SINC : 4th

6.3K 474 3
                                    

Maaf banget karena semalam tidak bisa update, ditambah lagi yang pertama aku ketik tiba-tiba hilang setengah gara-gara aku langsung ngetik di wattpad, bukan word dan parahnya aku ngetik lewat ponsel, bukan PC. Tapi sebagai gantinya, aku double update hari ini. Chapter selanjutnya akan di update beberapa jam ke depan.

So, stay tuned ya...

Happy Reading....

***

Alice :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alice :

Alice tidak henti-hentinya menatap kagum istana, baik luar maupun dalam, keduanya sama-sama menakjubkan. Dia tidak bisa berhenti untuk berdecak kagum setiap memasuki beberapa ruangan.

Adolf berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Beberapa kali mereka berpapasan dengan para pekerja istana yang selalu mereka temui di setiap lorong.

Alice berusaha untuk tersenyum dan menampilkan kesan ramah, namun yang didapatnya justru sebaliknya. Para pelayan perempuan menatapnya sinis dan ada beberapa juga yang mencemooh. Membuatnya risih dan memilih untuk mempercepat langkahnya.

Adolf berhenti tepat di depan sebuah pintu dua daun berwarna emas dengan ukiran burung merak yang indah.

"Ayah...." Alice menarik ujung jas Adolf, membuat niat lelaki untuk membuka pintu terhenti.

"Ada apa, sayang?"

Alice menunduk sembari memainkan kuku jarinya. Sejujurnya dia gugup, sekaligus takut. Dia tahu di dalam sana terdapat orang yang berkuasa dan dia belum pernah bertatap muka dengannya.

"Ada apa, Alice? Kamu takut?"

Alice mengangguk pelan, membuat Adolf menghela napas. "Kamu tidak perlu memikirkan sesuatu yang membuatmu takut. Mereka orang baik dan kamu pasti akan menyukainya."

Alice mengangkat kepalanya dan menatap Adolf dengan mata teduhnya. Adolf tersenyum, kemudian membelai pipi Alice.

"Ayah akan selalu berada di sampingmu. Percayalah...."

Alice tersenyum kecil dan mengangguk. Namun, tanpa disangka, tiba-tiba saja pintu terbuka dari arah dalam. Menampakkan seorang wanita anggun dengan mahkota mutiaranya dan juga gaun panjang yang sangat indah.

 Menampakkan seorang wanita anggun dengan mahkota mutiaranya dan juga gaun panjang yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alice dan Adolf segera menundukkan kepala mereka, memberi hormat pada sang Ratu—Helena Lawchoski. Diam-diam Alice mengangkat kepalanya dan melihat sekali lagi wanita cantik di hadapannya. Ternyata, dia tidak sendirian, di belakangnya di ikuti dua dayang yang mengikutinya. Dayang itu tampak seumuran dengannya dan mereka memakai gaun dengan warna perpaduan antara gray dan juga silver. Sangat elegant.

"Adolf..."

"Ya, My Queen...." sahut Adolf sangat sopan.

***

Helena :

Helena menatap gadis yang berdiri di belakang Adolf. Kepala gadis itu tertunduk, membuatnya tidak bisa melihat wajah gadis itu.

"Adolf..."

"Ya, My Queen...." sahut Adolf sangat sopan.

"Siapa gadis yang berada di belakangmu?" tanya Helena hati-hati.

Gadis itu mengangkat kepalanya dan membuat Helena terkejut. Tidak hanya Helena, tetapi kedua dayang-nya juga sama terkejutnya. Gadis itu sangat mirip dengan....

"She's mine. My daughter...." jawab Adolf segera yang menyadari keterkejutan Helena.

Helena mengendalikan dirinya dan tersenyum pada Alice yang kini menatapnya bingung.

"Dia sangat cantik...."

Alice tersenyum malu-malu dan menundukkan kepalanya sekali lagi, memberi hormat.

"Saya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan anda, My Queen."

Helena tersenyum lembut lalu berjalan mendekati Alice. Adolf dengan inisiatif berpindah ke kiri, memberikan jalan bagi Helena untuk berhadapan dengan putrinya.

"Mirip. Sangat mirip sekali...." batin Helena.

Dia menyentuh rambut coklat keemasan milik Alice dan tersenyum sekali lagi.

"Kamu memiliki rambut yang indah. Siapa namamu?"

Kedua mata Alice berbinar dan dia dengan cepat menjawab, "Nama saya Alice."

Helena mengangguk lalu berpindah posisi menghadap Adolf. "Kamu pasti sangat berhati-hati dalam menjaganya."

"Tentu saja," jawab Adolf dengan mantap.

"Lalu, mengapa baru sekarang kamu mengajaknya ke istana?" tanya Helena hati-hati.

"Saya pikir ini waktu baginya untuk mengenal dunia luar. Alice tidak memiliki teman karena keterbatasan yang dia punya."

Helena mengerutkan keningnya bingung. "Keterbatasan apa maksudmu?"

"Banyak pria di desa yang meliriknya, serta mengejarnya. Saya mengurungnya di rumah demi keselamatan dirinya juga. Selama ini, Alice hanya bermain dengan saudarinya sehingga kurangnya pergaulan yang dimiliki oleh putri saya."

Helena menatap Alice. Lagi-lagi gadis itu menundukkan kepalanya dan memainkan kuku-kuku jarinya. Helena berbalik ke belakang, memberi isyarat pada para dayang untuk meninggalkannya. Kedua dayang itu paham dan segera menyingkir. Helena menoleh ke depan dan tersenyum sembari mengelus puncak kepala Alice dengan sayang.

"Bolehkah aku menganggapmu sebagai anakku?"

Alice terkejut dan segera bersujud di hadapan Helena.

"Terima kasih atas kebijaksanaan anda, namun saya merasa saya tidak pantas dijadikan putri anda."

Helena ikut terkejut, namun detik selanjutnya dia tersenyum maklum dan menunduk. Menarik lengan Alice agar dia berdiri. Mereka saling bertatapan, membuat jantung Alice berdesir hangat.

"Pantas tidak pantasnya seseorang hanya aku yang berhak menentukannya, Alice. Kamu mungkin merasa kamu tidak pantas, namun sejujurnya kamu lebih dari kata 'pantas' itu sendiri."

"My Queen...." Helena meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Alice, membuat gadis itu terdiam.

"Aku bangga padamu. Disaat gadis lain akan memekik girang, kamu justru merasa rendah diri. Tidakkah kamu merasa bahwa kamu luar biasa?"

Alice menunduk. "Saya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan anda, My Queen."

Helena terkekeh kecil sembari menggeleng. "Jangan rendah diri seperti ini, Alice. Kamu harus menunjukkan martabat kamu sebagai seorang wanita agar disegani."

Alice mengangguk patuh. "Terima kasih banyak, My Queen."




Bersambung....

She is not CINDERELLA | RE-UPLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang