⌠SEMUA CHAPTER MASIH LENGKAP⌡
PRINCESS DIARIES #1
"She just came and went without leaving the glass shoes as recorded in the book. That's because she was created not as Cinderella."
Alice de Marthaguella, seorang gadis cantik yang disemb...
Bagaimana chapter sebelumnya? Dapat tidak feel-nya? Jujur, aku agak kesulitan dalam menciptakan suasana yang romantis yang biasa buat para pembaca baper.
Oke, jadi kita sudah mencapai chapter 22. Tinggal beberapa lagi untuk mencapai ending. Chapter ini akan menjelaskan tentang kenapa Alice dan Erick saling memimpikan.
So, disimak baik-baik ya.
Jangan lupa untuk vote dan comment disini.
Happy Reading...
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alice :
Alice naik ke atas ranjang dan siap untuk tidur. Hari ini sungguh melelahkan. Padahal ini hanya sebuah acara pertunangan, tetapi sudah sangat menyulitkan dan menghabiskan banyak waktu, apalagi jika nantinya mereka menikah.
Alice tahu bahwa Raja Arthur dan Ratu Helena hanya menginginkan yang terbaik dan dia mengerti. Apalagi Adolf terlihat sangat bersemangat dalam menyiapkan acara ini, membuat hati Alice menghangat. Alice teringat pada Nathalia dan Emily. Sejujurnya Alice ingin mereka hadir walaupun selama ini mereka telah memperlakukannya dengan tidak baik, tetapi tetap saja mereka adalah keluarga. Namun, Adolf tidak mengizinkannya dikarenakan takut Nathalia lagi-lagi berbuat ulah, seperti waktu itu.
Alice menghela napas sejenak, membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi tubuhnya sampai batas leher. Alice mulai memejamkan kedua matanya hingga dia jatuh terlelap.
***
12:00 AM
Alice membuka matanya dan terkejut saat melihat sebuah istana megah yang dikelilingi cahaya kelap-kelip. Alice mengerjapkan matanya berkali-kali, merasa dia berada di dunia fantasi saat ini.
Alice menatap penampilannya. Dia masih memakai gaun tidur yang dia kenakan tadi dan sialnya dia bertelanjang kaki.
Dengan penuh tekad, dia melangkahkan kakinya ke arah istana ini. Istana itu sangat sepi dan sejujurnya mengerikan. Tetapi, demi menuntaskan rasa penasarannya, dia harus berani.
Alice masuk ke dalam istana dan semakin bingung saat tidak menemukan satu penjaga pun di tempat ini.
"Sebenarnya di mana aku berada?" gumamnya kebingungan.
Alice semakin bergerak masuk dan sampai di sebuah pintu besar berwarna emas yang tertutup rapat. Dia ingin masuk, tetapi ragu. Bagaimana jika seharusnya dia tidak masuk ke sini? Bagaimana jika di dalam sana berbahaya?
Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya Alice memutuskan untuk masuk. Dia telah sampai sejauh ini dan tidak ada waktu untuk mundur lagi. Apapun yang ada di balik pintu itu, semoga saja tidak berbahaya. Dengan perlahan, dia mendorong pintu itu hingga terbuka. Alice mengerutkan keningnya bingung saat yang ditemukannya ternyata taman. Taman dengan berbagai macam buah di dalamnya.
Sebuah asap putih tiba-tiba muncul dan membuat Alice terbatuk-batuk. Alice mundur beberapa langkah hingga dia berdiri di ambang pintu masuk tadi.
Seorang gadis dengan gaun putih dan rambut panjang pirang muncul.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Akhirnya kamu sampai juga di tempat ini Alice," ucap gadis itu sambil tersenyum misterius.
Alice merasa dia pernah bertemu dengan gadis ini sebelumnya. Tetapi, dimana?
"Siapa kamu?" tanya Alice sambil berjalan mendekati gadis itu.
"Namaku Kylie. Kita pernah bertemu sebelumnya di sebuah rumah dekat danau."
Kedua mata Alice membulat saat dia mengingatnya. "Bagaimana bisa kamu berada di tempat ini? Siapa kamu sebenarnya?"
"Aku adalah penjaga di tempat ini dan aku juga yang mempertemukan kalian berdua di dunia mimpi ini," jelas Kylie dengan raut wajah serius.
"Kamu yang mengaturnya? Mempertemukan aku dengan Erick? Tetapi, mengapa? Sudah lama aku ingin tahu."
"Kamu tidak ditakdirkan untuk bersama pria itu, Alice. Sudah ada seseorang yang ditakdirkan untukmu dan kamu tidak boleh melawannya atau kejadian masa lalu akan terulang kembali."
Alice semakin tidak mengerti. "Apa maksudnya kejadian masa lalu akan terulang kembali?"
"Helena ditakdirkan bersama dengan Arthur, tetapi dia melawannya dan hendak menikahi Lucas. Maka sebagai gantinya, nyawa Lucas menjadi taruhannya," jelas Kylie.
Alice membulatkan matanya terkejut. "Lalu, siapa yang tidak ditakdirkan bersamaku dan siapa yang sudah ditetapkan untukku?" tanyanya dengan jantung berdegup kencang.
"Excel Moretz bukan jodohmu," jawab Kylie penuh penekanan.
Alice menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Tidak! Tidak mungkin. Excel adalah Prince Charming-ku dan dia yang akan kunikahi."
Kylie memutar bola matanya malas, lalu bersedekap. "Sadarlah, Alice! Kamu bukanlah Cinderella. Takdirmu adalah Erick dan kalian telah dipertemukan jauh sebelum kamu mengenal Excel. Jika kamu tetap keukeh menikahi Excel, maka kamu akan melihat sendiri apa yang akan terjadi pada pria itu."
Alice ketakutan, memikirkan jika pria yang dicintainya akan terluka. Tanpa sadar, air matanya mengalir deras. Alice terduduk lemas dengan kepala ditundukkan. Dia terus menangis, meratapi nasibnya.
"Kamu harus sabar, Alice. Lagipula Erick juga mencintaimu, bukan?"
Alice mendongakkan kepalanya, menatap Kylie sendu. "Tetapi, mengapa semua ini bisa terjadi? Apa ini tidak ada solusinya?"
Kylie menghela napas, lalu ikut duduk di sebelah Alice. "Ini merupakan kutukan turun-temurun. Semuanya dimulai dari nenek buyutmu dan untuk solusinya aku tidak tahukarena aku hanya diberi perintah untuk mempertemukan kamu dengan Erick dan memperingatimu. Jika kamu keukeh ingin bersama pria itu, maka aku tidak dapat berbuat apa-apa. Tetapi, sebaiknya kamu menuruti apa kataku."
Alice menghapus air matanya dengan kasar, lalu menatap Kylie tajam. "Jelaskan padaku bagaimana kutukan itu bisa terjadi. Bagaimana pun aku harus tahu dan menemukan solusinya. Aku tidak bisa membiarkan keturunanku kelak mendapatkan kutukan ini terus-menerus."
Kylie berpikir sejenak, kemudian mengangguk pelan."Baiklah...."