[16] She is gone.

2.9K 465 32
                                    

"Karna nggak ada orang yang bisa memahami gue sebaik lo. Jadi, gue mohon tetap disini sama gue, kita perbaiki sama-sama, walau harus mulai dari awal. Lagi."

***

Hari ini hari Kamis, sama seperti kemarin-kemarin, tapi entah kenapa suasana kali ini berbeda karna pemandangan langka yang terjadi di depan sekolah saat ini.

Prilly sedang merangkul Ryan, membantu nya berjalan menuju kelas.

Yunita mengibaskan rambut nya, memandangi dua orang itu dengan tatapan aneh. "Kalian liat apa yang gue liat, kan?" cewek itu membuka gosip, sambil menoleh pada temannya.

Siska mengangguk semangat. "Itu si kakak kelas yang culun tapi baik, kan?"

Yunita memajukan tubuhnya, memandang Tiara dengan serius. "Coba lo fikir pake otak lo yang encer itu, kira-kira apa yang bakal kak Ali lakuin kalo tau 'ceweknya' rangkul-rangkulan sama cowok lain?"

"Kak Ryan lagi sakit...?" Tiara mengeryit seperti mengingat-ingat gosip yang sudah ia kumpulkan beberapa hari ini. "Kalo nggak salah, itu juga gara-gara di hajar sama kak Ali,"

"Nah!" Yunita menjentikkan jari nya puas. "Can you imagine, apa yang bakal dia lakuin kalo tau ini?"

"Pasti kak Ryan bakalan dihajar lagi," Siska berucap ngeri, "mungkin nggak masuk rumah sakit lagi, tapi masuk... kuburan?"

Yunita mengangkat tangan nya pertanda untuk berhenti. "Oke, cut! Orang yang kita ghibahin datang."

Siska dan Tiara mengikuti arah pandang Yunita, lalu saling memeluk satu sama lain. Siska menelan ludah. "Ada kak Ali.."

"Kita dapat tontonan gratis." bisik Yunita, sambil menggandeng kedua teman nya untuk duduk di kursi koridor. "Lo bawa kuaci?"

***

Ali mengeryitkan dahi nya, sebelum turun dari motor. Cowok itu tidak buta. Semua terlalu jelas untuk di sangkalnya.

"Prilly kenapa, sih?" Ali berdesis pelan, sebelum berjalan menuju kelas nya.

Kelas yang sama dengan Prilly.

Aneh memang. Ali yang memutuskan hubungan mereka, tapi Ali juga yang tidak ikhlas. Berharap Prilly akan menahannya, atau paling tidak menyangkal itu semua, tapi~

"Kita... putus,"

"Iya," Prilly tersenyum ringan, kemudian kembali menyuapi Ryan.

Ali sampai tak percaya kalau yang kemarin itu adalah Prilly. Begitu santai, seolah ucapan nya hanyalah sebuah candaan.

Terus, selama ini dia anggap gue apa?

Ali tersenyum masam saat melihat Prilly duduk di sebelah Ryan, Faris pindah ke bangku baris kedua, dan ia... duduk sendiri. Cowok itu duduk di bangku nya, berusaha mengabaikan eksistensi dua orang yang terlihat dekat itu.

"Kemarin lo nggak masuk, terus nggak ada surat izin juga, jadi gue alpain, ya?" Ryan melirik Prilly yang terus saja tersenyum pada nya.

"Iya, gapapa." Prilly nyengir. "Lagian.... kita gak boleh curang, kan?"

Kali ini, Ryan melirik Ali. Cowok itu nampak bisa mengendalikan diri, padahal Ryan yakin kalau Ali pasti sangat ingin menghajarnya sekarang.

Bel masuk berbunyi. Di saat semua nya menyiapkan buku masing-masing, Ali justru beranjak keluar kelas. Terlalu sulit baginya untuk mengabaikan interaksi mereka.

"Woy, Li! Lo mau kemana?"

Ali menatap Faris sekilas. "Ini jam pelajaran sejarah, gue males ikut belajar nginget-nginget masa lalu."

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang