SINC : 21st

4.2K 224 2
                                    

Hello All...

Pertama-tama, aku mau ucapin thank you so much buat kalian yang masih stay di sini.

Tugas aku dan UTS emang dah kelar, tapi mulai minggu depan aku akan disibukkan kembali dengan bahan presentasi dan juga UAS. Astaga! Semakin naik semester, semakin banyak tugas. 😓

Bukannya aku tidak mau up, hanya saja aku benar-benar mau menyelesaikan urusanku dulu di Real Life. Bagaimana pun, pendidikan itu sangat penting untuk masa depan kita.

So, harap bersabar ya dalam menunggu aku.

Happy Reading...

***

Alice :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alice :

Hari ini Alice dan Excel akan melakukan fitting baju. Dua hari lagi mereka akan melangsungkan pertunangan. Memang terkesan terburu-buru, tetapi ini keputusan antara dua keluarga dan Alice tidak bisa menolaknya.

Alice tengah duduk di kursi kayu yang ada di taman istana. Dia tengah menunggu kedatangan Excel sambil bersenandung kecil. Sudah lama sekali, Alice tidak bernyanyi seperti ini. Dulu saat masih kecil, Alice kerapkali mengikuti pentas bernyanyi di sekolah dan paduan suara. Ayahnya juga selalu memujinya, mengatakan bahwa suaranya sangat merdu dan menenangkan jiwa. Tetapi, sejak kedatangan Nathalia dan Emily, dia kehilangan kebebasannya. Emily sering memarahinya karena katanya berisik, yang akhirnya membuat Alice memilih untuk diam saja.

Jika diingat-ingat, Alice sudah sangat lama tinggal di istana dan kini tiba-tiba dia merindukan rumah lamanya, apalagi kamarnya. Di antara semua ruangan yang ada di rumah, Alice paling betah bersembunyi di dalam kamar. Di sana dia bebas melakukan apapun, tanpa perintah, tanpa makian, dan tanpa hukuman. Alice bebas membaca koleksi novel-novelnya, menulis buku harian dan bermain dengan chimmy—seekor hamster yang Alice pelihara di dalam kamarnya—hingga waktu makan malam tiba.

Alice menghela napas, menengadahkan kepalanya untuk melihat awan. Hari ini langit sungguh cerah, menandakan jika pertunangan ini memang harus terjadi.

Alice menghela napas lagi saat mengingat kejadian lima hari yang lalu, dimana dia nekat pergi ke kerajaan Wales. Padahal jarak tempuh dari kerajaan Orion ke kerajaan Wales cukup jauh dan memakan waktu.

Raja Wales memanggil seorang peramal untuk menerawang mereka berdua, tetapi tidak ada hasil. Ramalan mereka tersegel rapat dan peramal itu tidak dapat menembusnya. Raja Wales juga memanggil seorang psikiater—ahli psikologi—untuk menghipnotis mereka, berharap ada titik terang untuk semua ini. Tetapi, hasilnya juga nihil.

Kini dia dan Erick tidak tahu harus melakukan apa untuk memecahkan misteri ini. Apakah mereka akan terus bertemu di dalam dunia mimpi?

"Alice!"

Alice menoleh ke belakang dan menemukan Excel tengah melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum hangat. Alice membalas senyuman itu, kemudian berdiri dan menghampiri Excel.

"Hei! Apa kamu menunggu terlalu lama? Seharusnya kamu mencobanya terlebih dahulu tanpa harus susah-susah menungguku," ucap Excel lembut sambil mengelus pipi kanan Alice.

"Tak apa. Aku ingin kamu ada disaat aku memakai gaun itu. Aku ingin kamu menilai sendiri apakah itu cocok untukku atau tidak."

Senyum Excel mengembang dan dengan cepat dia membawa Alice ke dalam pelukannya.

"Aku yakin, kamu memakai apapun akan terlihat cantik," puji Excel membuat kedua pipi Alice memanas.

Alice menyandarkan kepalanya pada dada bidang Excel, membalas peluknnya dan menghirup wangi maskulin yang terkuar dari tubuh pria itu.

Alice mencintai Excel karena jujur pria itu sangat baik dan lembut. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan pria itu berhasil membuatnya luluh. Excel adalah pribadi yang baik, humoris dan lembut. Tidak sulit untuk mencintai pria seperti itu dan tidak mudah juga untuk menemukan pria yang sangat tulus sepertinya.

Alice merasa beruntung karena Raja dan Ratu Orion memilih orang yang tepat untuk dirinya. Alice yakin jika Excel mampu untuk menjaganya dan menyayanginya seumur hidupnya.

***

Alice tersenyum puas melihat gaun yang melekat pada tubuhnya saat ini. Sebuah gaun panjang yang menutup seluruh kaki. Gaun ini terbuka di bagian atas, memperlihatkan bahu dan belahan dadanya. Gaun ini sederhana, tetapi cukup mewah. Bagian atasnya dilengkapi dengan payet-payet berwarna silver dan bagian pinggangnya diberi renda-renda yang menjuntai ke bawah seperti akar pohon. Sangat cantik dan pas di tubuhnya.

Alice berjalan keluar ruangan dan matanya langsung beradu pandang dengan milik Excel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alice berjalan keluar ruangan dan matanya langsung beradu pandang dengan milik Excel. Excel sangat tampan dengan setelan tiga potong itu, membuatnya terlihat gagah dan juga berkuasa. Alice bahkan hampir meneteskan air liur jika dia tidak segera sadar sebelum mempermalukan diri sendiri di hadapan pria itu.

***

Excel :

Excel sudah siap dengan setelan jasnya. Setelan yang dirancang dan dijahit khusus untuknya, sehingga sangat pas ketika Excel yang memakainya.

Kini jantungnya tengah berdegup kencang menunggu pujaan hatinya keluar. Excel tidak sabar untuk melihat Alice keluar dengan gaun yang dipilih langsung olehnya.

Excel sengaja berdiri di depan pintu agar saat Alice keluar, dia menjadi orang pertama yang dilihat Alice dan menjadi orang pertama yang melihat bidadari.

Pintu terbuka dan Alice pun keluar. Mata mereka saling beradu pandang dan menilai penampilan masing-masing.

Excel merasa bangga saat gaun yang dipilihkannya sangat sempurna ketika dipakai oleh Alice. Dia ingin sekali menarik Alice dan memeluknya dengan erat, tetapi Excel sadar dimana dia sekarang. Bagaimana pun mereka berdua berasal keluarga bangsawan dan sangat tidak pantas untuk bermesraan di depan orang banyak.

"Jika kali ini aku memujimu cantik, kira-kira telah berapa kali aku mengucapkannya?" tanya Excel dengan suara berbisik.

"Aku tidak tahu, aku tidak pernah menghitungnya," jawab Alice dengan polos dan seketika membuat Excel tertawa.

"Kamu sangat menggemaskan, Alice," seru Excel sembari mencubit pipi Alice.

Alice berusaha menepis tangan Excel, tetapi yang namanya nakal tetap saja nakal. Pria itu malah beralih mencubit pipi lainnya dan akhirnya kedua pipinya pun dicubit oleh Excel.

"Excel!!!"


Bersambung....

She is not CINDERELLA | RE-UPLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang