🌺 9

69.3K 3K 35
                                    

Assalamualaikum😊

---Happy Reading---

Kantin salah satu rumah sakit besar di Jakarta sangat ramai sore ini. Banyak dokter, perawat, maupun keluarga pasien mengantri makanan karena mungkin tak sempat makan siang tadi. Seperti Ayana dan Nadia misalnya. Mereka sedang duduk berdua di meja dekat tembok nomor tiga dari depan.

"Masih belum ingin mengenalkannya padaku?" Nadia kembali menggoda Ayana. Pipi Ayana akan langsung memerah jika Nadia menggodanya tentang laki-laki beruntung itu.

"See jadi siapa laki-laki beruntung itu, Ayana?"

Ayana tersenyum ragu ingin bercerita, "Dia Arkana Zaidan Fahreza. Anak teman baik abiku dulu di pondok." Ya, benar. Laki-laki beruntung itu adalah Arkan Zaidan Fahreza, anak sulung dari pasangan Hasan Ardiansyah dan Risya Dewi.

"Arkan? Yang pernah kau ceritakan itu? Cinta dalam diammu, eoh?"
Ah, Ayana semakin malu. Tidak menyangka jika Nadia masih mengingat ceritanya ketika semester awal kuliah dulu. Setelah ini pasti dia akan digoda habis-habisan oleh Nadia.

Ayana dan Arkan pertama kali bertemu saat Ayana masih kelas satu sekolah menengah atas dimana ia ikut umminya ke pengajian yang saat itu diadakan di rumah Arkan. Disana ia melihat Arkan memakai sarung abu-abu gelap dan baju koko putih dengan peci hitam di kepalanya, sedang menggelar tikar. Sungguh ikhwan idaman. Dan mulai saat itu Arkan menjadi cinta dalam diam Ayana. Calon imam yang selama ini ia dambakan. Sebuah nama yang selalu ia sebutkan dalam setiap sujudnya. Sungguh indah karunia Allah yang telah memberi kita cinta.

"Oh iya, Za. Aku dengar akan ada dokter baru yang bakal gantiin Dokter Hanif jadi pembimbing kita."

"Loh Dokter Hanif kenapa?"

"Kamu ga tau? Dokter Hanif kan mau pindah ikut suaminya ke Surabaya."

"Oh... begitu." Ayana mengangguk.

Drrt ponsel Ayana bergetar. Terlihat satu pesan masuk baru saja dari uminya. Tiba-tiba rasa khawatir dan gelisah menelisik dihatinya teringat akan mimpinya malam itu yang selalu menghantuinya. Walaupun hati sudah berkali-kali beristighfar dan berzdikir.

Jari cantiknya dengan terburu-buru membuka lockscreen hpnya dan menekan ikon pesan.

Umi😍
Sayang, keluarga Arkan sedang dirumah.
Segeralah pulang hati-hati

Kenapa tiba-tiba? Batin Ayana

"Kenapa, Ay?" Tanya Nadia setelah melihat Ayana yang mengernyitkan dahinya.

"Ah.. tidak. Aku harus pulang sekarang. Keluarga Mas Arkan akan datang, umi memintaku segera pulang."

"Cie. Aku tunggu undangannya ya." Goda Nadia kembali sembari mengerlingkan matanya.

"Apa sih, Nad. Aku pulang dulu ya assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam hati-hati."

***

Sebuah mobil fortuner hitam memasuki halaman sebuah rumah sederhana bergaya minimalis di kawasan perumahan elit di Jakarta. Sore itu keluarga Arkan datang berkunjung ke kediaman keluarga Ayana. Ah.. bukan hanya berkunjung namun dengan maksud tertentu.

Farah yang saat itu sedang membersihkan halaman menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Mungkin mereka ingin bersilaturrahmi untuk membicarakan perihal kelanjutan hubungan putra-putri mereka, pikir Farah. Farah segera mencuci tangannya dan mempersilahkan mereka masuk.

Kebetulan saat itu Haris sudah pulang dari kantor dan sedang membaca Koran di ruang tamu. Haris mempersilahkan Hasan, Risya, dan Arkan termasuk Ayesha untuk duduk. Sedangkan Adeefa tidak ikut karena masih berada di kampus.

Haris sempat berfikir siapa perempuan yang sedari tadi bergelayut manja dilengan Arkan. Namun ia berfikir jika dia mungkin saudara sepupu Arkan.

"Maaf, Ris kedatangan kami tiba-tiba tanpa memberi tau terlebih dahulu." Ujar Hasan berbasa-basi memulai pembicaraan.

Haris terkekeh, "Ah kamu ini seperti di rumah siapa saja." Sedangkan Arkan hanya tersenyum masam. Begitupun dengan Risya yang hanya memilih diam.

"Sebenarnya maksud kedatangan kami disini ada sesuatu hal penting yang ingin kami sampaikan. Apa Ayana belum pulang?" ujar Hasan kembali.

"Belum, tapi saya sudah memintanya segera pulang. Mungkin sebentar lagi sampai." Kali ini farah yang menjawab sambil membawa nampan berisi minuman. "Silahkan diminum."

Lima belas menit sambil menunggu Ayana tiba mereka isi dengan membicarakan mengenai perjalanan bisnis Arkan di Singapura. Arkan mengatakan bahwa meetingnya lancar tanpa memberitahu kejadian yang telah terjadi sebenarnya.

"Assalamualaikum." Ucapan salam Ayana menghentikan obrolan mereka. Tatapan Arkan bertemu dengan manik mata teduh Ayana yang sudah berhasil membuatnya mengagumi makhluk-Nya itu. Arkan segera mengalihkan tatapan itu dan beristighfar.

Risya tersenyum menyambut Ayana yang tengah menyaliminya saat ini. Apakah gadis ini masih bisa tersenyum seceria ini setelah mendengar kenyataan yang mungkin akan sangat menyakitinya.

---TBC---

Terimakasih sudah membaca. Semoga sukaa^^

Wassalamualaikum 🙌

HS 1 : Jodoh Terbaik ✅ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang