Sudah tiga hari Nesya beristirahat di rumah Raditya dan selama itu pula ia izin untuk tidak kuliah. Satu hal baik yang menurut Nesya adalah hikmah dari sakitnya, Yusuf selalu berusaha memperhatikan dia. Pria itu memijat kakinya setiap malam dan menanyakan kondisinya, meski tetap dengan sikap dingin dan raut datar.
Pak Ucup tiap malem jadi demek-demek Nesya, kan? Nesya suka!
"Kak, ada Diandra sama Kemal dibawah." Mbak Karti membuka pintu kamar Nesya dan memberitahu kedatangan temannya.
"Ah, Marimar sama Fernando Hose dateng juga. Paula Braco jadi bahagia," monolog Nesya dan mendapat gelengan penuh tanya dari pengasuhnya sejak kecil.
"Mau Mbak bantu?" tawar Karti.
"Indak, Ambu. Biarkan Siti menjalaninya seorang diri," sahut Nesya dengan intonasi mendrama.
"Terus Kakak ini, jadi Paula Braco apa Siti Nurbaya?!" hardik Karti gemas pada majikanya.
Nesya tertawa seraya berjalan pelan mengikuti langkah Karti menuju ruang tamu, dimana Diandra dan Kemal menunggu.
"Bisa apes juga, lu!" Diandra menahan tawa melihat Nesya berjalan terseok dengan merintih pelan. "Kayak perawan udah nggak perawan ya, Mal, jalannya si Oneng"
Ia menjatuhkan tubuh di sofa tepat di sisi Diandra lalu merebahkan diri dipangkuan sahabatnya itu. "Aduh, Bang Juriiii, Oneng pijetin kek dari pada lu ngoceh terus."
"Idih, Nesya.Ih, berat!"
"Nggak seberat cinta sebelah tangan gue, Di!"
"Sebelah tangan gimana?" Kemal penasaran. "Laki lu galak banget mukanya. Apalagi pas lihat lu ngorok di sofa ruangan gue. Serem!" adu Kemal.
Nesya membelalak. "Sumpah?! Kok gue nggak percaya, ya?"
Kemal berdecih sebal disertai tatapan sinis. "Tanya noh sama si Ambon! Dia saksinya! Udeh gitu mukanya kayak curiga sama gue. Dikira gue mau makan lu kali, ya?"
Nesya melirik Diandra yang asyik menikmati camilan. "Emang lu nafsu sama gue, Mal?".
"Nafsu kok ...." Kemal melirik pada objek yang sama dengan Nesya. "Nafsu pengen jitak lu, maksudnya," lanjut Kemal diiringi tawa terbahak bersama Nesya.
"Kalian ngomongin apaan, sih? Pada nggak jelas! Nih cookies nih ... enak!" Diandra mendorong setoples ke hadapan Kemal.
Di tengah-tengah obrolan mereka, tiba-tiba sajaseorang pria berseragam cokelat berjalan mendekati Nesya dan memberikan kecup singkat di kening. " Obat dari dokter kemarin sudah diminum?Sudah makan? Kaki kamu gimana sekarang? Udah enakan kalau dibuat jalan?" cecar lelaki itu.
Pria tersebut adalah Yusuf Arbianda, laki-laki yang tak sengaja mendengar obrolan antara istri dandua sahabatnya, saat ia melepas sepatu di teras depan. Yusuf mendengar jelas percakapan para remaja itu dan entah mengapa, ada satu sudut hati yang tak terima jika sang istri bercanda dengan pria lain.
Hingga entah pikiran darimana, ia menghampiri Nesya yang berkumpul diruang tamu. Sedikit memperlihatkan kasih sayang dan romantisnya. Romantis paling maksimal yang bisa ia lakukan. Nesya pun terheran melihat tingkah Yusuf, hanya mengangguk bagai orangterkena hipnotis. Pak Ucup habis makan apa, yak?Apa kejedot stir mobil kali?Dia sehat 'kan?
"Ya, sudah. Saya keatas dulu. Nanti kalau sudah selesai panggil saya, agar bisa menggendongmu ke kemar."Yusuf berlalutanpa menunggu jawaban apapun dari Nesya.
"Laki lu itu orang apa kulkas, sih? Dingin banget!" komen Kemal menggeleng pelan.
"Sya, laki lu punya adek atau sepupu nggak, sih? Mau dong gue dikenalin! Ih, gila so sweet banget laki lu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnesya's Love Song [ Sudah Terbit ]
RomanceSebagian Part sudah dihapus Carnesya tersenyum tipis saat sang Papa menjodohkanya dengan Yusuf Arbianda, 'cinta dalam diamnya'. Bahagia karena pria yang selama ini mencuri hatinya akan menjadi miliknya. Namun Carnesya tidak tahu bahwa mengambil hat...