[4] Interdependent.

6.2K 678 47
                                    


***

Tepukan ringan mendarat di pipi nya, membuat Ali mengerjap pelan. Atensi nya menangkap Prilly yang tengah tersenyum manis ke arah nya.

"Asik banget, ya tidur nya?"

Ali menguap sebentar, kemudian memandang sekitar. "Kapan 'tuh guru keluar?"

"Dia masuk aja, kamu nggak tau." Prilly memakai tas nya, "Pake nanya-nanya kapan dia keluar, lagi."

Ah, iya. Ali menggaruk pipi nya bingung. "Gue ngantuk."

"Iya, Ali-aku terlalu kecapean, maka nya dia ketiduran."

Ali tersenyum gemas. "Ih, pengertian banget lo!" cowok itu berdiri, merangkul Prilly keluar kelas. "Ayo pulang, mau kemana dulu?"

"Aku mau ke-,"

"Lo bertiga ngapain, sih?!"

"Kalian jadi keliatan kayak orang bodoh make itu,"

"Boleh nih buat update status, di jamin kalian bakal viral!"

Prilly menoleh ke arah suara berisik itu. Mata nya melebar tak percaya. Gadis itu ingat siapa ketiga adik kelas yang tengah menunduk malu di tengah koridor itu.

"Sejak kapan kalian jadi antek-antek nya Prilly?"

"Humor gue~"

Kepala Prilly langsung berpaling ke arah Ali, sedangkan yang di tatap malah terlihat santai. "Ali!"

"Apa?"

"Kamu yang nyuruh mereka kayak begitu?!" Prilly menunjuk ke arah ketiga cewek yang hampir menangis itu. "kamu ancam mereka?!"

"Itu perjanjian gue sama mereka, Prill." Ali memandang remeh ke arah tiga cewek itu. "biar mereka kapok."

"Nggak!" Prilly berjalan ke arah Yunita, Siska, dan Tiara dengan cepat, lalu membuka karton yang melingkar di leher mereka.

’Maafin kami, Ratu Prilly!'

Prilly merobek nya di depan semua siswa yang menonton. "Kalian ngapain, sih?"

"K-kami di suruh-," ucapan Yunita terpotong saat menangkap tatapan tajam dari Ali. "I-ini inisiatif kami sendiri, kak."

"Kita nggak apa-apa, kok!" seru Tiara cepat. Hanya seminggu, setelah itu mereka akan bebas.

"Jangan begini lagi!" Prilly menatap wajah ketiga cewek itu dengan lembut. "kalian nggak perlu pakai ini lagi besok."

"Tapi, kak-!"

"Jangan takut sama ancaman Ali." Prilly melirik 'si biang' sekilas. "biar aku yang urus dia."

Yunita mengangguk cepat. "Makasih, kak!" lalu cewek itu menarik kedua teman nya untuk bergegas pergi.

Persetan dengan gaya bicara Prilly yang seolah-olah 'jagoan' itu. Yang penting, ia dan kedua teman nya itu bebas.

"Lo semua nonton apa lagi?" kini suara Ali terdengar, membuat semua siswa yang menonton, langsung membubarkan diri.

"Ali, aku nggak mau liat kamu kayak begitu lagi!" Prilly menolak rangkulan Ali, "janji dulu!"

"Iya, Prill.." Ali mana punya kuasa untuk menolak permintaan Prilly. "Gue janji."

Prilly diam saja saat Ali menggandeng lembut tangan nya. "Mau langsung pulang?"

Prilly berfikir sejenak. Sebenarnya, ia ingin membeli cemilan, tapi gadis itu cukup tau diri. Setidaknya nya, jangan menyusahkan Ali soal ’uang’.

"Nggak usah, aku mau istirahat."

"Lo yakin?" Ali memakaikan helm di kepala Prilly. "Nggak usah mikirin 'uang', selama ini gue kerja serabutan buat lo."

"Aku serius, Ali." Prilly menampilkan senyum lebar nya. "Kamu simpan aja uang nya buat kebutuhan kamu yang lain."

Bagaimana Ali tidak jatuh cinta? Prilly itu pengertian sekali. Kalau sudah begini, orang tolol mana yang akan meninggalkan gadis idaman ini?

***

Semua menerima Prilly di sekolah hanya karena tidak ingin di hajar Ali.

Mereka hanya memakai topeng. Tidak ada yang tulus, kecuali Ali tentu saja. Prilly tidak masalah, selama itu tidak mengganggunya, ia tak akan mempermasalahkan nya.

From : +62**********

”Prill, ini gue Vivi. Besok ikut kumpul, ya?”

”Jangan lupa ajak Ali, hehe.”

Senyum miris terukir di bibir nya. "Lagian... siapa juga yang mau datang?"

Kalaupun ia ingin, ia takkan mengajak Ali. Prilly tidak mau menyusahkan cowok itu.

Sudah cukup selama ini.

***

TBC

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang