SINC : 20th (2)

4.3K 266 0
                                    

Hello...

Berjumpa lagi dengan incesstengil disini.

Jadi, tugas aku dah hampir kelar dan ini aku sempatin buat ngetik SINC. Pokoknya setelah ujian dan tugas aku kelar, aku akan update rutin lagi. Harap bersabar ya....

Sebenarnya SINC tinggal sikit lagi. Sekitar 8-9 chapter doang. Eiitss... Jangan kira aku sudah ngetik sampe ending dan tinggal publish saja. Tidak! Tidak! Aku sama sekali belum ngetik dan itu hanya perkiraan saja. Jadi, jangan heran karena sampai detik ini gak ada konflik berat. Sudah pernah aku bilang kan kalo SINC ini bawaannya ringan banget. Jadi, nyantai bacanya. Cocok buat kalian yang gak sanggup nangis bacanya. Paling cuma guling-guling dilantai karena baper ✌🏻.

Jangan lupa untuk klik bintang kecilnya ya. ⭐

Happy Reading....

***

Erick :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erick :

Erick menatap kedua orang tuanya bingung saat dilihatnya Riccard dan Kathleen seperti sedang melihat hantu. Erick menoleh ke belakang dan melirik Alice yang masih saja bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Alice...." panggil Erick dengan lembut sembari menarik tangan Alice pelan. Menuntun gadis itu untuk keluar dan menghadap kedua orang tuanya.

Alice terlihat sangat gugup. Tangannya bergemetar dan Erick sangat merasakannya. Erick tersenyum lembut, lalu mengelus lengan Alice pelan.

"Mengapa kamu sangat gugup? Mana Alice-ku yang pemberani?" bisik Erick pelan yang mampu membuat Alice mendengus kesal dan menepis tangan pria itu.

Erick lalu menoleh ke arah kedua orang tuanya dan tersenyum penuh arti. "Apakah ayah dan ibu tidak mau berkenalan dengannya?"

Kathleen tersenyum kecil, kemudian mendekati Erick dan Alice. "Ibu sudah pernah bertemu dengan Alice saat ibu mengunjungi Ratu Helena di istananya. Tetapi, ibu tidak tahu jika Alice ini adalah gadis yang ada di mimpimu."

Kathleen berdiri tepat di hadapan Alice, lalu mengelus puncak kepalanya dengan sayang. "Siapa nama lengkapmu, Alice?"

Alice menelan salivanya dalam-dalam, lalu menjawab. "Alice de Marthaguella, Ratu Wales."

Kathleen menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Kamu... putri dari Adolf de Marthaguella?" tanya Riccard yang sedari tadi diam saja, membuat semua orang menatap dirinya sekarang.

Alice mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Apakah ayah mengenal ayahnya Alice?" tanya Erick penasaran.

Riccard mengangguk. "Adolf adalah pekerja setia di kerajaan Orion. Yang kutahu, dia merupakan tangan kanan Ratu Helena."

"Jadi, ada apa dengan kalian berdua hingga Alice mau jauh-jauh kemari?" tanya Kathleen mengalihkan pembicaraan.

"Apa kalian berniat menikah?" tanya Riccard tiba-tiba yang sukses membuat Alice terdesak salivanya sendiri.

Kathleen yang melihat Alice terbatuk-batuk, segera menepuk pundak Alice pelan. Kathleen melirik suaminya dan melotokan matanya, membuat Riccard terdiam dan memilih untuk tutup mulut.

"Tidak seperti itu, Raja Wales!" elak Alice dengan raut wajah panik. Erick terkekeh geli, lalu mengusap puncak kepala Alice dengan sayang.

"Tidak, ayah. Kami di sini ingin meminta bantuan ayah dan juga ibu. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, aku dan Alice bertemu di dalam mimpi dan mimpi itu terus berlanjut hingga sekarang. Mimpi itu dimulai ketika kami berdua tertidur," jelas Erick.

Riccard dan Kathleen tampak mengerutkan kening bingung. "Lalu, apa yang sebenarnya kalian inginkan?" tanya Riccard dengan serius.

"Kami ingin...."

***

Alice :

"Kami ingin ayah dan ibu membantu kami mencari seseorang yang kira-kira mengerti akan hal seperti ini," ucap Erick tiba-tiba yang seketika membuat Alice menahan napas.

Bagaimana tidak? Mereka belum membicarakan hal ini sebelumnya dan dengan seenaknya Erick mengutarakan hal yang ada di kepala pintarnya itu. Alice rasanya ingin memukul pria itu detik ini juga, disini, tapi itu tidaklah mungkin. Jika dia melakukan hal itu, maka dia sudah tidak waras. Tetapi jika dipikirkan lagi, Erick berhasil untuk menghilangkan rasa gugup yang sedari tadi menghantuinya.

Alice menoleh ke arah Ratu Wales yang sejak tadi terus mengelus rambutnya dengan sayang. Alice tersenyum padanya dan tanpa disangka, Kathleen juga turut membalas senyumannya.

"Aku ingin kamu menjadi putriku, Alice," ucap kathleen yang sukses membuat Alice salah tingkah.

Aku melirik ke arah Raja Wales yang tengah menatapnya juga. Lalu, pandangannya beralih pada Erick yang ternyata juga tengah menatapnya sambil tersenyum menyebalkan.

"Ada apa dengan semua orang? Mengapa semuanya melihat ke arahku? Apa ada yang salah dengan diriku?" pikir Alice.

"Ibu, apa yang ibu maksudkan? Kita memiliki Caitlin untuk menjadi putri Wales," ucap Erick dengan nada jahil yang kentara.

Alice meliriknya, ingin bertanya siapa itu Caitlin. Dan sepertinya Erick paham karena dia langsung menjawabnya.

"Caitlin Ferdinand adalah adikku, putri kerajaan Wales."

Alice mengangguk tanda mengerti.

"Bukan itu yang ibu maksudkan, Erick. Ibu ingin Alice menjadi menantu di keluarga kita," ucap kathleen tiba-tiba.

Kedua mata Alice terbelalak dan mulutnya sedikit terbuka tanpa sadar.

"Menantu katanya? Bagaimana mungkin aku menjadi menantunya disaat aku sendiri dijodohkan dengan Excel?" batin Alice.

Alice kemudian menoleh ke arah Ratu Kathleen dan meraih kedua tangannya. "Maafkan saya jika harus mengecewakan anda, Ratu Wales. Tetapi, saya tidak mungkin menjadi menantu anda disaat saya akan segera melangsungkan pertunangan dengan pria lain. Lagipula siapa yang harus saya nikahi jika menjadi menantu anda?"

Kathleen tampak mengerjapkan kedua matanya, lalu sedetik kemudian dia seperti menahan tawa. "Astaga! Aku hanya mengutarakan keinginan yang tiba-tiba terlintas dalam pikiranku. Kamu tidak perlu merasa bersalah seperti ini, Alice. Dan jika kamu bertanya siapa yang akan kamu nikahi, tentu saja Erick. Siapa lagi jika bukan dia orangnya?"

Alice dengan spontan melepaskan pegangannya pada tangan Kathleen, kemudian melirik Erick yang tengah tersenyum jahil.

"Tidak! Tidak! Bisakah kita kembali ke topik awal? Saya tidak ingin memimpikan pria ini lagi. Kumohon...."

Bersambung....

She is not CINDERELLA | RE-UPLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang