🌺 11

69.5K 3.1K 35
                                    

Setengah sebelas malam Arkan baru kembali ke kamarnya setelah berjam-jam berdiam diri di dalam ruang kerjanya. Ia terdiam di depan pintu kamar, terkejut melihat keadaan kamarnya yang sangat berantakan. Sampah makanan ringan yang berceceran, piring bekas makan di meja, baju berserakan di kasur dan lantai. Seketika amarah Arkan memuncak. Masalah yang datang bertubi-tubi membuatnya begitu mudah tersulut emosi.

Pandangannya beralih pada seorang wanita yang mengenakan kaos kebesaran miliknya sedang tertawa menonton acara tv yang ada di kamar Arkan. Bagaimana bisa wanita itu tertawa bebas sedangkan dirinya merasa hampir putus asa. Ah.. ya, tentu saja. Ini yang diinginkan wanita itu.

Arkan menghampiri wanita itu yang tak lain adalah Ayesha dan mematikan televisi. Arkan membuang remote Tv asal, kemudian menarik pergelangan tangan Ayesha hingga membuat wanita itu berdiri.

"Mas Arkan? Akhirnya kamu kembali. Kamu tau aku sudah menunggumu sejak tadi." Ayesha tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

Mas? batin Arkan berdecih. Panggilan itu tambah membuatnya merasa muak. Arkan benar-benar sudah kehabisan kesabarannya. Berbagai kalimat penyesalan merasuk ke dalam sudut hatinya. Andai ia mengabaikan wanita itu sedari ia sampai di Singapura, pasti saat ini ia sudah bisa mempersiapkan pernikahannya dengan Ayana, perempuan yang sudah lama ia cintai.

"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Arkan dingin dengan mata menatap Ayesha tajam.

Ayesha mendongak, membalas menatap Arkan, "Bukankah aku sudah mengenalkan namaku. Aku Ayes-"

"Saya sedang serius. Apa tujuanmu melakukan semua ini? Karena uang?" belum selesai Ayesha berbicara Arkan sudah memotongnya. Arkan tertawa meremehkan.

"Apa maksudmu? "

"Berpura-pura tidak mengerti huh? Kau menjebakku demi uang bukan? berapa yang kau inginkan, aku akan memberikannya padamu setelah itu pergilah."

Kedua tangan Ayesha mengepal, matanya memerah. Ya Ayesha melakukan semua ini karena uang. Tapi itu dulu sebelum ia merasakan apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Mata tajam dan dingin Arkan selalu berhasil membuat hatinya bergetar.

"Tidak. Aku memang butuh uang. Tapi sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu. Menjebakmu? Bahkan aku belum melakukan apapun." Ayesha membalas menatap Arkan tajam menantang.

"Baiklah. Saya akan mencari tau semua sendiri. Setelah itu saya pastikan kau pergi dari sini dengan suka rela."

Baru beberapa langkah Arkan berjalan, ia berhenti kembali, "Rapikan kamar saya seperti semula. Dan satu lagi, jangan memakai barang saya tanpa seizin saya." Ucapnya tanpa menoleh. Kemudian berjalan meninggalkan kamarnya kembali. Ia akan tidur di kamar tamu malam ini, atau mungkin untuk malam-malam berikutnya juga.

***

Arkan menuruni tangga dengan setelan kemeja kerja dan jas di lengannya. Ia bergabung dengan yang lain di meja makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tidak ada ucapan selamat pagi yang biasa ia lontarkan, tidak ada ciuman manis untuk mamanya, dan tidak ada cubitan jahil untuk adiknya. Ia sudah seperti sosok yang berbeda. Dingin tak tersentuh.

Sarapan pagi kali ini hanya ditemani oleh suara dentingan sendok dan piring. Tak ada obrolan ringan seperti biasa. Wajah datar Arkan seakan mengatakan bahwa ia tidak ingin diajak berbicara. Sedangkan Ayesha, jangan tanya wanita itu dimana. Ia masih asyik menyelami mimpinya dan bergelung dalam selimut.

"Dimana istrimu?" Tanya Hasan memecah keheningan.

Arkan menghela nafas lelah, "Arkan berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamit pria itu tanpa menjawab pertanyaan Hasan. Ini pertama kalinya ia bertingkah tidak sopan pada papanya. Orang yang selama ini sangat ia hormati. Rasa kecewa telah begitu mengusai hatinya.

Baru saja Arkan meninggalkan meja makan, Ayesha terlihat menuruni tangga masih dengan pakaiannya semalam dan rambut berantakan sambil menguap.

"Maaf aku kesiangan." Ujarnya dengan menampilkan deretan giginya.

Adeefa memandang wanita itu sinis, "Ah selera makanku tiba-tiba hilang. Deefa berangkat dulu." Adeefa juga meninggalkan meja makan setelah berpamitan dan menyalimi kedua orang tuanya. Kemudian diikuti Risya, sehingga menyisakan Hasan dan Ayesha saja.

Ayesha memandang mereka heran. Apa dia telah melakukan kesalahan? Batin Ayesha.

"Ehm saya percaya padamu kalau kamu tak seburuk yang mereka pikirkan. Jadi, buktikanlah..." Hasan tersenyum teduh pada Ayesha.

Ayesha menoleh dan mengangguk. Ada sedikit rasa percaya diri terbit dalam hatinya. Mulai saat ini ia akkan berjuang untuk mendapatkan hati Arkan.

HS 1 : Jodoh Terbaik ✅ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang