terjadi

172 13 7
                                    

Firgi akan membuat kejutan untuk andin. Dia akan datang kesekolahnya, untuk menjemputnya pulang.

"Semoga andin akan suka dengan kalung ini" ujar firgi dalam hati.

Mamah firgi sudah mewanti-wanti agar anak semata wayangnya tidak menjemput andin dengan sepedah. Firgi tetaplah firgi yang sangat keras kepala.

Andin masih menatap guru didepan. Matanya sudah sangat mengantuk, ini sudah jam terkahir. guru yang sudah lebih dari separuh baya dengan mengajar mata pelajaran sejarah. Bayangkan saja oleh kalian?

Tet tet tet

Bel pulang sekolah sudah dibunyikan. Andin bergegas membereskan buku-bukunya.

Firgi melihat jam tangannya, waktu pulang sekolah andin sudah tepat. Ia semakin kencang mengayuh sepedanya.

Andin berjalan ke arah halte bersama teman-temannya. Mereka bergerombol menutupi sebagian jalan.

Haduh teriak andin. Andin di dorong oleh temannya dari arah belakang.

Jantung andin berdetak dengan cepat.
Jantung firgi berdetak dengan cepat.

Tid tid tid tid suara klakson motor terus dihiraukan oleh firgi.

Brakkk terjadi suara dentuman yang begitu keras. Seketika didepan jalan raya yang hendak memasuki sekolah sudah ramai.

Banyak orang yang seketika berkrumun, ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Perasaan andin sudah kacau entah andin tidak tahu kenapa?
Saat suara dari arah jalan raya terdengar oleh andin. Ttubuh andin lemas seketika dan jantungnya hampir berhenti beberapa waktu.

Ada apakah ini tuhan?

Teman andin yang lainnya pun berjalan dengan cepat, ingin melihat apa yang terjadi di jalan raya.

Suara ambulan sudah terdengar polisi sudah mulai berdatangan.

Sudah dekat, andin melihat sebuah sepedah yang sudah ringsek. Ia memandang lekat sepeda tersebut sepertinya dia mengenal sepeda itu.

Andin berlari kencang kearah yang terjadi kecelakaan tersebut.
Saat ia berlari dia hanya berpikir "semoga itu bukanlah dia tuhan"

Tubuhnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Melihat orang yang dicintainya berlumuran darah dengan nafas sudah di ujung tenggorokan.

"Jangan kesini dek." polisi menenangkan andin.

"Engga pak. Saya kenal dia pak" ujar andin dengan nada lirih airmatanya sudah tak terbendung lagi. Dia menangis sejadi-jadinya.

Polisi yang melihat itu tak tega. dari pernyataan sang saksi, ini adalah kecelakaan murni. Karena, sang pengendara sepeda adalah seorang tunarungu.
Sedangkan pengendara motor hanya terplanting jauh dari tempat kecelakaan.

Firgi ia mengalami benturan sangat keras di kepala. Sekujur tubuhnya penuh luka.

Andin berhamburan memeluk firgi yang berlumuran darah. Tidak perduli dengan seragamnya yang akan ikut merah karena darah.

Andin memeluk sangat erat firgi.

"Firgi bertahanlah sayang, kamu bisa melewatinya" andin terus mengucapkan kalimat tersebut.
Oksigen sudah dipasang semenjak ambulan sudah datang. Namun, karena kecelakaan terjadi pada saat jam pulang sekolah dan jam pulang karyawan yang bekerja di pabrik, jadilah macet total.

Firgi melihat tetesan air mata yang dikeluarkan andin. Tapi itu tak lama.

Waktu yang di berikan firgi untuk bersama andin hanyalah sedikit.

"Terimakasih tuhan telah mengenalkan ku dengan gadis ini. Tolong jaga dia untukku" kalimat itulah yang di perdengarkan. Oleh suara hatinya.

"Firgi....hiks hiks hiks jangan tinggalin aku firgi... Aku gak mau kehilangan orang yang ku sayang untuk kedua kalinya firgi.....
Bangun.... Hiks hiks hiks firgi bangun" andin Terus berteriak memanggil-manggil nama firgi.
Andin di tarik oleh pihak kepolisian agar menjauh dari jenazah firgi.
Jenazah firgi dipindahkan ke mobil ambulan. Andin ikut naik ke dalam mobil ambulan.

Didalam mobil andin masih terus meminta firgi untuk bangun........

"Bangun..."

"Bangun"

"Tuhan.... Jangan ambil nyawa firgi tuhannnn.... Aku hidup dengan siapa? Aku hidup untuk siapa tuhan? Jawab aku tuhan? Mengapa kau selalu memberiku cobaan seberat ini! Tuhan tolong jawab pertanyaan ku ini!!!"

Andin masih terus berteriak dengan kencang.



Rumah Sakit Umum Balaraja

Setelah sampai di Rumah Sakit. Firgi langsung di bersihkan, langsung dipakaikan kain kafan.

Menurut laporan pihak keluarga firgi yang meminta. Agar jenazah putranya segera di mandikan dan di kain kafankan.

Mamah firgi melihat seseorang gadis yang sangat dicintai oleh anaknya.

Ia menangis tersendu-sendu di lantai di depan ruang jenazah.
Dengan posisi menghadap kearah pintu, lutut kaki di tekuk, kedua telapak tangannya untuk menutupi wajahnya dengan pakaian yang berlumuran darah.

Mamah firgi langsung ikut berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan andin.
Ia memeluk andin sangat erat, ia juga tak kalah sedihnya dengan andin. Ibu mana yang rela di tinggalkan oleh anak semata wayangnya?

"Tante" lirih andin melihat siapa orang yang memeluknya. Ia membalas pelukannya.

Mereka berdua menangis bersama.
Mereka sedang berada di titik paling terendah.
Mereka sama-sama menggumamkan nama firgi.

"Tante firgi gak bakalan ninggalin andin kan. Soalnya firgi udah janji sama andin tante" tanya andin di sela-sela menangisnya bersama mamah firgi.

"Tante... Pasti tuhan lagi bercandain aku yah. Padahal bulan depan aku ulang tahunnya. Kenapa tuhan ngebercandain aku sekarang tante?" andin menanyakannya lagi.

"TANTE JAWAB AKU.... Hiks hiks hiks hiks... Tante"

Mamah firgi hanya bisa terus menangis. Ia tak tegak melihat gadis yang dicintai oleh putranya, kondisinya sangat kacau.
Baru saja andin ditinggal oleh neneknya sekarang ia di tinggal juga oleh firgi.

"Andin... Kita harus kuat okay. Firgi gak akan suka lihat kita menangis terus-terusan. Firgi pernah membentak tante dulu, agar tidak menangis saat melihat sinetron religi di indosiar" mamah firgi terus menenangkan andin...

"Andin ingat....  firgi menghabiskan waktu dengan tidak berbicara dan tidak mendengar. Bagaimana hebatnya dia bukan?. Dia tidak melawan takdir andin. Dia menerimanya dengan ikhlas. Jadi tolong andin ikhlaskan firgi pergi bersama tuhan andin" mamah firgi mengucapkannya dengan menangis.







🍂

Andin memandang lekat kuburan yang bertuliskan nama firgi.
Ia masih terus menangis.
Air matanya terus berseluncur ke bawah.

Orangtua firgi sudah hendak pulang.

"Andin ayok kita pulang. Biarkanlah firgi tenang dialam sana." ujar ayah firgi.

Andin hanya menganggukan kepala.

"Andin hidupmu masih panjang. Jangan terus menangisi kepergiannya sayang" sekarang mamah firgi yang menasihatinya seraya mencium kening andin.

"Aku gak mau pulang dulu om, tante. Aku mau disini sebentar lagi" andin mengucapkan dengan suara lirihnya.

Andin membungkuk untuk mencium batu nisan firgi.


"Selamat tinggal sayang. Selamat tinggal cintaku. Selamat tinggal firgi"
Andin pun meninggalkan pemakaman firgi.









TunaRunguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang