VII

236 77 12
                                    

Ponsel Connor terus bergetar pada waktu istirahat makan siang, beriringan dengan bunyi perutnya yang kelaparan.

Seperti biasa, ia menyelip gerombolan orang yang berwara-wiri di koridor sekolah, membuka dan menutup loker besi untuk menyimpan buku-buku pelajaran. Memang, memiliki tubuh tinggi merupakan salah satu kelemahan di tempat seperti ini. Pemuda itu mungkin gesit, tetapi tatapan-tatapan kesal murid lain selalu tertuju padanya.

Ia tidak menghiraukannya, seperti biasa. Merasa tidak nyaman sebenarnya, seperti biasa. Ia benci dilihat seperti itu.

Ah, berarti ia menghiraukannya, ya? Geliginya bergemeletuk, menahan amarah ketika seorang lelaki menatapnya tajam karena tubuh kecilnya nyaris terhantam.

Mereka bilang Connor sudah gila, dan mungkin itu benar.

Ia membuka pintu kafetaria, mendapati semua meja sudah dipenuhi orang. Anak-anak punk dengan tampilan nyelehnya (yang masih bisa ditolerir), kumpulan gadis berpakaian level atas dengan senyum gigi putih dan berbisa di tiap topik pembicaraannya (paling tidak bisa ditolerir), kumpulan lelaki yang berteriak keras karena papan skor pertandingan hockey semalam sangat dinamis dan "mereka tidak menyangkanya", para kutu buku dengan makanan porsi kecil dan tumpukan makalah di meja... pemuda itu mengembuskan napas berat. Untuk apa ia memperhatikan mereka?

Ia berjalan menuju stan makanan ringan, menatap belasan roti lapis sudah berbungkus plastik berjejer di bawah lampu penghangat. Tangan kananku menunjuk sebuah ham sandwich yang terletak di pojok. "Berapa harga yang satu ini?" tanyaku.

"Oh, itu, sebentar." Wanita tua yang menjaga tempat itu terlihat kewalahan. Bulir keringat menodai wajahnya, bahkan lehernya yang berlipat. Dengan sigap lengan kiri lelaki itu mengambil dua sandwich keju dan memasukkannya ke dalam kantung jaket varsity-nya.

"Err, tidak jadi," selanta pada wanita yang tengah mencari mati-matian daftar harga barang yang ia jual sendirian. "... Sepertinya harganya dua kali lipat uang yang sedang kubawa sekarang, haha."

Wanita itu membalas tawanya dengan tatapan jengkel. Connor memberikannya senyum tipis, lalu keluar dari sana.

Sekembalinya ia di kelas, dengan dua buku paket mata pelajaran bahasa yang tak pernah ia mengerti, ia menyalakan ponselku.

Bagus, lebih dari dua puluh notifikasi dari iso-avant.net.

Aku membuka situs itu.

EdgyBoy@theEdge: BERHENTI MENYEBARKAN FOTO IBUKU, BANGSAT! HENTIKAN TAGAR KONYOL KALIAN! #SitusIniKacau
    TripleHA: Hoax.
    PolkaDoe: Orang seperti ini yang harus kita curigai, bukan? @Deviarty @TheAssem
    Craigory69: Oh, ya? Mari kita tanyakan @OfcRagnarok untuk yang satu ini.

Lewati.

Velocity: Sangat menyedihkan jika memang benar anaknya sendiri yang membunuh sang ibu. Ibu kandung ataupun ibu tiri sama saja, bukan? Anak itu benar-benar tidak tahu diri.
    TripleHA: Kita benar-benar harus bertindak cepat.
    TripleHA: Kau paham maksudku?
    Craigory69: Bukan waktu yang tepat untuk membuat candaan, Bung.
    Craigory69: Tapi aku juga masih penasaran. Apa benar anaknya sendiri? Menunggu jawaban di sini, @TheAssem @AnotherScooby @Deviarty.

Lewati.

NightCloak: Aku butuh klarifikasi, @TheAssem @Deviarty @ProblemSolver @ItsOver @AnotherScooby @UrSociopathFriend.
    TripleHA: Sebenarnya, tak jauh dari lokasi ditemukannya mayat itu terdapat rumah besar yang... entah didiami oleh siapa, kalau tidak salah seorang wanita dan anaknya. Aku tidak punya banyak info, tapi keluarga kecil itu sangat mencurigakan. Aku yakin Sekolah Dawson Pass, setidaknya seluruh murid SMA, tahu siapa yang tinggal di sana.
    Nah, coba berpikir. Ini bukannya aku hendak menyudutkan atau apa, tapi kita semua tahu seperti apa tingkah laku mencurigakan cowok yang tinggal di sana. Cowok seumurannya pasti kuat melakukan hal itu, tak peduli seberapa kurusnya dia. Oi, tingginya sekitar 180 senti, dan ia bisa melindas siapa saja yang melewati jalurnya.
   Sayangnya aku tidak punya bukti kuat apakah benar dia yang melakukannya, dan tidak ada motivasi yang jelas jika ia menyakiti... bahkan membunuh seseorang.
   Ini hanya sebuah poin untuk kalian yang hendak memecahkan misterinya. Semoga kalian berhasil.

I, Who Should've Screamed Last Night [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang