Wajah memberengut Nesya jelas terlihat meskipun parasnya tertutup make-up. "Ma, kenapa kakak nggak boleh ikutan ke masjid untuk akad? Kenapa harus stay dikamar aja, sih?" tanya Nesya pada Winda yang menemani dirinya menunggu mempelai pria, yangmelakukan ijab kabul dengan Raditya di masjid komplek dekat rumah.
"Biar lebih terasa deg-degannya kalau bertemu setelah akad," sahut Winda menutupi alasan sebenarnya.
Tetap saja Nesya ingin mendengar suara Yusuf ketika berjanji langsung kepada Tuhan dan papanya. "Kakak 'kan mau denger suara Papa sama Pak Yusuf menyebut nama lengkap kakak, Ma."
Winda menarik napas sebentar, mengelus lengan Nesya untuk meredam keinginan Nesya. "Udah percaya saja sama mereka, yang penting sah. Mama dulu juga dikamar saat Papa ucapkan ijab di depan Opa."
Tak lama kemudian, terdengar suara riuh memasuki hunian keluarga Wardhana. Rombongan Raditya dan Yusuf tiba.
"Akadnya selesai dan mereka sudah balik, Sya!" tutur Winda, "kamu siap-siap, Yusuf mungkin kesini atau kamudijemput Papa untuk turun." Baru saja Winda berucap, suara ketukan pintu berbunyi. Winda kemudian berdiri membuka pintu.
Pintu terbuka. Nesya melihat papanya berdiri disana bersama Yusuf—suaminya.Winda kembali mendekati Nesya, membantu berdiri dari ranjang. Gadis dengan balutan kebaya itu berjalan perlahan mendekati pria yang kini telah menjadi imamnya. Pandangan mereka bertemu dan saling memandang. Walau sesaat, detak jantung Nesya menggedor kencang, menghadirkan rasa gugup dan bahagia yang meledak secara liar. Ia membutuhkan tenaga ekstra untuk menahan segala emosi yang ada.
Ya Allah, ini udah halal, Ya Allah! Udah boleh demek-demek. Tatapan mata Pak Ucup hawtz banget! Meleleh Nesya, Ya allah!
"Ayo, cium tangan suaminya sekarang," perintah Winda.
Rona merah terpampang di wajah ayu putri pertama Raditya itu. Malu-malu ia meraih tangan Yusuf dan menciumnya takzim.
Tanganya keker ikh! Demen pegangnya. Habis ini, giliran Bapak yang pegang-pegang Nesya. Aku kok jadi nggak sabar, ya?
Setelah prosesi cium tangan, Yusuf mendaratkan bibir di kening Nesya, mengecupsingkat. Sontak hal itu mengagetkan Nesya dan refleks menutup mata, merasakan debaran yang sungguh baru pertama kali ini dia rasa.
"Ma, ayo tinggalkan mereka berdua. Yusuf tadi minta waktu untuk berdua saja dikamar bersama Nesya."
Mendengar ucapan papanya barusan, kontan Nesya memandang wajah suaminya dengan raut Bapak mau apa emang? Namun, raut tanpa ekspresi Yusuf tak memberikan jawaban apapun pada Nesya.
Winda dan Raditya keluar kamar dan menutup pintu. Tinggalah mereka berdua. Nesya gugup. Meremas-remas tangannya seraya menunduk seperti takut-takut tapi mau. Remasan tangan itu terhenti, kalaYusuf menggenggam tangan Nesya dan membawanya duduk di ranjang.Mereka duduk berhadapan, Nesya memejamkan mata menunduk tegang seakan menanti apa yang akan terjadi.
Aduh, Mamak! Masa iya harus belah duren sekarang? Belom siap-siap ini, akutuuu!
Yusuf mengulum senyum merasa lucu dengan kegugupan bocah yang kini menjadi istri, makmumnya, dan miliknya. Meski tak memungkiri bahwa dirinya juga dilanda gugup. Namun, melihat gerak gerik Nesya yang tampak salah tingkah, membuat Yusuf seperti tidak pernah mengenal gadis itu. Dimana Nesya yang cerewet, genit dan ceplas ceplos?
"Sya," panggil Yusuf memecah keheningan.
"I-iya, Pak?"Nesya masih menunduk.
"Saya mau memberikan apa yang menjadi hak kamu."
Tuh kan, Syaaa! Mampus lo! Pagi-pagi udah mainan hak dan kewajiban. Nggak sabaran banget sih, Pak!
Debar jantung Nesya bertalu kencang hingga ia yakin jika Yusuf dapat mendengarnya. Ia kemudian memberanikan diri menatap Yusuf. "H-hak? Hak apa, Pak?" tanya Nesya gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnesya's Love Song [ Sudah Terbit ]
RomanceSebagian Part sudah dihapus Carnesya tersenyum tipis saat sang Papa menjodohkanya dengan Yusuf Arbianda, 'cinta dalam diamnya'. Bahagia karena pria yang selama ini mencuri hatinya akan menjadi miliknya. Namun Carnesya tidak tahu bahwa mengambil hat...