bahwa Yuri bukan manusia? dan bagaimana pula bila nanti juga Jessica mengalami depresi dan berusaha mengakhiri hidupnya seperti bulan-bulan lalu. Luna tak bisa membayangkan kalau tahu keluarganya sendiri menipu Jessica dengan menghidupkan Yuri kembali.

"Apa bulan ini kamu telat menstruasi?" Luna mengalihkan perhatiannya pada dokter wanita yang kini melemparkan senyum hangat terhadap putrinya.

Jessica mengangguk dan tanpa sadar menarik pergelangan tangan dokter wanita itu penuh harap. Dia menggenggamnya dengan mata berbinar.

"Iya dok. Harusnya minggu lalu saya datang bulan. Awalnya saya mengira mugkin saya sedang kelelahan. Tapi, karena tiba-tiba saya mual-mual saya yakin bahwa saya sedang hamil. Maka dari itu saya datang menemui dokter untuk melihat hasil pemeriksaannya secara langsung dari dokter."

"Boleh saya periksa kamu sekarang juga?"

"Dengan sangat senang hati."

Dokter wanita itu berdiri yang diikuti oleh Jessica menuju brankar dibalik tirai ruangan disana.

ROBOT? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang