🌺 20

69.7K 3.1K 63
                                    

Assalamualaikum☺

---Happy Reading---

Ayana menangis tersedu-sedu dalam pelukan Arkan. Meluapkan rasa kekecewaannya selama ini. Ia tak kuasa menolak perlakuan Arkan. Ia seakan kehilangan kontrol dirinya saat bertemu dengan Arkan kembali setelah beberapa waktu.

Hatinya berkata ini salah. Tapi di sudut hatinya yang lain, masih ada rasa tak rela bahwa Arkan sekarang sudah menjadi orang lain baginya. Namun Ayana masih merasa cukup waras. Setelah ia berhasil menenangkan dirinya, ia mendorong bahu Arkan menjuh.

Ayana menghapus air matanya, "Maaf." Ucapnya dan kemudian berbalik meninggalkan Arkan.

Dengan cepat Arkan langsung menghentikan langkah Ayana kembali. "Aku antar." Ucap Arkan tidak ingin dibantah.

Dan disinilah mereka sekarang berada, di dalam mobil Arkan. Sudah sepuluh menit sejak mereka masuk, tetapi Arkan belum juga menjalankan mobilnya. Mereka sama-sama diam.

Mereka sama-sama berkecamuk dengan pikiran mereka masing-masing. Ayana menyadari ini semua salah. Ia telah berdosa karena telah bersentuhan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Bahkan laki-laki itu sudah menjadi suami perempuan lain.

"Biarkan aku pulang sendiri, Mas." Ayana berkata lirih.

Terdengar Arkan tengah menghela nafas panjang. "Ay, maafkan aku. Aku tau aku salah. Tapi aku benar-benar tidak bisa mengelak dengan peristiwa itu. Aku tidak bisa melupakanmu." suara Arkan terdengar begitu putus asa.

"Ini salah, Mas. Apa yang telah kita lakukan salah. Apa Mas sadar dengan apa yang telah Mas ucapkan? Mas sudah menikah tak seharusnya Mas mengatakan itu kepada perempuan lain."

"Tapi bagiku kamu bukan perempuan lain, Aya."

Jangan menangis...

Berulang kali Ayana merapalkan kalimat itu. Menguatkan dirinya agar tidak kembali meneteskan air mata di depan Arkan. Ia harus kuat. Ayana tak tau harus senang atau sedih mendengar itu.

"Istighfar, Mas. Kamu bukanlah lagi seperti sesosok laki-laki sholeh yang aku kenal selama ini. Mas, apa yang telah terjadi sudahlah menjadi kehendak Allah. Mungkin kita tidak berjodoh. Jadi lupakan aku, Mas. Dan belajarlah mencintai Mbak Ayesha. Semoga pernikahan kalian selalu diberkahi oleh Allah." Setelah mengucapkan itu, secepat kilat Ayana membuka pintu mobil Arkan dan menghentikan taxi yang kebetulan lewat.

Sejujurnya hatinya merasa sakit setelah mengucapkan kata-kata itu. Ayana memandang jalanan dengan pandangan kosong. Ia kembali menangis. Sebagai seorang muslimah seharusnya ia bisa menjaga harga diri dan kehormatan dirinya. Dan ia benar-benar menyesal atas kejadian tadi.

Rabbanaa zholamnaa anfusanaa wa illam tagfirlanaa watarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin

Ayana berdoa di dalam hati, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya.

***

Arkan baru saja kembali ke apartemennya pukul sembilan malam. Wajahnya terlihat letih dan lelah. Setelah kejadian tadi siang, ia kembali ke kantornya dan berusaha menenggelamkan dirinya bersama tumpukan-tumpukan berkas. Itu adalah salah satu cara Arkan meredakan emosinya.

"Mas, kamu baru pulang?" Tanya Ayesha khawatir.

Arkan menghela nafas lelah. Ia melupakan kenyataan sesaat bahwa ia sudah beristri. Ia tak menjawab Ayesha dan terus berjalan menuju kamarnya.

"Aku dari tadi nungguin kamu, Mas. Katanya Mas pulang sore. Tadi aku udah masak banyak buat makan malam kita."

Ayesha berceloteh panjang kali lebar, namun tak ada satupun kata yang keluar dari mulut Arkan.

"Mas udah makan? Aku hangatin makanan dulu yah."

"Saya sudah makan."

Ayesha mengangguk. Walaupun ia sedikit kecewa karena ia sudah menunggu Arkan lama untuk makan malam bersama.

"Mas mau mandi? Biar aku siapin air hangat dulu."

Baru saja Ayesha melangkah, suara dingin Arkan menghentikannya.

"Saya bisa sendiri." Ucap Arkan setelah itu menghilang di balik pintu.

Ayesha dapat merasakan perubahan Arkan. Padahal kemarin laki-laki itu sudah bisa menerima sedikit kehadirannya. Namun sekarang suaminya kembali membuat jarak dengannya.

Ayesha memandang kepergian Arkan dengan nanar.

Ayesha menunggu Arkan keluar dari kamar mandi. Ia menyiapkan pakaian ganti yang akan Arkan kenakan dan menaruhnya di kasur. Kemudian ia berjalan ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Arkan.

Setelah selesai, Ayesha kembali ke kamarnya dengan segelas teh di tangannya bersamaan dengan Arkan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambut pria itu basah seakan menambah kadar ketampanan pria itu. Hal yang sangat Ayesha sukai. Ah sekarang bukan saatnya untuk mengagumi pria itu.

Ayesha tersenyum pada Arkan, "Ini Aku buatin teh buat Mas biar relaks."

"Hmmm..." Hanya itu jawaban dari Arkan.

Arkan meminum sedikit teh buatan Ayesha dan setelah itu berjalan keluar kamar.

"Mas mau kemana?"

"Saya mau ke ruang kerja dan tolong jangan ganggu saya."

Aku tau caraku mendapatkanmu salah, aku juga tau mendapatkanmu tidak akan mudah, tapi aku tak pernah tau bahwa untuk mendapat sedikit tempat dalam hatimu akan sesulit ini.

TBC

Pendek yah? 😂

InsyaAllah aku akan update cerita ini setiap Jumat/Sabtu 🤗

Maaf kalo ada typo yaa 😁 syukron☺

Wassalamualaikum

Jumat, 01 Februari 2019

HS 1 : Jodoh Terbaik ✅ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang