SINC : 12th

5.8K 358 0
                                    

Pagi semuanya....

Ada yang pada nungguin SINC update???

Jangan lupa untuk klik bintang kecilnya ya...⭐

Happy Reading...

***

Erick :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erick :

Erick menghampiri adiknya—Caitlin Ferdinand—yang tengah sibuk menata gaun-gaun barunya di ruang pakaian. Erick memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, kemudian berdeham ringan untuk mengalihkan perhatian adiknya.

"Oh! Hai, kak!" sapa Caitlin dengan ceria.

"Apa kamu mengetahui sesuatu perihal Ratu Helena? Kamu kerapkali ikut dengan ibu ke kerajaan Orion."

Caitlin tampak mengerutkan keningnya bingung, sebelum menyipitkan matanya. "Tidak! Lagipula apa yang kamu cari?" tanya Caitlin penasaran.

Erick menggelengkan kepalanya sebelum membalikkan badan. Dia lebih memilih untuk mengabaikan adiknya daripada harus menjawab pertanyaan beruntun yang pasti kini berputar di kepala cantik itu.

Erick keluar dari ruang pakaian milik Caitlin dan menutup pintu dengan pelan. Dia melewati lorong untuk sampai di ruang kerjanya. Dia mampu mendengar bisikan-bisikan dari para pelayan wanita yang dilewatinya. Pujian yang mereka lontarkan sudah seperti cemilan bagi Erick. Hampir setiap hari dia mendengar para wanita mengaguminya. Bukan hanya di dalam istana, tetapi hingga ke daerah pelosok sekali pun.

Namun, hanya ada satu wanita yang berhasil mengusik hidupnya. Wanita yang selalu muncul di dalam mimpinya setiap pukul dua belas. Erick sempat berpikir bahwa bisa saja wanita di mimpi itu adalah makhluk astral. Tetapi, saat mereka bertemu di sebuah rumah tua, lebih tepatnya di sebuah kamar kecil, Erick dapat melihat seorang gadis yang lemah.

Gadis itu memenuhi pikirannya dan dia tidak dapat tenang sebelum bertemu dengan gadis itu. Gadis cantik dengan kulit putih, mata abu-abu yang memikat, serta rambut berwarna coklat keemasan yang jarang ada. Gadis itu terlalu mempesona hingga membuatnya lupa diri. Namun, hingga detik ini dia sendiri belum yakin apakah gadis itu nyata, atau hanya makhluk alam bawah sadarnya.

Erick menarik napas dalam-dalam sebelum memutar kenop pintu dan masuk ke dalam ruang kerjanya yang didominasi oleh dinding dan perabotan berwarna abu-abu.

***

Alice :

Alice tengah berdiri di balkon kamarnya. Menikmati semilir angin sore yang menyejukkan. Alice menengadah dengan mata terpejam. Pikirannya melayang kepada kejadian tadi siang. Sampai detik ini, dia belum mengerti akan apa arti pelukan dari Raja Arthur dan kata yang sempat dia dengar dari bibir Raja Arthur.

Anakku....

Kata itu terus mengiang-ngiang di telinganya seolah itu adalah kalimat sakral.

Setelah Arthur mengurai pelukan itu, dengan suara tenang dan lembut, dia meminta Alice untuk kembali ke kamarnya dan Alice menurutinya.

Dia benar-benar pusing dengan semua ini. Hingga dia merasakan sesuatu hinggap di ujung hidungnya. Dengan perlahan, Alice membuka matanya dan terkejut saat melihat seekor kupu-kupu cantik dengan sayap berwarna hitam keemasan berada di depan matanya.

Dengan hati-hati, Alice memindahkan kupu-kupu itu dari hidungnya ke jari telunjuknya. Alice memperhatikan kupu-kupu yang tampak tenang itu dengan senyuman hangat.

Dia ingin menjadi seekor kupu-kupu yang bebas terbang kemana saja dan memiliki banyak teman. Kupu-kupu sangat bermanfaat untuk membantu jalannya penyerbukan tanaman sehingga membantu meringankan pekerjaan para petani.

Alice menatapi kupu-kupu itu dengan seksama. Mungkin bagi sebagian orang, kupu-kupu itu binatang yang mengerikan. Tetapi jika dilihat dari sisi positif, kupu-kupu itu sebenarnya tidak mengerikan, melainkan indah.

Alice mengangkat tangan ke udara dan dengan perlahan kupu-kupu itu mengepakkan sayapnya dan terbang menjauhi istana.

Alice memegang pembatas pagar yang ada di balkon. Menghirup udara segar yang menyejukkan, membiarkan rambutnya melambai-lambai.

Suara kuda mengalihkan perhatiannya. Dia menoleh kebawah, tepatnya ke arah pagar istana. Terlihat ibu dan saudari tirinya menaiki sebuah kereta kencana yang indah.

Alice terus menatapi kereta itu hingga menghilang di balik pagar tinggi istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alice terus menatapi kereta itu hingga menghilang di balik pagar tinggi istana. Alice kemudian berbalik dan memasuki kamarnya.

***

Bulan sudah bersinar terang di angkasa, ditemani oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip setiap malam. Angin berhembus kencang, masuk ke dalam kamar melalui cela-cela jendela dengan tirai yang melambai-lambai. Namun, hal itu tidak juga membuat Alice mengantuk. Malam ini Alice bertekad untuk tidak tidur karena dia tidak mau bertemu dengan pria itu lagi.

Tok ... tok ... tok ....

Alice menoleh ke arah pintu dan terkejut saat melihat Ratu Helena masuk bersama dengan seorang pelayan. Pelayan itu membawa nampan yang berisi segelas susu dan kue kering hangat. Ratu Helena tersenyum, kemudian mengambil duduk di sebelah Alice.

"Aku membawakanmu makanan ringan dan susu hangat. Aku dengar dari Adolf bahwa kamu menyukai susu coklat," ucap Helena sembari mengelus rambut Alice dengan lembut.

Alice mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap ke arah pelayan yang tadi mengikuti Helena. Helena lalu mengambil alih nampan itu dan memberikan perintah agar pelayan itu keluar.

"Mengapa anda baik sekali pada saya, My Queen? Saya bukan siapa-siapa dan tindakan anda ini membuat saya merasa spesial."

Helena yang mendengarnya tersenyum, kemudian menyerahkan sepotong kue pada Alice yang langsung diterima gadis itu. "Ini bukan apa-apa, Alice. Aku hanya ingin menganggapmu sebagai putriku karena seperti yang kamu ketahui, aku belum juga dikaruniai seorang anak oleh Yang Maha Kuasa."

Alice mengangguk mengerti, lalu membuka mulutnya lebar saat Helena menyuapinya. Alice mengerti bagaimana perasaan Helena. Wanita itu hanya ingin menjadi seorang ibu dan dengan Helena memperlakukan Alice seperti ini membuatnya senang. Dia bisa merasakan bagaimana kasih sayang dari seorang ibu.

Helena kemudian menyerahkan segelas susu coklat hangat pada Alice. Dia sejujurnya bingung, mengapa Alice mirip dengannya dan kesukaan gadis itu sama dengannya. Mungkinkah hanya kebetulan?

Alice meneguk habis susu itu, lalu mengembalikan gelasnya pada Helena. "Terima kasih, My Queen. Alice merasa senang karena bisa merasakan figur seorang ibu dari Ratu."

Helena tersenyum, lalu mengelus rambut panjang Alice dengan sayang. "Kalau seperti itu, mulai sekarang aku ingin mendengarmu menyebutku 'ibu' dan kita bisa melakukan apapun yang biasa dilakukan oleh ibu dan anak."


Bersambung....

She is not CINDERELLA | RE-UPLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang