answer

177 12 0
                                    

Firgi pergi dari ruamhnya pada sore hari menaiki sepeda. Ia berniat menjemput andin untuk meminta jawabannya.

Ia mengayuh sepedanya tidak terlalu kencang karena akan membahayakannya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat sekolah andin.
Firgi menunngu di warung sewaktu ia berkenalan dengan andin.

Para siswa/siswi sekolah tersebut pastinya menganggap firgi sebagai lelaki normal dengan setelan yang modis dan wajah tampannya.

"Andin cepat keluar dari kelas. Gua nunggu elu di depan gerbang. See you ndin :)" firgi memberi tahu andin via line.

Andin yang sedang membuka aplikasi instagram melihat layar line yang bernamakan firgi.

Tidak berpikir lagi andin langsung berjalan cepat untuk menemui firgi.

Andin sangat tergesa-gesa sehingga menabrak teman-teman sekolahnya.

Firgi melambaikan tangannya saat melihat andin yang sedang mencari dirinya.

Andin melihat firgi dan langsung pergi menuju firgi.

Firgi tersenyum. Firgi memegang tangan andin dengan lembut untuk menaiki sepedahnya.

Andin berdiri di belakang tubuh firgi.
Firgi menengok ke arah andin. Apakah andin sudah siap atau belum siap.

Dirasa telah siap firgi mulai menggoes sepedanya.
Andin ingin bertanya namun percuma.
Jadi andin hanya diam menahan pegal di kakinya sesekali ia melihat rambut firgi dan sesekali juga ia menghirup wangi rambut firgi.

Firgi sangat senang kedua pundaknya dijadikan pegangan andin saat naik sepeda. Walau pundaknya hanya di sentuh secara tidak sengaja namun sudah membuatnya menjadi kacau.

Firgi memberhentikan sepedanya di pinggir jembatan yang dibawahnya aliran sungai. Tempat mereka berdua pertama kali bertemu.

Andin sudah duduk terlebih dahulu, kakinya ia turunkan ke bawah sungai. Membuat kakinya mengayun-ngayun bebas firgi pun mengikutinya.

Firgi mengeluarkan buku dan pulpen.

"Jadi bagaimana mau menjadi pacarku?" tulis firgi lihatlah belum menjadi pacar saja sudah menjadi aku kamu.

Andin sudah tahu perihal ini. Pasti firgi akan meminta jawabannya.

" ya aku mau. Karena tidak alasan untuk menolakmu" andin memberikan bukunya dan tersenyum.

Firgi yang membacanya pun ikut tersenyum. Ia langsung memeluk andin. Andin kaget tapi sekian detik ia membalas pelukan firgi.






TunaRunguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang