[10] Slave to Love.

4.4K 526 33
                                    


Ali melepas perban yang membebat kepala nya selama 2 hari ini. Pandangan nya beralih pada salep yang ada di tangan nya.

Mantap juga salep nya.

Padahal baru di pakai sehari, tapi bekas luka nya langsung memudar. Cowok itu tersenyum miring. Ia puas.

Ali mengambil tas sekolah nya, lalu bergegas pergi ke sekolah. Sudah 3 hari ia absen, dan hati nya tidak pernah tenang membiarkan Prilly di sekolah sendirian.

Walaupun sudah mengancam murid-murid Aslan agar tidak mengganggu Prilly selama ia tidak masuk, tetap saja Ali resah.

Karna Ali tidak pernah percaya pada satu orang pun, kecuali Prilly.

***

Atensi nya membola.

Prilly termangu melihat Ali yang tengah tersenyum manis ke arah nya. Cowok itu duduk santai di dalam kelas, sambil bertopang dagu menatap nya.

"Kaget nggak liat gue?"

Dengan polos nya Prilly mengangguk cepat. Cewek itu berjalan menghampiri Ali, lalu memegang kepala cowok itu dengan hati-hati. "Ini... udah sembuh?" cewek itu mengelus bekas luka Ali dengan lembut.

Ali memejamkan mata nya, menikmati sentuhan lembut Prilly. "Habis di elus lo, jadi sembuh."

"Aku serius tau!" Prilly menarik tangan nya, lalu mencebik lucu.

"Iya, gue udah sembuh..." Ali tertawa kecil. "jangan marah dong?"

"Siapa yang marah?" tanya Prilly. "aku kangen banget!"

Ahhh lucu sekali!

Ali menyentil dahi gadis itu dengan gemas. "Gue juga!"

Obrolan itu terus berlanjut, sampai satu persatu teman sekelas mereka mulai masuk ke dalam kelas.

"Lo udah masuk?" Bayu menepuk bahu Ali sekali, kemudian duduk di pinggiran meja Ali dengan santai.

Berita Ali yang terjun bebas itu sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Hal itu, membuat orang-orang lebih berhati-hati saat bicara dengan Ali.

"Menurut lo gimana?"

Sayangnya, jawaban dari Ali itu selalu memancing emosi. Bayu tertawa kecil, lalu kembali menepuk bahu Ali. "Baik-baik lo, ah! Bikin heboh aja!"

Ali tersenyum kecut membalasnya. Prilly yang menyadari itu langsung menyahut pelan, "maksud Bayu itu baik, Li."

"Iya, gue tau." Ali tersenyum kecil pada Prilly.

"Bolos yuk!"

Ali terkejut mendengar ucapan Prilly.
Prilly juga tidak tahu apa yang dia ucapkan barusan. Cewek itu hanya ingin membuat perasaan Ali membaik. "Mau kan, Li?"

Ali berkedip dua kali, "nggak!"

Prilly cemberut. "Ayo bolos, Ali~"

Baru kali ini Ali melihat Prilly merengek seperti itu. Cowok itu menggeleng pelan, dia tidak mau Prilly jadi di pandang jelek oleh orang-orang di sekitarnya. "nggak, Prill."

"Kamu nggak mau?"

Ali menggeleng cepat sebagai jawabannya.

"Yaudah kalo gitu, aku bolos nya sendirian aja!" Prilly mengambil ponsel nya, kemudian berjalan keluar kelas.

Ali melotot kaget. Dilirik nya jam dinding kelas sejenak. Jam 7:15. Sebelum guru masuk, Ali cepat-cepat mengambil berdiri, lalu bergegas menyusul Prilly.

Ah, hampir lupa!

Cowok itu kembali ke kelas, lalu berteriak pada Ryan. "ISI ABSEN PRILLY SEKARANG!!"

Ryan terkejut, "nggak, Li!"

Ali menyipitkan mata nya tak terima. "Lo nolak?"

Samar-samar Ali mendengar Vivi yang berbisik menyuruh Ryan untuk mengisi absen Prilly.

"Isi aja cepetan..!"

"Nggak!"

"Jangan aneh-aneh, Ali itu orang nya nggak segan loh!"

"Bodo amat!"

Brak!

"CEKLIS ABSEN CEWEK GUE!!" Ali menggeram emosi, sambil mencengkram meja yang baru saja di gebrak nya.

"Nggak bisa gitu, Li! Lo udah sering curang tau!" balas Ryan takut-takut.

"Cukup isi absen cewek gue," Ali mengepalkan tangan nya kuat-kuat. "Lo mau alpain absen gue sebulan juga terserah!"

"Tapi Li-,"

"Asal jangan cewek gue.." tekan Ali.

Ryan menelan ludah nya. Dengan gemetaran ia meraih buku absen, lalu menceklis nama Prilly. Mungkin orang-orang benar, jiwa Ali itu separuh sakit.

"Sweet banget..." Vivi bertopang dagu, sambil menatapi Ali. "sisain satu plis,"

"U-udah, nih! Sana lo bolos!" seru Ryan.

Ali melirik cewek itu tanpa minat, kemudian berlari kecil menyusul Prilly yang mungkin sudah keluar dari area sekolah.

"Ah, tatapan nya tajam tapi lembut banget~" Vivi tersenyum lebar.

"Yang di lembutin itu cuman Prilly!" cetus Faris malas.

"Diem lo!"

"Gue ngasih tau aja, biar lo sadar." jawaban Faris membuat Vivi mencebik sebal.

Rani mendengus. "Kayak nggak ada yang lain aja."

"Ali doang cowok paling romantis!" Vivi menyahut sebal. "yang omongan nya bisa di pegang, nggak kayak cowok lain yang bisa nya ngomong doang!"

Rani memutar bola mata nya malas. "Terserah!"

***

TBC

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang