[18] Indignant.

2.8K 497 72
                                    

”everything won't be alright,
if we just stay put.”



***

"Awas!"

Prilly menggeleng kuat, "Ayah jangan pergi!" tangisnya histeris. "Nanti Prilly dirumah sama siapa?!"

"Susul ibu kamu aja kalau begitu!" si Ayah meneriaki Prilly, kemudian mendorong tubuh mungil itu dengan kasar.

"Ayah-!"

"JANGAN BERISIK!"

"Ayah!!" Prilly menangis. Suara debaman pintu menandakan kalau Ayahnya sudah pergi. Punggungnya terasa sakit karena menghantam dinding. Benarkah itu Ayah kandung nya?

Tega sekali menyuruhnya untuk ikut dengan sang Ibu yang sudah lama tidak ada. Tega sekali meninggalkannya setiap hari. Tega sekali meneriakinya, bahkan tak segan memukulinya.

Prilly mengusap air mata nya. Tangan nya menepuk baju seragam nya yang sedikit kusut, kemudian berdiri dengan menggunakan tangan sebagai penopang tubuhnya.

Maniknya memandang sepasang kaki yang gemetaran di bawah sana. Kalau sudah begini, kaki itu tidak akan bisa di pakai untuk berjalan. Prilly tersenyum miris, mungkin ia akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi online.

Ini bukan pertama kalinya sang Ayah berbuat seperti ini. Terlampau sering Prilly mengalaminya. Tapi, dulu hal ini tidak terlalu sulit, karena ada Ali yang selalu bersedia menemani nya. Sesulit apapun keadaan cowok itu, ia tetap berusaha untuk selalu ada di dekatnya ketika di butuhkan.

Prilly menyeret kakinya menuju kursi, lalu duduk di sana. Gadis itu merogoh ponselnya untuk memesan taksi online, namun satu pesan muncul di notifikasinya.

From : Ali<3
”gimana kabar lo? Mau gue jemput?”

Prilly menghapus pesan itu, tanpa berniat membalasnya. Ali pasti melihat, dan mendengar semuanya. Dia tidak boleh terlihat lemah, itu akan menyulitkan Ali nantinya.

Setelah memesan taksi online nya, Prilly berdiri, kemudian melangkah perlahan menuju pintu. Bibirnya bergetar, "Maaf, Ali..."

***

Ali berulang kali mengecek ponselnya, tetapi hasilnya nihil. Prilly tidak membalas pesannya sama sekali.

Cowok itu tersenyum culas, saat melihat mobil yang berhenti di depan rumah gadis itu. "Jadi dia... dijemput?"

Tidak ingin melihat kejadian selanjutnya, Ali bergegas melajukan motornya meninggalkan komplek rumah Prilly. 

Satu yang Ali yakini, itu Ryan. Ia menggeram marah, tangannya menaikan laju motornya. Ali bersumpah, akan menghajar laki-laki keparat itu sampai koma.

"Gue hajar dia, sampe kakinya nggak bisa di pake buat nginjak pedal gas mobil lagi~" Ali tersenyum lebar di balik helmnya.

***

"Lo udah gila, ya?!" Vino menahan tubuh Ali, yang baru saja akan memasuki kelasnya.

"Apa?!" Ali mengelak kesal. "Gue cuma mau masuk kelas, terus belajar!"

"Belajar, ya?" Reza menyahut dari belakang, dengan nafas terengah-engah. "Sambil bawa kayu segede itu?!"

Ali melirik kayu besar yang di genggam nya dengan datar, kemudian kembali menatap Reza. "Gue bawa ini buat praktik."

"Kita nggak bodoh, Li!" balas Vino, seraya menyugarkan rambut nya ke belakang. "Lo mau hajar si Ryan itu, kan?!"

"Jangan sok tau!" Ali menghempaskan kayu itu dengan kasar. Fikiran nya kacau. Frustasi karena Prilly tidak membalas pesannya, frustasi karena Prilly yang menjauh, frustasi karena Prilly yang lebih memilih Ryan daripada dirinya.

Reza menepuk bahu Ali. "Tenangin pikiran lo dulu. Lo mau dapat masalah yang lebih besar lagi, huh?"

"Kalau itu bisa bikin Prilly balik lagi sama gue, jawaban nya 'iya'!" Ali mencengkram sisi kepala nya dengan geram. "Gue udah terlalu sabar dari kemarin!"

"Li-,"

"Gue udah coba introspeksi diri, tapi kalau Prilly nggak mau bicara sama gue, gimana gue bisa perbaiki kesalahan gue?!"

"Lo tenang dulu," Reza menendang batangan kayu itu menjauh. Ditepuknya pundak Ali, agar cowok itu tenang.

"GUE NGGAK BISA TENANG, BANGSAT!"

"ALI!" Vino mengusap wajahnya yang berkeringat dengan kasar. Ditatapnya punggung Ali yang menjauh, lalu beralih memandang Reza yang terdiam. "Kenapa lo diam aja?!"

Reza mengangkat bahunya dengan wajah santai. "Kayunya nggak di bawa, jadi kalem aja." jawab cowok itu, sambil menunjuk kayu yang baru ia tendang.

"LO GILA, HAH?!" Vino memukul sisi wajah Reza dengan emosi. "DIA BISA MATIIN ORANG CUMA PAKE TANGAN KOSONG!"

Reza mengerjapkan matanya dua kali. "Lo tau? Ada Prilly di sana-,"

"Prilly udah nggak peduli lagi sama temen gue!" Vino menarik kerah seragam Reza, kemudian menariknya untuk menyusul Ali.

***

Hi, aku bawa kembali LYN ke peradaban~
Jangan lupa vote comment semua^^
Cek another story aku juga ya, ada 2 cerita April loh! Terimakasih<3

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang