[20] Dumb.

2.7K 408 10
                                    

Aku bawa FYN kembali keperadaban( ͝° ͜ʖ͡°)ᕤ

***

Vino memperhatikan Ali yang tak kunjung turun dari mobilnya. "Turun, oi! Gue mau balik ke sekolah!"

Ali menyandarkan tubuh nya. "Kalo Prilly tau kejadian tadi, dia masih mau sama gue nggak, ya?" tanyanya lemas.

"Kalo kata gue sih, nggak." Reza tersenyum guyon.

"Gue nanya pandangan Prilly, bukan lo!"

"Tanya sana sama Prillynya!" Reza mencolek bahu Vino dengan jahil. "Itu juga kalo dia masih mau liat si Ali ini, ye gak, ye gak?"

"KURANG AJAR MULUT LO, YA?!" Ali membalikan tubuh nya, berniat berpindah ke kursi belakang, untuk menghajar Reza. "TEMENIN SI RYAN KE RUMAH SAKIT SINI!"

"SUMPAH SAKIT, BLO'ON!" Reza berteriak kesakitan, saat Ali menjambak rambutnya.

Vino menyugarkan rambutnya jengah. "Udah dong, berantem lo kayak cewek." ia bersandar ke pintu mobil, sambil menatapi kedua temannya dengan malas.

"Bantuin gue dong!" Reza berteriak tak suka.

"Lo yang mancing, nikmatin aja." Vino memijat pelipisnya. Ia berfikir bagaimana kelanjutan dari semua ini. Ali mungkin akan terus berulah, lalu Vino harus apa? Memohon Prilly untuk kembali pada Ali? Tentu saja tidak! Ini adalah hasil dari ketekunan doanya selama ini. Berdoa supaya Ali di jauhkan dari orang-orang yang suka menyusahkan seperti Prilly.

Bugh!

"Sakit, Li!"

Vino berdecak malas. "Oke, udahan Li. Jangan mukulin anak orang terus!" Cowok itu menarik Ali untuk kembali ke kursinya.

Ali mengacungkan jari tengahnya pada Reza, kemudian turun dari mobil. Melenggang masuk ke dalam rumahnya dengan santai seolah tak terjadi apapun.

Reza meringis perih. Dipukulnya bahu Vino penuh dendam. "Lo telat, njing!" Ia menunjukan tiga memar di wajahnya. "Fuck! Temen bangsat lo!"

***

Vino berteriak kesal, karena makian yang tak berhenti keluar dari mulut Reza sejak tadi. "Bisa diem nggak?!"

"Gue begini gara-gara lo!" Reza menggeram, sebelum tersadar akan satu hal. Cowok itu menahan lengan Vino. "Gak salah, nih?"

Vino mengangkat sebelah alisnya, lalu melihat ke sekeliling nya. Tidak ada yang aneh, memang dasarnya Reza saja yang selalu berlebihan. "Apa?"

"Kita mau masuk ke sekolah tercinta ini? Nggak ke-," Reza menutup sisi bibir nya, kemudian berbisik. "Warkop teh Ningsih?"

"Sekali-kali gue mau ngisi absen. Lagian, gue kembung ngopi mulu." Vino bersendawa, sambil mengelus perutnya. "asam lambung gue naik,"

"Cih," Reza memandang temannya dengan sinis. "Gue bosen udah mau 4 tahun nggak lulus-lulus."

Vino menghela nafas jengah, memilih untuk meninggalkan Reza. "Dasarnya lo aja yang bloon."

"Vino!"

Cowok itu menghentikan langkah nya, menoleh ke asal suara yang memanggilnya. "Ngapain si kepsek manggil-manggil gue?" dihampirinya pak Bondan dengan was-was.

"Mana Ali?"

"Saya nggak liat dia dari tadi, Pak." Cowok itu menggaruk tengkuknya gugup.

"Kamu yakin?"

"Yakin, Pak!"

"Saya juga yakin," pak Bondan tersenyum, sambil mengantongi tangannya. "Yakin kalau kamu bohong."

Vino memincing tak terima. "Saya beneran nggak tau, Pak!"

"Kamu bohong." Pria paruh baya itu berdesis. "Mana Ali?"

"Saya nggak tau!"

"Kalau saya panggil orang tua kamu, mungkin kamu baru jera, ya Vino?"

"Nggak bisa gitu, pak!"

"Kenapa nggak?" Si kepala sekolah tersenyum tenang. "kamu itu banyak kasus, loh."

Vino mengepalkan tangannya menahan emosi. Pantas saja Ali tidak tahan tinggal satu atap dengan tua Bangka ini. "Tadi saya antar Ali pulang."

"Kemana?"

"Kerumahnya," cowok itu menjawab dengan sinis, "kelewatan kalau Bapak nggak tau dimana tempat tinggal Ali,"

Pak Bondan mengangguk pelan, "Terimakasih," ucapnya, kemudian melenggang pergi.

"Goblok, kenapa gue kasih tau?" Vino menggeram kesal.

"Siapa yang goblok?"

"Gue!" Vino menghembuskan nafasnya gusar. "Gue lebih goblok dari lo yang nggak naik kelas setahun, puas?!"

Reza memandang teman nya dengan datar. "Omongan lo nyakitin, tau nggak?"

Vino menarik kerah seragam Reza kuat-kuat. "Ada yang lebih nyakitin! Ini gawat, Za!"

"H-hah?"

"Si kepsek nyariin Ali!"

"Terus lo kasih tau?"

Vino mengangguk panik.

"Goblok," Reza menyeletuk, seraya memamerkan senyum lebarnya.

"Argh, iya gue tau!"

Reza memperhatikan temannya yang terlihat frustasi itu. Ditepuknya pundak Vino, "santai aja."

"Santai gimana?! Itu si Kepsek mau nyamper temen gue, bangsat!"

Reza terhuyung saat Vino mengguncang bahunya penuh emosi. "Kenapa gue yang jadi pelampiasannya, sih?!"

"Muka lo itu..." Vino mendesis, ".. KENAPA TENANG BANGET, ANJRIT?!"

"Terus mau diapain lagi?" Reza menepis tangan Vino dari pundaknya, "lo mau nyusul kesana? Terus ikut campur?"

Vino terdiam, wajahnya pias karna merasa bersalah. Reza tergelak melihat ekspresi lawan bicaranya, "Tenang, Vin!" dirangkulnya pundak Vino, lalu kembali mengulas senyum lebar, "mending kita masuk kelas, terus buat gosip baru!"

"Apa?"

"Reza dan Vino kembali masuk kelas setelah bolos 3 Minggu di sebuah Warkop." Cowok itu tertawa mendengar ucapannya sendiri, "ah, mereka juga masuk kelas setelah temannya Ali membuat salah satu murid masuk rumah sakit."

Reza... bodoh!

***

Ehm sebelumnya maaf kalau updatenya lama bgt:(

Aku minta pendapatnya, boleh? Kalau semisal cerita ini terbit, ada yg mau beli nggak? Hihi itu aja sih

Jangan lupa vote ya? Terimakasih^^

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang