🌺 14

67.2K 3K 54
                                    

Menggelar pesta pernikahan dengan mewah adalah idaman setiap wanita. Salah satunya adalah Ayesha. Ia pernah membayangkan ada seorang pangeran tampan datang melamarnya dan menikahinya. Kemudian berdiri di pelaminan bersama pujaan hatinya memamerkan senyum bahagia pada tamu undangan. Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang ia dambakan. Ah, tak apa. Setidaknya salah satu impiannya sudah terkabulkan. Sebuah senyuman kecil tersungging di bibir manisnya.

Seharian ini Ayesha sibuk membereskan pakaian miliknya dan Arkan ke dalam almari yang ada di dalam kamar mereka. Ya, mereka sekamar. Sebenarnya di apartemen Arkan ini ada tiga kamar, satu kamar utama, satu kamar tamu dan satu lagi untuk ruang kerja Arkan. Arkan sudah menginginkan untuk pisah ranjang dulu. Namun Ayesha tidak mau. Ia menolak keras dan mengancam Arkan akan mengadukannya ke Papa Hasan. Akhirnya Arkan pun mengalah.
Arkan pergi ke kantor pagi-pagi sekali tanpa berpamitan padanya. Ayesha sudah tak menemukan keberadaannya ketika ia baru saja membuka mata. Ayesha hanya menemukan sebuah debit card di atas nakas dengan sebuah sticky notes di atasnya.

Kamu bisa menggunakannya untuk belanja keperluan rumah

Sudah. Hanya begitu saja tulisannya. Lalu apa yang Ayesha harapkan? Sebuah ucapan selamat pagi? Sayang? Arkan tak mungkin melakukannya. Setidaknya pria itu harus meninggalkan pesan kemana ia pergi, jam berapa ia pulang.

Ayesha mendesah bosan. Ini sudah sebulan sejak kepindahan mereka di apartemen. Tidak ada kegiatan berarti yang dilkukan Ayesha. Seperti saat ini ia hanya melihat acara Tv yang benar-benar membosankan. Mulutnya tak berhenti menguap sedari tadi. Ingin sekali Ayesha memejamkan matanya sejenak, namun sudah terlalu sore untuk tidur siang. Mungkin jalan-jalan sebentar akan menyenangkan. Wanita itu berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Ayesha membungkus badannya dengan handuk putih yang tergantung tak jauh darinya. Dengan langkah semangat Ayesha berjalan ke arah almari dan mengambil kaos abu-abu dan celana pensil hitam. Ia tak memiliki pakaian yang lebih bagus dari hem dan kaos. Bahkan satu potong gaun pun ia tidak punya. Mungkin Ayesha akan membelinya nanti.

Ayesha mengambil sling bag hitam di atas meja dan memasukkan debit card Arkan ke dalam dompetnya. Kemudian ia menghentikan taxi. Tujuannya adalah ke Mall. Setelah sampai, pertama-tama Ayesha menuju ke sebuah toko baju. Mata wanita itu terkagum-kagum melihat gaun-gaun indah dipajang dekat kaca bening pembatas dengan luar.

Ayesha membeli banyak sekali barang-barang mulai dari baju, sepatu, aksesoris, make-up dan ia juga membeli sebuah handphone keluaran terbaru hingga kedua tangannya tak mampu membawa belanjaannya. Selama ini ia hanya bisa melihat barang-barang itu, namun tak mampu untuk membelinya. Sekarang ia bisa memilikinya. Entah sudah berapa banyak uang yang ia habiskan.

Ayesha menepuk dahinya tiba-tiba. Ah.. jam berapa sekarang. Ia menghidupkan Handphone lamanya dan langsung membelalakkan mata. Sudah jam delapan malam.

Bagaimana jika Arkan sudah pulang. Ia belum belanja bahan makanan. Ia harus segera pulang sekarang.

***

Arkan mengernyitkan dahinya ketika pulang apartemennya dalam keadaan gelap. Dimana wanita itu? Ia mengedarkan matanya ke seluruh penjuru ruangan mencari keberadaan Ayesha. Namun nihil. Tak menemukan keberadaan istrinya dimanapun, Arkan memutuskan untuk membersihkan badannya. Ia benar-benar merasa gerah.

Arkan keluar dari kamarnya dengan mengenakan celana pendek dan atasan kaos. Ayesha belum juga pulang. Arkan mendesah kesal. Bukannya karena dirinya khawatir, tapi ia tak mau menanggung dosa lebih banyak karena membiarkan wanita itu masih keluyuran diluar sana. Padahal ini sudah jam Sembilan malam.

Baru saja ia akan menelpon wanita itu, namun ia baru ingat jika ia tak memiliki nomor ponsel istrinya sendiri. Suami macam apa dirinya ini. Argh.. Arkan menggeram kesal. Arkan meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Ia mendudukkan dirinya di sofa sambil membaca buku.

Klik klik klik

Pintu apartemen terbuka. Gelap? Apa Arkan belum pulang? Ah syukurlah. Batin Ayesha lega. Wanita itu meraba-raba dinding mencari letak saklar lampu. Dan sedetik kemudian lampu menyala.

Ayesha menjatuhkan seluruh belanjaannya terkejut ketika melihat suaminya tengah berdiri menyandarkan bahu kirinya di dinding sambil melipatkan tangannya didada. Mata pria itu menatap Ayesha tajam.

"Wanita macam apa kamu jam segini baru pulang, huh?" Arkan berteriak tepat di depan Ayesha membuatnya memejamkan matanya takut.
"Darimana saja kamu?" mata Arkan menelisik ke arah tas belanjaan Ayesha yang berserakan di lantai. Arkan berdecih.

"Dari awal seharusnya saya tau, kalau kau adalah wanita gila harta yang hanya tau bagaimana cara menghabiskan uang." Arkan maju satu langkah, "Kau," Arkan menjeda ucapannya membuat Ayesha memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya menatap Arkan yang tengah menatapnya dengan tajam. Mata Ayesha sudah berkaca-kaca. "tak jauh berbeda dengan jalang di luar sana."

Tes, satu tetes air mata jatuh tepat ketika Arkan keluar apartemen dengan membanting pintunya keras-keras. Jantung Ayesha terasa seperti habis berlari marathon. Satu isakan lolos dari bibirnya yang bergetar. Dadanya naik turun merasakan sesak. Ia tak pernah merasa selemah ini. Ingin sekali mulutnya berbicara, tapi entah kenapa sorot mata tajam Arkan membuatnya tak mampu berkutik.

TBC

Sabtu, 17 November 2018

HS 1 : Jodoh Terbaik ✅ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang