SINC : 10th

5.6K 363 0
                                    

Halo semuanya....

Sebelumnya aku minta maaf karena keterlambatan update-nya dan sepertinya mulai sekarang aku susah untuk update rutin tiap hari. Palingan hanya bisa dua hari sekali. 🙏

Apa alasannya?

Fix aku kerja dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Dilanjutkan dengan kuliah dari jam 6 sore sampai 9 malam. Bisa bayangkan tidak? Biasanya aku ngetik pas malam-malam jam 10 keatas dan update pagi. Tapi, aku fix gak sanggup lagi karena kurang tidur.

Jadi, mohon dimaklumi ya dan berhubung hari ini libur karena tanggal merah, aku puas-puasin buat tidur. Hehehehe....

Enjoy your day!!!

***

Nathalia :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathalia :

Emily dan Nathalia tengah berdiri di depan istana, dimana di depan gerbang terdapat dua penjaga dengan pedang di pinggangnya. Nathalia menatap sekelilingnya dan menilai seberapa megahnya istana Orion ini. Bukan hanya megah, tetapi juga penjagaan yang ketat sehingga menyulitkannya untuk masuk ke dalam karena harus melewati beberapa proses terlebih dulu. Sedangkan Emily yang berdiri di sebelah ibunya hanya sibuk memperhatikan penampilannya. Dia ingin terlihat sempurna saat memasuki istana, apalagi kemungkinan mereka akan bertemu dengan Raja ataupun Ratu karena setahu dirinya, ayah tirinya cukup dekat dengan anggota keluarga kerajaan.

Hari ini Emily memakai gaun selutut berwarna hitam yang mencetak jelas lekuk tubuhnya yang ramping. Sedangkan Nathalia memakai gaun lengan panjang berwarna hijau lumut yang sangat cocok untuknya.

Nathalia mengamati seluk beluk istana dan berusaha memikirkan cara agar mereka bisa masuk ke dalam. Tetapi, sebelum rencananya dilaksanakan, suara seseorang yang bertanya pada mereka mengagetkannya.

"Siapa kalian?"

Baik Nathalia maupun Emily sama-sama terkejut. Mereka berbalik dan segera menunduk hormat saat melihat Arthur de Lawchoski—Raja Orion—tengah menuruni kuda yang ditunggainya. Arthur baru saja pulang berburu dan terlihat bahwa salah seorang pengawal membawa seekor rusa di punggungnya.

"Siapa kalian? Mengapa kalian terus berdiri di luar dan mengamati istana?" tanya Arthur lagi saat telah berdiri di hadapan mereka berdua.

Nathalia dengan berani mengangkat kepalanya dan menatap ke dalam mata Arthur. "Maafkan kelancangan hamba dan putri hamba, My King. Kami hanya ingin mengunjungi suami hamba yang bekerja di istana ini," jawab Nathalia dengan nada tenang.

Emily yang berdiri di sebelah ibunya hanya mengangguk mengiyakan.

"Siapa suami yang kamu maksud?" tanya Arthur tanpa menghilangkan nada tegasnya.

Nathalia berdeham sedikit sebelum menjawab, "Adolf de Marthaguella... tangan kanan Ratu Helena yang paling setia."

Arthur tidak tampak terkejut. Dia menatap Nathalia dan Emily bergantian. Setelah itu, dia memberikan isyarat kepada dua penjaga yang berdiri di depan gerbang agar mereka membuka gerbang tersebut.

Arthur lalu menoleh ke belakang dan memerintahkan pengawal yang mengikutinya tadi untuk membawa masuk kuda kesayangannya.

Arthur mempersilakan Nathalia dan Emily untuk masuk ke dalam istana.

"Terima kasih atas kebaikan anda, My king," ucap Nathalia lalu menundukkan kepalanya, diikuti oleh Emily di belakangnya.

Mereka berjalan masuk. Para pelayan dan juga penjaga yang berpapasan dengan Arthur segera menunduk memberi hormat. Mereka melewati lorong yang cukup panjang sebelum sampai pada sebuah pintu dua daun berwarna emas dengan ukiran burung merak yang indah.

Kedua pengawal yang sedari tadi mengikuti Arthur dengan sigap mendorong pintu hingga terbuka. Di dalam sana sudah terdapat Ratu Helena, Adolf dan dua dayang setia Helena.

"Selamat datang kembali, My King...." Adolf dan juga dua dayang itu segera memberi hormat.

Sedangkan Nathalia dan Emily tampak terpukau dengan ruangan yang mereka masuki.

Saat Adolf mengangkat kepalanya, dia terkejut saat matanya bertabrakan dengan milik Nathalia yang juga menatapnya.

"Nathalia...." gumam Adolf pelan.

"Ah, ya. Anda kedatangan tamu, tuan Adolf," ucap Arthur setelah duduk di singgasananya.

Adolf menelan ludahnya susah payah, lalu berjalan menghampiri istrinya. "Untuk apa kamu kemari?" tanyanya dengan nada tidak suka yang kentara.

Nathalia melirik Arthur dan Helena sekilas, sebelum memelaskan wajahnya. "Aku hanya merindukanmu, Adolf. Kamu tidak pulang dan memberi kabar. Terlebih lagi Alice tinggal di sini. Aku hanya takut dia merepotkanmu," jelas Nathalia dengan suara lantang, membuat Arthur dan Helena mendengarnya.

Tubuh Helena menegang saat mendengar nama Alice disebutkan oleh wanita yang dia ketahui sebagai istri Adolf.

Adolf menarik pergelangan tangan Nathalia, hendak membawanya keluar, tetapi suara Arthur selanjutnya menghentikan mereka.

"Siapa Alice? Dan mengapa dia tinggal di sini?"

Nathalia tersenyum miring saat berhasil memancing Arthur. Dia dengan segera menepis tangan Adolf dan bergerak maju.

"Alice merupakan anak tiri hamba. Terakhir kali saat suami hamba pulang, dia membawa Alice untuk ikut bersamanya."

Emily yang mengerti akan situasi segera menatap Arthur. "Betul apa yang dikatakan oleh ibu hamba, My King. Alice merupakan anak yang ceroboh. Kami takut dia menyusahkan orang-orang yang tinggal di istana."

Arthur mengerutkan keningnya bingung. Selama ini, dia belum pernah bertemu dengan gadis bernama Alice itu.

"Dimana gadis yang kalian maksud? Selama ini aku tidak pernah bertemu dengannya. Apa kamu sengaja menyembunyikannya?"

Adolf menggeleng kuat dan segera bersujud di hadapan Arthur. "Maafkan hamba, My King. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk menyembunyikannya," ucap Adolf penuh penyesalan.

"Maaf jika saya menyela, suamiku. Tetapi, ini bukan sepenuhnya salah Adolf. Aku mengetahui mengenai kedatangan Alice dan aku sendiri yang menyiapkan kamarnya," sela Helena.

"Lalu mengapa aku tidak pernah bertemu dengannya?" tanya Arthur pada istrinya.

"Karena aku takut dia tersesat jika berkeliling istana sehingga aku menyuruhnya untuk tetap di dalam kamar," jawab Helena gugup.

Arthur menghela napas lalu meremas tangan istrinya. "Harusnya kamu memberitahuku. Aku juga ingin bertemu dengan putri Adolf. Adolf sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri, jadi putrinya juga adalah keponakanku."

Helena menggigit bibir bawahnya dan menunduk. "Maaf...."

Arthur menghela napas lalu menatap salah satu dayang Helena. "Bawa gadis bernama Alice kemari sekarang," pintanya tegas membuat Adolf dan Helena terkejut.

Dayang itu mengangguk sekilas sebelum bergerak keluar dari ruangan. Sementara Nathalia tersenyum puas melihat Adolf yang ketakutan.



Bersambung....

She is not CINDERELLA | RE-UPLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang