[17] she does't like.

2.7K 473 21
                                    


***

Sudah 2 minggu mereka tidak terlihat bersama.

Banyak yang beranggapan mereka sudah putus. Ali mulai kembali bermain bersama teman-temannya, dan Prilly kembali... dikucilkan.

Bruk!

"Aduh, liat-liat dong kalo jalan!"

Prilly mendongak, memandangi wajah perempuan asing yang berdiri pongah di depan nya. "Ada masalah apa sama aku?"

"Nggak ada," cewek berambut blonde itu tertawa sinis. "udah lama gue pengen cakar-cakar muka lo, hehe."

"Aku salah apa, ya?" Prilly tetap pada posisi nya yang terduduk.

"Nggak ada." Si blonde mengangkat dagunya. "Benci aja gue liat muka lo!" ucapnya, lalu menyenggol bahu Prilly dengan kaki nya, sebelum melengos pergi.

Prilly mempertahankan posisi nya, tidak peduli ia menjadi bahan ejekan beberapa siswa yang melintas di depannya.

Kepalanya serasa ingin pecah memikirkan semua masalah yang menyapanya akhir-akhir ini. Matanya memanas saat seonggok sampah terlempar ke arahnya.

Semua itu tidak luput dari pandangan Ali yang baru selesai bermain voli bersama teman-temannya. Setelah kejadian dimana ia terjun bebas dari atas gedung karna penolakan Prilly, seisi sekolah makin merundung cewek itu.

Apalagi saat tahu Ali yang sudah tidak membela Prilly lagi.

Cowok itu duduk di kursi koridor, mengelus kepalanya yang masih diperban. Bimbang ingin menghampiri Prilly atau tidak.

Ali ingin sekali datang, dan memeluk cewek itu sambil membisikkan kata-kata penenang. Tapi ia takut dengan penolakan Prilly. Jadi, dia memilih untuk memperhatikan dari kejauhan tanpa berniat untuk menolongnya.

"Oi!" Reza menepuk bahu Ali, "liatin apa, sih?" tanya nya, sambil mengambil posisi duduk di sebelah Ali, disusul oleh Vino yang baru saja mengganti seragamnya.

"Kalo dilihat-lihat, kasian juga, ya?" Vino memandang Prilly yang mulai berdiri, dengan pandangan yang sulit diartikan.

Reza mengangguk setuju, "iya, kasian!"

"Salah dia kenapa milih Ryan," Vino menyugar poninya kebelakang, menatap Ali yang masih diam. "Gue juga nggak pernah liat Ryan belain dia, waktu dijahatin sama orang."

Ali masih diam, fokus memperhatikan punggung Prilly yang mulai menjauh. Memastikan kalau cewek itu berjalan dengan benar, dan tidak terjatuh.

"Li!" Reza menyenggol bahu Ali dengan iseng. "lo jujur deh, sebenarnya lo masih suka sama dia, kan?"

Merasa tak ada jawaban, Reza kembali bertanya, "Li, lo masih suka, kan? kan? kan? kan?"

"Berisik lo!" Vino memukul kepala Reza.

Reza mendengus, sambil mengelus kepalanya. "Semenjak nyungsep dari gedung, lo jadi pendiem gini. Kepala lo masih cedera?" kepalanya mendongak, memeriksa kepala Ali dengan saksama. "Ah, nggak kok. Kan ada matras waktu itu,"

"Bisa diem nggak?!" Vino mengomel, merasa gerah karna ucapan Reza, padahal ia baru mengganti bajunya.

"Prilly benci sama gue," gumam Ali, "gue sering belain dia, dia nggak suka itu."

Reza dan Vino langsung menoleh ke arah Ali. "Hah?" Reza mengernyit tak paham.

Ali melirik temannya itu sejenak. "Ryan nggak pernah bela Prilly, makanya dia lebih milih Ryan daripada gue."

"Lo masih suka sama dia?" kini gantian Vino yang bertanya.

Ali menundukkan kepalanya, memperhatikan ujung sepatunya dengan sendu. "Gue... masih," lirihnya.

Vino menghela nafasnya. "Kenapa lo diam aja pas dia dijahatin?"

"Dia nggak suka gue bela dia," Ali mendesis kesal, "gue cuman mau jadi apa yang dia mau, gue salah?!"

Nggak begitu juga konsepnya! Reza menggeleng pusing.

"Mau sampe kapan?" Vino memincing menahan marahnya.

"Gimana kalo dia makin deket sama sekertaris lo yang mirip bernard bear itu?" Reza menimpali.

"Gue..." Ali menatap datar pada tempat dimana Prilly terjatuh tadi. "... bakal hajar dia sampe mampus."

***

Pendek dulu, ya?

Maaf baru update huhuhu TT
Doain Minggu depan bisa update, semoga aku tidak sibuk hehe. Jangan lupa vote comment^^

Terimakasih!

Love You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang