SINC : 7th

6.1K 372 1
                                    

Halo semuanya...

Maaf banget belum sempat update sabtu kemarin. Itu karena author lagi movie marathon. Nonton drakor yang berepisode. Hahaha...

Soalnya file-nya udah menumpuk semua dan lumayan gede. Jadi, berhubung ada waktu, author sempatkan buat nonton biar bisa cepat-cepat di hapus. Hahaha...

Tapi, kadang dari drakor itu sendiri bisa buat kita terinspirasi loh. Apalagi bagian sweet-sweetnya. Secara drakor romance itu banyak adegan manisnya. Suka bikin baper ceritanya. Apalagi ditemani sama actor atau actress yang kece-kece badai. Menenangkan hati dan jiwa raga.
Wkwkwkw.. Apaan sih thor bahasanya. 😅

Oke, sekarang itu tidak penting dan yang penting sekarang adalah lanjut baca Chapter 7.

Happy Reading....

***

Erick :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erick :

Erick Ferdinand—Pangeran dari kerajaan Wales. Siapa yang tidak mengenalnya? Pangeran dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati para wanita yang melihatnya. Namun, hingga saat ini dia belum juga menemukan pemilik hatinya di umur yang sudah cukup matang untuk menikah. Bukan karena dia terlalu pemilih, tetapi karena belum ada yang berhasil menyentuh relung hatinya.

Hal ini membuat kedua orangtuanya—Ratu dan Raja Wales—menjadi khawatir akan masa depan putra mereka.

Erick duduk diam di sebuah kursi panjang yang terdapat di halaman istana. Matanya menerawang ke depan. Memikirkan sesuatu yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

"Erick...." Erick menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya dan saat dia berbalik ke belakang, dia bertatap muka dengan ibunya—Kathleen Ferdinand.

"Ibu..." Erick berdiri menghadap Kathleen lalu membungkuk untuk memberikan hormat.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Kathleen saat dia mengambil tempat di sebelah Erick.

"Aku tengah memikirkan sesuatu, ibu."

Kathleen sedikit mengernyit sebelum bertanya, "Sesuatu apa yang kamu maksudkan? Apa ini ada sangkut pautnya dengan masalah pengalihan takhta?"

Erick menggeleng, kemudian tersenyum. "Bukan kedua hal itu," jawabnya dengan tenang.

"Jika bukan, lalu apa itu, Erick? Kamu tahu, kamu bisa menceritakan apapun pada ibu."

"Aku mengerti. Hanya saja kurasa ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapnya disaat aku sendiri masih bingung atas semua ini."

Kathleen menghela napas lelah, lalu menyentuh telapak tangan Erick dan mengelusnya. "Apapun yang menjadi masalahnya, ibu harap kamu dapat segera menyelesaikannya. Tidak baik terus memikirkannya."

Erick menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Menatap ke depan dengan pikiran yang melayang-layang. Erick tersentak saat menyadari sesuatu.

Dia menoleh pada Kathleen yang tengah menatap ke depan. "Ibu...." Erick menyentuh tangan ibunya dan menatap penuh harap.

"Ada apa?"

"Bisakah ibu membantuku?"

Kathleen mengerutkan keningnya bingung. Erick yang mengerti segera menjelaskan maksudnya.

***

Alice :

Alice tengah berdiri memandangi danau buatan yang ada di halaman istana dari balkon kamarnya. Seharian ini dia memilih untuk berdiam diri di istana, setelah berbincang sedikit dengan Ratu Helena. Bukan karena dia melakukan kesalahan dan akhirnya ditegur, melainkan karena Ratu Helena tidak ingin bila Raja Arthur bertemu dirinya. Tidak tahu karena apa? Apa karena adanya kemiripan di wajah mereka saat Ratu Helena masih muda?

Alice berpikir keras akan arti dari mimpinya. Sudah dua kali dia memikirkan siapa pria dalam mimpinya, tetapi tak kunjung mendapatkan jawabannya. Alice merasa mimpi itu terasa nyata, namun tetap saja dia merasa aneh. Mendadak angin berhembus kencang dan membuatnya kedinginan. Alice memeluk tubuhnya dengan kedua tangan, kemudian bergerak memasuki kamar. Menutup pintu balkon dan tak lupa menguncinya.

Alice berjalan mendekati ranjang besar itu, kemudian duduk di sana. Kamar ini terlampau besar dan mewah. Dia memang merasa nyaman,  tetapi ini terlalu berlebihan untuknya sebagai anak dari seorang pekerja istana. Mengingat hal itu, Alice menjadi memikirkan ayahnya. Seharian ini dia belum bertatap muka dengan ayahnya. Sejujurnya Alice berharap Adolf akan khawatir dan mencarinya, tetapi sepertinya itu tidak akan terjadi.

Alice menghela napas. Berdiri dan bergerak menuju rak buku yang tinggi cukup tinggi. Dia memilih buku di sana dan akhirnya menemukan apa yang akan dibacanya. Sebuah novel romansa yang diadaptasi dari cerita dongeng Cinderella. Alice tersenyum membaca sinopsisnya dan memutuskan akan menghabiskan waktu dengan membaca buku itu.

***

Tak terasa waktu telah beranjak sore dan dia telah menyelesaikan bacaannya. Alice meregangkan kedua tangannya. Dia menyimpan buku itu kembali ke dalam rak.

Alice kemudian berjalan menuju kamar mandi yang terdapat di dalam kamarnya. Dia mengatur temperatur air, kemudian mengisi jacuzzi hingga penuh.

Alice meraih sebuah lilin aromaterapi dan menyalakannya. Dia kemudian membuka seluruh pakaiannya dan membiarkannya terjatuh ke lantai. Dia melangkah menuju jacuzzi dengan tangan membawa lilin. Meletakkannya di sisi jacuzzi, kemudian masuk ke dalam air hangat itu.

Alice butuh sesuatu untuk merilekskan diri dan memutuskan untuk berendam.

Dia teringat kembali akan cerita yang dibacanya. Akhirnya memang happy ending seperti kebanyakan cerita romansa lainnya. Akan tetapi, terdapat sesuatu yang janggal.

Cerita itu mengisahkan seorang putri cantik yang dipisahkan dari kedua orangtuanya dan diasuh oleh seorang ibu tiri yang jahat. Putri cantik itu kesepian dan akhirnya terbawa akan mimpi. Di dalam mimpi tersebut sang putri bertemu dengan seorang pangeran tampan. Mereka akhirnya jatuh cinta. Disaat putri itu terbangun dari mimpinya, dia mengira itu semua hanya angan-angan saja. Tetapi, saat pria yang ada di dalam mimpinya muncul dan menemuinya, putri itu yakin bahwa Tuhan mengenalkan pangerannya melalui mimpi itu. Sang pangeran akhirnya menikahi putri tersebut dan mereka hidup bahagia.

Alice berpikir, apa mungkin nasibnya sama dengan putri cantik itu? Tetapi, jika dipikirkan lagi, itu membuat Alice merasa takut sekaligus kesal. Bagaimana mungkin pria aneh dan menyebalkan itu menjadi Prince Charming-nya? Alice menggelengkan kepalanya dan berusaha meyakinkan diri bahwa itu tidak mungkin. Hanya kebetulan saja.




Bersambung....

She is not CINDERELLA | RE-UPLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang