"Andin" firgi mengirim line terhadab andin.
Notif ponsel andin berbunyi.
Andin tersenyum melihat siapa yang mengirim line.
"Firgi" andin membalasnya dengan menulis nama firgi.
Firgi tertawa, mengapa andin malah memanggilnya kembali "Iya andin, kenapa?" balas firgi.
"Ish kok malah tanya kenapa, kan harusnya andin yang nanya kenapa -_" kesal andin aslinya ia sedang menahan senyum agar tidak mengganggu sang nenek tidur.
"Hahaha iya. Andin besok sekolah?" firgi mulai bertanya.
"Sekolah dong. Andin kan pinter"
"Kalo besok firgi libur" balas firgi.
"Sumpah gananya fir" jawab andin.
"Kan siapa tau andin pengen tau tentang firgi gitu" firgi sangat percaya diri sekali.
"Halah males banget"
"Ndin tau gak?"
"Engga tau lah firgi. Kan elu belom cerita" ekspresi andin saat ini sedang mendumal karena line yang dikirimkan firgi sangatlah tidak penting.
"Hahaha. Gua pengen ngedenger suara andin, setelah firgi pengen banget ngedenger suara mamah firgi"
Andin yang membacanya sangat pilu.
"Firgi...Andin juga pengen ngedenger suara firgi andin penasaran" memaksakan membalas line dari firgi ini sangat berat untuknya.
"Gua pengen ngedenger suara elu pas pertama kali elu teriak manggil gua ndin. Gua pengen ngedenger itu semua.
Andai tuhan bisa ngasih kesempurnaan buat gua. Tapi gua gak bisa milih ndin buat lahir secara sempurna "Air mata sudah mulai terlihat di ujung pelupuk mata andin.
"Firgi gak boleh gitu. Elu harus menikmatinya itu pemberian tuhan. Gua juga sama kayak elu. Andai gua bisa milih buat terlahir di dunia ini. Gua bakal milih orang tua yang bener-bener sayang sama gua"
Firgi membaca line yang dikirim oleh andin sangat miris ia tidak menyangka gadis yang disukainya ini mempunyai beban yang sama.
"Andin jangan sedih. Gua selalu ada buat elu walau pun saat kita ketemu, kita susah berinteraksi. Kita harus berbicara melaui perantara ponsel atau pun buku. Gua pengen kita berinteraksi face to face dari mulut ke mulut ndin tapi gua mohon anggap lah gua seperti manusia biasa agar gua tidak terlihat begitu menyedihkan" firgi mengetiknya dari lubuk hati yang paling dalam.
Andin membacanya "terimakasih firgi. Setelah gua mengenal elu, banyak makna hidup yang gua jalani itu terlewati begitu saja. Jangan sedih firgi. Suatu saat elu bakal dapat tempat terindah persis di sisi tuhan, sebab elu gak bakal bisa bicarain orang atau pun elu gak bisa ngedenger bagaimana perkataan kotor yang keluar dari mulut-mulut sampah manusia di luaran sana. Jadi tolong nikmatilah kekurang elu"
"Gua selalu menikmatinya ndin. Kalau bisa gua ingin menikmatinya bareng elu ndin!" firgi mulai mengungkapkan perasaannya.
"Maksudnya fir?"
"Gua suka sama elu ndin, entah perasaan ini kapan datang tapi yang pasti sesudah elu menawarkan air ke gua, itu rasanya aneh biasanya orang-orang yang sekolah di tempat elo. Selalu menatap gua dan teman-teman gua seperti orang yang benar-benar buruk lewat tatapannya. Tapi tatapan elo beda din"
"Gua menganggap semua orang sama firgi. Gakada yang beda dari manusia hanya yang membedakannya, ketaatannya terhadap tuhan"
"So, elu mau ndin dampingin gua selama hati ini masih mempunyai perasaan sebelum perasaan ini menjadi tuna seperti pemiliknya yang mengidap tunarungu"
Firgi mencoba untuk mengungkapkan perasaannya.
Line firgi sudah masuk ke ponsel andin.
Andin membacanya sangat saksama. Ia mengerti betul apa yang dikirimkan oleh firgi. Antara bahagia dan sedih airmatanya sudah meluncur ia tidak menyangka perasaannya bisa terbalaskan."Firgi... Bisa jelasin apa maksudnya?"
Memang benar wanita adalah mausia paling tidak bisa di mengerti.
"Andin sekali lagi gua tegaskan. Elu mau jadi kekasih gua, menemani gua sampai tua dan bisa mengerti tentang keadaan gua" firgi mengirimkan linenya. Ia sangat dagdigdug menunggu balasan dari andin.
"Firgi gua pengen jawab tapi secara langsung. Kita harus face to face dari mulut ke mulut dan mata yang menjelaskannya"
Andin membalasnya dengan cepat dan keluar dari aplikasi andin."Ku mohon tuhan untuk kali ini aku meminta. Aku ingin jawaban andin sesuai harapanku" Firgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TunaRungu
Short Storytuhan telah memberikannya jadi aku menikmatinya! Hati ku sudah matirasa dan pada akhirnya aku memgidap tunarasa!