andin

295 17 1
                                    

Angin sore yang terasa sejuk.
Angin sore yang menerpa wajahnya.
Angin sore yang menjadi saksi bisu hidupnya.
Angin sore yang menemaninya.

Pluk.     

Pluk

Pluk

Andin sedang melemparkan batu krikil ke sungai.
Hidupnya terasa hampa.
Hidupnya sudah hilang.
Hanya raga yang tersisa tanpa adanya tujuan hidup.

Andin masih saja melemparkan batu krikilnya. Kakinya terus mengayun-ngayun, tangannya ia tempelkan ke penyangga besi jembatan.

"Hah ya tuhan cobaan apalagi ini. Bayaran banyak banget uang darimana ini. Nenek masih sakit" andin bermonolog.

Pergerakan tubuh andin masih sama tidak ada perubahan.

Andin berdiri dari duduknya.
Ia melepaskan sendal jepitnya ia menaiki beberapa penyangga besi jembatan.
Andin hendak melompatnya, namun ada yang menjegalnya.

Tangan andin di tarik.

"Eh apaan si ini" teriak andin seraya melepaskan tangannnya.

Firgi menggunakan bahasa isyaratnya.

"Apaan sih gi gua gak ngerti" serkah andin.

Buru- buru firgi mengeluarkan ponselnya dengan merek apel tergigit ulat.

Firgi mengetikan sesuatu "elo ngapain disini, jangan bunuh diri disini nanti kebawa arus gua gak punya teman lagi"

Setelah membaca itu andin hanya tertawa.

Andin pikir, boleh juga smartphonenya si firgi.

Andin mulai mengetik "Gua gak bunuh diri. Gua mau berenang di sungai"

Firgi yang sudah membacanya hanya terperangah. Tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang di sukai ini.

"Kalo mau berenang yak di tempat renang bukan disini ANDIN"

"Disini adem airnya gak bisa bikin kulit gua yang putih ini jadi hitam"

"Tetap gak boleh andin, lebih baik elo berenang di rumah gua"

Andin membacanya dengan menatap bola mata firgi.

"Elo gak akan pernah tau, gimana sensasinya berenang di sungai dengan lompat dari atas jembatan" andin memberikan ponselnya kembali.

Firgi menatap balik bola mata andin.
Andin yang peka bahwa firgi sedang menatapnya langsung salah tingkah.

Andin dengan cepat menarik tangan firgi untuk segera menaiki penyangga besi jembatan.

Andin berteriak " 1 2 3"

Firgi yang di tarik oleh andin hanya berpasrah diri.

Byurrrrrr

Mereka masuk kedalam dasar sungai.
sekitar 30 detik berada di dalam air mereka berdua pun muncul dengan tertawa bersama.
Pakaian mereka basah.
Mungkin saat pulang mereka akan basah-basahan.

"Inilah hidupku firgi. Aku bukannya tidak mau untuk berenang di rumah kamu. Hanya saja aku sadar diri terlebih dahulu. Kalau aku hanya seorang anak yang entah dimana orangtua ku berada dan aku tinggal dengan nenek yang entah kita berhubungan darah atau tidak aku menyayangi nenek firgi. Aku menyayangi mu juga firgi" batin andin mulai berkomentar. Realitanya andin sedang tertawa bersama dengan firgi. Tetapi pikirannya jauh memikirkan kehidupannya.

"Terimakasih andin. Tidak perlu yang sempurna apalagi istimewa cukup terima aku apa adanya itu sudah membuat ku bahagia" sekarang giliran batin firgi bermonolog.

Nyatanya mereka sudah menyukai satu sama lain dalam waktu yang singkat.

Cinta selalu datang tanpa adanya alasan lalu putus mengapa harus mempunyai alasan?







TunaRunguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang