Assalamualaikum 😊
---Happy Reading---
Pagi ini, Ayana sudah terlihat rapi dengan gamisnya yang berwarna baby pink dan jilbab dengan motif bunga-bunga yang berwarna senada dengan gamis yang dipakai. Beberapa menit yang lalu ia baru saja sampai di Rumah sakit untuk menyelesaikan masa koasnya yang tinggal satu setengah bulan lagi.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Seharusnya sekarang ia merasa senang, karena sebentar lagi ia akan segera mendapat gelar dokter. Namun, ternyata gadis itu malah tersenyum miris. Menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil, tetapi menikah dengan sosok lelaki idamannya adalah impian terbesarnya sejak saat itu.
Benar apa yang telah Ali bin Abi Thalib sampaikan, bahwa kepahitan hidup adalah terlalu berharap kepada manusia. Ya, itu penyesalan terbesar Ayana karena telah menggantungkan harapan besar kepada Arkan.
Ayana berulang kali mencoba menjernihkan pikirannya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan Arkan, walau mungkin untuk membuka hatinya kepada yang lain ia tak yakin akan bisa.
"Ayanaaaa..." teriak Nadia mengagetkan Ayana yang sedang duduk di depan ruang khusus yang disediakan untuk para dokter muda.
"Waalaikumsalam, Nad."
"Assalamualaikum, Ukhti... Hehehe. Btw ayuk kita ke ruang Dokter Farhan sekarang."
"Dokter Farhan?"
"Iya, dokter pembimbing kita, pengganti Dokter Hanif. Kamu ga baca wa aku?"
Ayana menyengir sambil menggelengkan kepalanya.
"Aish.. Sudah kuduga. Ayo cepetan, Aya. Aku ga sabar pengen cepetan ketemu. Dia ganteng banget tau."
Ayana hanya mendesah pasrah karena tangannya ditarik kencang oleh Nadia menuju ruang dokter yang katanya ganteng itu walau Ayana sendiri belum pernah bertemu. Semoga saja tidak galak.
Nadia merapikan penampilannya sebelum mengetuk pintu ruangan Farhan. Ayana hanya bisa menggelengkan kepalanya maklum melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Assalamualaikum." Ucap mereka bersamaan setelah mereka dipersilahkan masuk.
Ayana membelalakan matanya setelah menyadari bahwa dokter Farhan adalah laki-laki yang memberinya jus anti galau 'katanya' di taman. Tiba-tiba jantungnya merasa berdetak begitu kencang dan merasa gugup.
Ayana benar-benar tidak menyangka bahwa lelaki itu adalah dokter pengganti Hanif yang akan membimbingnya. Aish... Dia benar-benar merasa malu sekarang karena laki-laki itu pernah melihatnya menangis.
Kedatangan mereka disambut Farhan dengan senyuman ramah, "Oh, kalian anak bimbingannya Dokter Hanif ya?"
"I..Iya, dok" jawab Nadia gugup karena ditatap Farhan. Sedangkan Ayana hanya menggangukkan kepalanya geli.
"Nama kalian?"
"Saya Ayana Azkadina Farzana dan ini teman saya Nadia Salma Zahrani" Jawab Ayana tenang mencoba menghalau kegugupannya.
Farhan menggangguk dan sedikit menyunggingkan bibirnya. Ayana. Jadi nama gadis itu Ayana. Batin Farhan senang, akhirnya ia dapat mengetahui nama gadis yang selalu mencuri perhatiannya akhir-akhir ini. Semoga Allah melancarkan segalanya dan dia akan mengkhitbah gadis itu.
"Baiklah, saya minta laporan pemeriksaan pasien kalian."
Setelah urusannya dengan dokter pembimbing mereka selesai, Ayana dan Nadia kembali melaksanakan tugas mereka sebagai dokter muda.
***
"Apa aku bilang, Ay. Dokter Farhan mah guanteng banget. Udah sholeh tambah ramah lagi, MasyaAllah calon suami idaman banget." Seru Nadka heboh dengan mata berbinar-binar membayangkan Dokter Farhan. Saat ini mereka sedang menikmati makan siang di sebuah cafe yang tak jauh dari rumah sakit.
Ayana hanya membalasnya dengan tersenyum kecil. Menurutnya Arkan tetaplah laki-laki terbaik yang pernah ia temui. Astaghfirullah, Ayana lantas beristigfar di dalam hati. Tak sepantasnya ia masih membayangkan pria itu yang sudah menjadi suami perempuan lain. Lagi dan lagi ia hanya bisa tersenyum miris.
"Ay," suara Nadya mengembalikan Ayana dari lamunannya.
"Ya?"
"Kamu baik-baik saja, kan? Aya, kalau kamu merasa sudah tidak mampu memendamnya sendirian kamu bisa cerita sama aku. Mungkin aku ga selalu bisa memberi solusi, tapi aku akan selalu setia buat dengerin setiap keluh kesah kamu. Mungkin itu bisa membuatmu sedikit lega."
Ayana tersenyum kepada Nadya. Ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Nadia. Walaupun gadis itu belum mau menutup auratnya yang katanya masih belum siap, tapi hati gadis itu benar-benar baik. Sebagai sahabat Nadia selalu dapat mengerti dengan keadaannya.
"Aku akan menceritakannya padamu kalau aku sudah siap."
Kedua gadis itu tersenyum dan menikmati makan siang mereka kembali. Ayana makan dalam diam sambil mendengarkan celotehan unfaedah Nadia yang sesekali membuatnya tertawa kecil.
Ketika menolehkan kepala ke samping, tanpa sengaja matanya melihat seorang pria yang selama ini memenuhi pikirannya sedang bercengkrama dengan seseorang yang ia ketahui sebagai temannya.
Mata mereka saling bertemu, mereka saling melemparkan tatapan sendu dan kecewa. Seakan-akan menyampaikan perasaan mereka melalui tatapan.
"Mas Arkan..." Ucap Ayana lirih. Ya pria itu adalah Arkan. Mantan calon suaminya.
Ayana langsung berdiri dan berlari meninggalkan tempat itu. Ia sudah tidak sanggup menahan sesak di dadanya yang menggebu. Melihat pria itu seakan mengingatkan lukanya yang bahkan belum mengering. Bohong kalau ia sudah ikhlas. Ia tidak ingin menampakkan kesedihannya pada laki-laki itu.
Terdengar suara Arkan memanggil nama Ayana berkali-kali. Namun, Ayana tetap berlari tanpa mempedulikan tatapan orang-orang yang melihatnya pergi sambil menangis.
"Aya..." ucap Arkan lirih setelah berhasil meraih tangan Ayana. Melihat perempuan itu menangis Arkan langsung membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Membiarkan perempuan yang sampai sejauh ini masih memenuhi ruang hatinya menangis menumpahkan kekecewaannya dalam pelukannya.
Arkan tak peduli saat ini mereka menjadi tontonan publik. Ia juga tak peduli dengan beberapa cemoohan orang-orang yang mengatakan kelakuan mereka tak sesuai dengan penampilannya.
Karena kelemahan Arkan adalah ketika ia melihat orang terkasihnya menangis.
TBC
Kalian team Arkan-Ayesha apa Arkan-Ayana? 😂
Jumat, 25 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
HS 1 : Jodoh Terbaik ✅ (SUDAH TERBIT)
EspiritualOPEN PO 20 JULI 2020 [Romance - Spiritual] Jodoh? Siapa yang tau kita akan berjodoh dengan siapa. Tapi, sebagai hamba-Nya kita harus selalu memantaskan diri menjadi yang lebih baik. Karena yang baik akan Allah sandingkan dengan yang baik pula, begi...