🌺 18

62.8K 3.1K 55
                                    

Assalamualaikum😊

---Happy Reading---

“Jadi, bagaimana rapat tadi, San?”

“Alhamdulillah berjalan lancar. Tadi kami membahas mengenai rancangan proyek dan Alhamdulillah pihak Wijaya Corp langsung menyetujui, Pak”

“Alhamdulillah, ga usah formal gitu, San. Kita kan ga lagi di kantor.”

“Siap, bro.” Ikhsan dan Arkan terkekeh.

“Lalu untuk kontrak kerja samanya gimana?” Tanya Arkan kembali setelah menyeruput lemon teanya.

“Untuk masalah itu, Pak Antonio meminta bertemu langsung dengan lo besok jam 11 siang. Soalnya orangnya keburu mau ke luar kota.”

“Oke, terima kasih, San. Lo emang paling bisa diandalin.”

“Sudah tugas gue, bro. Btw lo udah ketemu Farhan?”

Dahi Arkan mengernyit, “Farhan di Jakarta?”

“Iya, kemaren gue ga sengaja ketemu. Gila tuh anak kesini ga kabar-kabar. Lo tau, dia udah pindah ke rumah sakit sini.”

“Oh ya? Rumah sakit mana?”
“Nah, tuh orangnya datang.” Ikhsan menunjuk ke arah Farhan yang sedang berjalan menuju arah mereka dengan wajah nyengir tanpa dosa. Spontan Arkan menoleh.

“Assalamu’alaikum, Bro.”

“Wa’alaikumussalam.” Jawab Arkan dan Ikhsan bersamaan.

“Sorry gue telat.”

“Lo udah balik ke Indo ga kabar-kabar, Han. Sahabat macam apa lo.” Seru Arkan sambil memukul lengan Farhan dengan gumpalan tangannya.

Farhan terkekeh, “Sorry gue cuma pengen kasih kejutan buat kalian.”

“Astaghfirullah, lo ga pantes gitu Han.” Ikhsan melempar wajah Farhan dengan tissue.

“Hahaha, gue baru di Indo kok. Masih sibuk ngurus kepindahan. Sorry lupa ngabarin. Oh iya, gimana hubungan lo dengan Ayesha, Ar?”

Ekspresi Arkan berubah seketika, yang semula biasa saja berubah menjadi dingin. “Alhamdulillah baik.” Balasnya datar.

Menyadari bahwa Arkan tidak ingin membicarakan masalah ini pun Farhan tidak bertanya lebih lanjut. Arkan adalah orang yang mengerti agama, Farhan yakin Arkan bisa mengambil keputusan yang tepat.

“Lo sendiri kapan, Han?” Ikhsan mengalihkan pertanyaan ke Farhan padahal dia sendiri masih jomblo.

“Do’ain aja ya, segera.”

“Widiiihh tinggal gue dong yang jomblo.”

“Itu, anak accounting yang ngejar-ngejar lo langsung lamar aja, San.” Arkan dan Farhan terkekeh.

“Gila aja, tingkahnya pecicilan gitu.” Ikhsan bergidik ngeri.

“Hati-hati lo jodoh. Hahahaha”

“Sialan lo, Han.”

“Mulut lo, San. Btw udah mau maghrib ni, ayo cari masjid dulu.” Ajak Farhan.

Arkan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hamper setengah enam ternyata. Mengobrol dengan teman memang sering membuat kita lupa waktu.

“Sorry, gue kayaknya sholat di rumah.”

***

Ayesha melihat jam di dinding yang sekarang menunjukkan pukul setengah enam sore. Sebentar lagi maghrib. Ia baru saja menyelesaikan kegiatan memasaknya. Sebenarnya kondisi tubuhnya belum terlalu fit, kadang kala rasa pusing masih menyerang kepalanya. Badannya pun masih terasa meriang, tetapi ia tidak akan melewatkan kesempatan sedikit pun untuk menarik perhatian Arkan.

Setelah masakannya matang, Ayesha lantas menatanya di meja. Hari ini ia memasak soup ayam kesukaan Arkan. Tak lama kemudian terdengar  derap langkah kaki yang menujunya, yang tak lain adalah Arkan. Ayesha buru-buru mencuci kedua tangannya dan berjalan menghampiri Arkan dengan senyuman lebar di wajahnya yang masih tampak pucat.

“Udah pulang, Mas?”

Arkan tersenyum. Matanya tak sengaja menangkap makanan yang sudah tertata rapi di meja. “Kamu masak?” tanyanya dengan wajah khawatir dan tidak percaya bahwa Ayesha telah memasak segini banyaknya padahal kondisinya belum fit benar.

Ayesha mengangguk meyakinkan bahwa ia telah baik-baik saja. “Kita sholat dulu ya, terus makan bareng.”

Dalam keheningan, mereka melaksanakan sholat maghrib dengan khusyuk memohon ridho Allah swt. Sedikit demi sedikit Ayesha sudah mengingat kembali bacaan bacaan sholat yang telah dilupakannya.

Ayesha tak bisa menampik kenyataan bahwa dirinya benar benar jauh jika dibandingkan dengan Ayana. Bahkan ia menyadari jika Ayana adalah sosok wanita tegar dan sholihah, sangat serasi bila disandingkan dengan Arkan. Mulai sekarang ia berjanji akan belajar memantaskan diri untuk bersanding dengan Arkan. Walaupun ia sadar ilmunya tentang agama masih benar benar dangkal.

Seusai mengucap kedua salam, Ayesha lantas mencium punggung tangan Arkan. Air matanya kembali menetes. Menyadari itu, Arkan lantas mengangkat wajah Ayesha dan menatapnya dalam.

Tangan Arkan bergerak menghapus air mata Ayesha dan membelai pipinya lembut. "Kamu cantik dengan mukena ini."

Blush... Ayesha menunduk malu menyembunyikan kedua pipinya yang memerah. Namun ia kembali menatap kedua mata Arkan setelah dapat menangkap maksud Arkan mengucapkan itu.

"M...Mas pengen aku berhijab?"

Mendengar itu Arkan tersenyum, "Berhijab adalah suatu kewajiban bagi umat muslim. Tetapi saya tidak ingin memaksakan kamu. Saya ingin kamu mengenakannya bukan untuk memantaskan diri bersanding dengan saya, tetapi saya ingin kamu mengenakannya semata-mata untuk mencari ridho Allah. Kita belajar pelan-pelan ya. Karena saya tidak ingin, ketika kamu meniatkan karena saya, jika Allah menghendaki kita berpisah entah karena kematian atau hal lain, saya tidak ingin kamu melepaskan hijabmu."

Air mata Ayesha tak dapat terbendung lagi. "Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah mau menerima Acha. Bimbing Acha, Mas." Ayesha kembali menangis tersedu-sedu.

Arkan membawa wajah Ayesha mendekat dan mencium keningnya lembut.

Ya Allah... Jika memang ia lah jodohku, maka berkahilah pernikahan kami

TBC

Selamat malam 😊 maaf sekali karena lama ga update 😬 karena liburan saya mau habis, makanya saya ingin menikmati sisa2 liburan saya dengan damai 😂

Terimakasih udah nungguin cerita ini sampai sekarang, dan terimakasih udah ngingetin buat update 😂😂

Big love💚

Wassalamualaikum


Kamis, 17 Januari 2019

HS 1 : Jodoh Terbaik ✅ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang