[6] More in love

5.7K 696 51
                                    


***

"KEMAREN CEWEK GUE NANGIS!" Ali masih senantiasa duduk di atas meja guru, menatapi satu persatu teman sekelas nya. Detik berikutnya, cowok itu tertawa hambar. "Kira-kira, siapa yang bikin air mata mahal cewek gue keluar?"

Vivi bergidik. Untuk beberapa detik, gadis itu mengira laki-laki pujaan nya itu sudah sakit jiwa. "Ali-,"

"Jangan panggil nama gue," potong Ali dingin. "Otak sama akal Budi nya di pake nggak, sih? Kalian fikir, rambut cewek gue itu tali tambang?!"

Bayu menelan ludah nya. Nada bicara Ali mulai terkesan emosi. Cowok itu berdiri ragu-ragu, "Ali, mending lo turun. Nanti di liat guru-,"

"Nggak takut!" Ali mengangkat dagu nya menantang. "Emang itu yang gue mau, apa lo?"

Kalau sudah menyangkut Prilly, Ali itu pasti akan memperpanjang apapun masalah nya. Memang tabiat tukang cari masalah.

Akhir nya, Bayu kembali duduk di kursi nya. Mati kutu.

Ali tersenyum puas. "Terus, kemaren kenapa nggak ada yang anter cewek gue ke rumah sakit?"

MEMANG NYA PRILLY KECELAKAAN?!

Itu teriakan Bayu dalam hati. Sakit jiwa dia, kalau sampai menyuarakan itu secara gamblang.

"Pasti cewek gue kesakitan banget kemaren." Ali menghembuskan nafas nya kesal. "Emang kalian semua bangsat!"

"Silent, please?" Faris datang dari luar, membawa dua lembar catatan. "Minggir, Li. Bu Dewi nyuruh kita nyatet ini."

"Papan tulis nya di saja, lo lagi bercanda?"

"Turun, gue mau ambil spidol!"

Ali menyeringai. "Ambil aja. Gue nggak ngehalangin, kan?"

Faris menggeleng pelan, berusaha sabar. "Gue bilang turun, gue ini ketua kelas-,"

"Gue seksi keamanan. Apa lo?" Ali tersenyum mencemooh. Kepala nya, kembali menatap sekumpulan orang yang di sebut 'teman-teman' itu dengan datar. "Sampe mana omongan gue tadi?"

Terdengar helaan nafas dari teman sekelas nya. Kini giliran Rani yang berdiri, "Minggir dong, Li! Gue mau nyatet!"

"Emang gue larang? Papan tulis nya di sana by the way."

Cewek berkuncir satu itu terdiam. Niat nya bicara seperti itu agar Ali kembali ke kursi nya, atau paling tidak keluar kelas.

"Kalian mahkluk nggak punya otak, nyatet aja. Tapi, sambil dengerin gue, ya?"

Faris mencibir diam-diam. Cowok itu kembali mencatat di papan tulis, dengan harapan, ada seseorang yang bisa menyuruh Ali kembali ke kursi nya.

"Minggir, Li! Lo ganggu aja!" seru Ryan kesal.

"Nggak."

"Dasar bego." Ryan menggumam kecil.

"Lo yang bego!" Ali menendang meja milik Ryan, yang kebetulan berada di dekat nya, sampai cowok itu terkejut.

As always~

Ryan menggeram. "Ali!"

"Naon?" Ali menyeringai, sambil sengaja menendang-nendang meja Ryan.

"Bisa diem gak?!" Oke, Ryan mulai emosi. "Keluar sana kalo gak mau nyatet!"

"Kalo gue nggak mau?"

"Lo jangan ganggu orang!"

"Nulis aja ribet banget, sih lo!" Ali menaikan kaki nya di meja Ryan. Menginjak buku milik cowok itu, hingga jeritan tak terima terdengar.

"ALI BUKU GUE!!!"

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang